nurcahyo
New member
Empat Bersaudara Warisan Pengacara
Oleh admin
Nama keluarga itu pinjaman dari Daines Barrington (1727—1800), pengacara Inggris yang kepincut melihat bunga dan daun keben. Untuk menghargai jasanya—sulung 4 bersaudara itu memperkenalkan keben ke Eropa—nama Lecythidaceae kerap ditukar dengan Barringtoniae. Apa pun namanya, anggota keluarga itu memang tangkas mengatasi penyakit. Contoh, tugas mulia memerangi sel kanker diemban oleh butun Barringtonia racemosa.
Riset sahih dilakukan oleh Jose Thomas dan Beena Panikkara pada 4 tahun silam. Mereka peneliti Regional Cancer Center di Th iruvananthapuram, India. Kesimpulannya, asupan 50% methanol plus biji putat—sebutannya di Bangka—tokcer menggempur sejuta sel Dalton’s Lymphoma Ascitic (DLA). DLA merupakan jenis kanker yang menggerogoti usus.
Dosis optimal 6 g/kg bobot tubuh mampu melindungi seluruh mamalia terhadap serangan tumor. Tingkat efektivitasnya mengatasi tumor lebih baik ketimbang vinscristine. Vinscristine adalah ekstrak vinca rosea alias tapak dara yang harganya di pasaran internasional ‘auzubillah! US$200.000 alias Rp1,9-miliar per kg. Pada penelitian itu ekstrak butun tidak beracun meski dosis ditingkatkan 2 kali lipat selama 14 hari.
Sebagai kelinci percobaan, tikus menunjukkan keracunan pada dosis 24 mg. LD50 (lethal dosage) atau tingkat kematian tikus terjadi pada dosis 36 mg. Senyawa yang terkandung adalah diterpenes dan triterpenoids. Fungsi akar mirip kina; buah berfaedah mengatasi batuk, asma, dan diare. Bijinya beraroma tajam dan berfungsi untuk kholiks dan ophtalmia. Seluruh bahan butun bersifat antibakteri.
Antibakteri
Keben Barringtonia asiatica cukup populer ketimbang saudara lainnya. Ia salah satu benih yang pertama datang di Kepulauan Krakatau karena mampu terapung. Bagian tengah buahnya seperti spon dan berisi kantong udara sehingga dapat mengambang. Bitung—sebutannya di Manado—berperan sebagai antibakteri. A.D Omoloso MR Khan dari Universitas Teknologi Papua Nugini membuktikan khasiat itu melalui serangkaian riset.
Omoloso memanfaatkan buah yang tumbuh di Busamang, Provinsi Morobe. Secara tradisional buah dan biji keben dimanfaatkan untuk mengatasi rematik, kudis, cacingan, obat batuk, infl uenza, hingga tuberkulosis. Sedangkan daunnya lazim untuk mengobati sakit perut.
Kinerja Barringtonia asiatica cukup ampuh menghambat perkembangan lebih dari 30 bakteri/cendawan. Sekadar menyebut beberapa contoh, biji menghambat perkembangan Staphylococcus aureus seluas 20 mm dan Escherichia coli (18 mm). Untuk bakteri yang sama, kemampuan hambat daun masing-masing hanya 18 mm. Zat yang berperan sebagai antibakteri adalah triterpenoid, alkaloid, fl avonoid, saponin, sterol, dan tannin.
Hasil riset
Bikas C. Pala dan Basudeb Achari, peneliti Indian Institute of Chemical Biology, di Calcutta, menyingkap kandungan lain keben: asam anhidrobartogenik dan asam 19-epibartogenik. Kandungan lain disingkap oleh Gopal R.Mallavarapua dari Indian Institute of Science berupa asam bartogenik. Belum diketahui faedah kedua zat itu.
Dalam riset terbaru Anthony J Herlt dari School of Chemistry Australian National University menyodorkan faedah lain keben. Ekstrak bijinya yang disemprotkan ke daun sayuran berefek menghilangkan napsu makan serangga hama. Lama-kelamaan hama pun meregang nayawa. Riset itu membuktikan biji keben amat potensial sebagai insektisida nabati.
Bagi masyarakat Bugis, alakang Barringtonia acutangula sohor sebagai bahan jembatan atau perahu. Tanaman itu juga mengandung saponin, monodesmosidic glucuronide, dan barringtogenol. Biji kering memiliki senyawa triterpen baru dan hexahidroksi triterpen. Selain itu ditemukan sistosterols, asam barringtogenik dan salah satu asam triperten karboksilat yang belum diketahui namanya.
Masih ada anggota famili Lecythidaeceae lainnya seperti songgom Barringtonia insignis dan tempalang B. scortechinii. Seperti Fantastic Four, mereka—para barringtonia—itu bahu-membahu mengatasi beragam penyakit. Dari sekadar koreng hingga penyakit maut seperti kanker. Pada masa mendatang, boleh jadi harapan kesembuhan juga disandarkan pada anggota keluarga itu.
