Engkong Pengurus Masjid jatuh dari atap

Untung1258789

New member
Engkong Madih (75) tergolek lemah di sebuah gubuk bambu yang sepertinya hanya layak dihuni oleh hewan piaraan.

Gubuk ini ukuran 1,5 m x 1 m dengan lantai tanah berdindingkan terpal rusak. Di dekatnya ada saluran air yang kadang menebarkan aroma tak sedap.

Gubuk bambu yang berlokasi Gang Masjid RT 04/07, Cisalak, Sukmajaya, Depok, ini dibangun menempel pada dinding belakang rumah putri Madih yang kerap disapa Nyai (45).

Sudah lima tahun lebih Engkong Madih terbaring tak berdaya di atas dipan kecil di gubuk tersebut. Selama itu pula, kakek dua cicit itu dimandikan, salat, makan dan minum, hingga buang hajat di sana. Dia buang hajat di kantong plastik.

Madih memang tak bisa duduk, apalagi berdiri, akibat terjatuh dari atap masjid yang kerap dibersihkannya. Tidak dibawa berobat ke dokter karena tidak punya uang. Dibawanya ke pengobatan tradisional dan dikasih obat boreh (minyak gosok—Red). Minum jamu enggak kuat pahitnya. Jadinya setiap malam saya merasakan sakitnya,’ kata Madih.

Madih mengatakan, setelah terjatuh, selama setahun dia makan disuapi oleh putrinya dan istrinya yang kerap dipanggil Mak Min (70). Karena tidak ingin merepotkan, Madih pun berusaha keras untuk dapat makan sendiri, meskipun sambil berbaring.

Daripada sering merepotkan, saya usaha sendiri, Mau salat pun tidak wudu, tapi tayamum. Ini untuk meringankan beban istri dan anak. Siapa yang mau tinggal dan hidup seperti ini. Kalau hujan. bocor dan kedinginan. Kalau ada angin kencang juga kedinginan. Tapi inilah yang harus saya hadapi. Saya berharap ada yang memberikan bantuan,” katanya.

Madih mengungkapkan bahwa pada hari Kamis (27/5) dia mendapatkan bantuan berupa sarung, dua selimut, dan bahan kebutuhan pokok dari Pemkot Depok.

Nyai menjelaskan, Engkong Madih tinggal di gubuk bambu dl belakang rumahnya itu karena rumahnya kecil. Dua kamar yang terdapat di rumahnya diperuntukkan dia dan suaminya serta keempat anak dan seorang menantunya. Bahkan dua kamar itu tidak muat.’sehingga ada anaknya yang tidur di ruang depan.

Rumah Nyai mernang berukuran kecil dan berlantaikan pelesteran semen, berdiri di atas lahan seluas 60 meter persegi. Pada bagian depannya terdapat ruang tamu yang berukuran kira-kira 2 m x 1.5 m. Kemudian sisi kiri dan kanannya terdapat kamar tidur yang berukuran 2 mx 2 m. Pada bagian tengah rumah itu terdapat ruang berukuran kecil dan bagian belakang dijadikan kamar mandi dan dapur.

Menurut Nyai, suaminya tidak bekerja. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dia beijualan nasi uduk di Jalan Raya Bogor. Setiap hari penghasilannya Rp 10.000 yang digunakan untuk makan dan biaya anaknya sekolah.


Sumber : Warkot
 
Bls: Engkong Pengurus Masjid jatuh dari atap

kasihan engkoh, mungkin itu cobaan dari yang diatas. semoga keluarga diberi ketabahan.
 
Back
Top