Fashion Tendance
Disesi kedua Fashion Tendance 2010 yang diadakan APPMI, lima desainer muslim perempuan yang tergabung dalam asosiasi tersebut, menggelar karya mereka untuk trend busana muslim tahun depan. Seperti apa gambarannya? Berikut kelima desainer dan deskripsi rancangan mereka.
Yessi Riscowati
Perempuan berusia 50-an ini adalah The Woman behind Ranti. Brand busana muslim yang banyak dikenal oleh para pecinta fashion muslimah wear.
Telah sepuluh tahun lebih, Ranti menjadi busana most wanted perempuan muslim, baik muda maupun tua. Kali ini, Yessi mengambil tema "Oplosan African".
Kekuatan Afrika dipadu dengan budaya Indonesia menjadi keunikan tersendiri. "African sendiri lebih banyak tertuang pada detail dan aksesoris, sementara untuk busana, kami menggunakan lurik Yogyakarta," tutur Yessi. Busana ini memang berkonsep ready to wear yang bisa digunakan ke konsumen segala usia.
Hennie Noer
Desainer busana muslim, Hennie Noer, mengetengahkan karyanya yang diberi titel "Culture Touch".
Tema ini mengambil inspirasi dari ukiran relief pada bangunan-bangunan di Yunani dan gambaran pilar kokoh serta bentuk atap yang bervolume. Hadir dalam konsep kontemporer, bukan berarti anda tak bisa memakainya dikeseharian.
Justru Hennie telah merombaknya menjadi busana muslim yang apik dan elegan namun sekaligus nyaman. "Saya menggunakan kain-kain tradisional Jawa Tengah seperti tenun torso," ungkap Hennie.
Merry Pramono
Kegelisahan akan global warming dirasakan pula oleh desainer Merry Pramono. Ia melihat sekitar telah terjadi ketimpangan bencana alam karena ulah manusia yang kerap merusak.
Untuk itulah, Merry menamakan rancangan trend 2010-nya dengan "Emotional Atmosphere". Semangat penghijauan terlihat dengan pemilihan warna alam seperti hujau, cokelat dan merah.
Namun jika lebih diperhatikan, konsep kostum matador dari Spanyol ikut menjadi inspirasi Merry. Rancangannya juga dibuat kontemporer dengan memakai patchwork serta perpaduan warna yang acak (random). Selain itu bahan yang dipilih adalah batik Kalimantan, chiffon, sutra dan katun.
Iva Latifah
Alam, budaya dan tradisi adalah kekuatan suatu bangsa, tak terkecuali bangsa Indonesia. Desainer Iva Latifah jeli dalam melihat dan mengeksplorasi unsur-unsur kekuatan ini. Karenanya, ia menamakan karyanya dengan "Flowering".
Sesuai dengan nama tersebut, keindahan bunga dan flora Indonesia dipilih oleh Iva untuk trend koleksinya tahun depan. "Yang unik dari rancangan saya, semua motif dibuat dengan teknik painting alias dilukis, sehingga busana satu dengan yang lainnya tidak sama motifnya," tutur Iva.
Kekayaan motif ini ditonjolkan lewat bahan organdi yang dipilih sang desainer. "Tekstur bahan organdi lebih nyaman dan warnanya lebih keluar bila dilukis," Jelas Iva disela-sela kegiatan JFW 09/10. Untuk detail, Iva mengaku ingin terlihat lebih sederhana namun menambah kesan sempurna seperti manik, payet dan bordir.
rna Mutiara
Perancang muda ini menutup bagian kedua fashion tendance diacara JFW 09/10. Irna memberi title "Ode To Life" pada rancangannya untuk tahun depan.
Busana muslim yang ia kreasikan adalah jenis busana pesta bagi muslimah yang ranahnya masih sedikit sekali. Rancangannya mengacu pada sesuatu yang berlawanan tetapi tetap mengedepankan komposisi yang menawan, misalnya, siluet feminim dan maskulin sekaligus, "Saya ingin menampilkan indahnya sebuah kontradiksi," tutur Irna.
Selain itu, kontradiksi yang ditampilkan adalah detail kuno dan modern, gelap dan terang serta simple dan elegan. Terlihat tidak mudah memang, namun anda bisa menjadikan style Irna untuk inspirasi busana muslimah anda.
Jadi jangan takut kehabisan gaya, terutama bagi anda para muslimah yang ingin berbusana sesuai kaidah Islam. Event ini mengadopsi semua keinginan masyarakat Indonesia serta mencoba bersaing dengan keinginan dunia Internasional.
*perempuan