Oleh admin
Nama keluarga itu pinjaman dari Daines Barrington (1727—1800), pengacara Inggris yang kepincut melihat bunga dan daun keben. Untuk menghargai jasanya—sulung 4 bersaudara itu memperkenalkan keben ke Eropa—nama Lecythidaceae kerap ditukar dengan Barringtoniae. Apa pun namanya, anggota keluarga itu memang tangkas mengatasi penyakit. Contoh, tugas mulia memerangi sel kanker diemban oleh butun Barringtonia racemosa.
Riset sahih dilakukan oleh Jose Thomas dan Beena Panikkara pada 4 tahun silam. Mereka peneliti Regional Cancer Center di Th iruvananthapuram, India. Kesimpulannya, asupan 50% methanol plus biji putat—sebutannya di Bangka—tokcer menggempur sejuta sel Dalton’s Lymphoma Ascitic (DLA). DLA merupakan jenis kanker yang menggerogoti usus.
Dosis optimal 6 g/kg bobot tubuh mampu melindungi seluruh mamalia terhadap serangan tumor. Tingkat efektivitasnya mengatasi tumor lebih baik ketimbang vinscristine. Vinscristine adalah ekstrak vinca rosea alias tapak dara yang harganya di pasaran internasional ‘auzubillah! US$200.000 alias Rp1,9-miliar per kg. Pada penelitian itu ekstrak butun tidak beracun meski dosis ditingkatkan 2 kali lipat selama 14 hari.
Sebagai kelinci percobaan, tikus menunjukkan keracunan pada dosis 24 mg. LD50 (lethal dosage) atau tingkat kematian tikus terjadi pada dosis 36 mg. Senyawa yang terkandung adalah diterpenes dan triterpenoids. Fungsi akar mirip kina; buah berfaedah mengatasi batuk, asma, dan diare. Bijinya beraroma tajam dan berfungsi untuk kholiks dan ophtalmia. Seluruh bahan butun bersifat antibakteri.
Antibakteri
Keben Barringtonia asiatica cukup populer ketimbang saudara lainnya. Ia salah satu benih yang pertama datang di Kepulauan Krakatau karena mampu terapung. Bagian tengah buahnya seperti spon dan berisi kantong udara sehingga dapat mengambang. Bitung—sebutannya di Manado—berperan sebagai antibakteri. A.D Omoloso MR Khan dari Universitas Teknologi Papua Nugini membuktikan khasiat itu melalui serangkaian riset.
Omoloso memanfaatkan buah yang tumbuh di Busamang, Provinsi Morobe. Secara tradisional buah dan biji keben dimanfaatkan untuk mengatasi rematik, kudis, cacingan, obat batuk, infl uenza, hingga tuberkulosis. Sedangkan daunnya lazim untuk mengobati sakit perut.
Kinerja Barringtonia asiatica cukup ampuh menghambat perkembangan lebih dari 30 bakteri/cendawan. Sekadar menyebut beberapa contoh, biji menghambat perkembangan Staphylococcus aureus seluas 20 mm dan Escherichia coli (18 mm). Untuk bakteri yang sama, kemampuan hambat daun masing-masing hanya 18 mm. Zat yang berperan sebagai antibakteri adalah triterpenoid, alkaloid, fl avonoid, saponin, sterol, dan tannin.
Hasil riset
Bikas C. Pala dan Basudeb Achari, peneliti Indian Institute of Chemical Biology, di Calcutta, menyingkap kandungan lain keben: asam anhidrobartogenik dan asam 19-epibartogenik. Kandungan lain disingkap oleh Gopal R.Mallavarapua dari Indian Institute of Science berupa asam bartogenik. Belum diketahui faedah kedua zat itu.
Dalam riset terbaru Anthony J Herlt dari School of Chemistry Australian National University menyodorkan faedah lain keben. Ekstrak bijinya yang disemprotkan ke daun sayuran berefek menghilangkan napsu makan serangga hama. Lama-kelamaan hama pun meregang nayawa. Riset itu membuktikan biji keben amat potensial sebagai insektisida nabati.
Bagi masyarakat Bugis, alakang Barringtonia acutangula sohor sebagai bahan jembatan atau perahu. Tanaman itu juga mengandung saponin, monodesmosidic glucuronide, dan barringtogenol. Biji kering memiliki senyawa triterpen baru dan hexahidroksi triterpen. Selain itu ditemukan sistosterols, asam barringtogenik dan salah satu asam triperten karboksilat yang belum diketahui namanya.
Masih ada anggota famili Lecythidaeceae lainnya seperti songgom Barringtonia insignis dan tempalang B. scortechinii. Seperti Fantastic Four, mereka—para barringtonia—itu bahu-membahu mengatasi beragam penyakit. Dari sekadar koreng hingga penyakit maut seperti kanker. Pada masa mendatang, boleh jadi harapan kesembuhan juga disandarkan pada anggota keluarga itu.