the_gooner
New member
INILAH.COM, Jakarta - Kerumunan kaum sekong (gay) ibukota di tempat-tempat hang out semakin hari semakin marak. Kafe-kafe, gymnasium-gymnasium top, atau diskotik-diskotik terkenal khusus gay, sudah menandai gaya hidup hedonis mereka.
Apalagi banyak seleb tv yang dihinggapi sindrom sekong ini malah dianggap orang sebagai bintang yang berpenampilan menarik, lucu atau mudah memicu gelak para penonton. Hingga sekarang sebagian besar masyarakat bingung memahami perilaku mahkluk Tuhan ini.
Zee-Man (35 tahun), misalnya, sekong asal Tegal, Jawa Tengah ini kadang berfikir sesungguhnya dia tidak ingin menjadi seperti sekarang. Ia taat menjalankan shalat lima waktu sebagai muslim, namun tetap berpacu di jalur sekong itu. “Gue nggak mawar (mau) sebenarnya jadi seperti ini. Tapi gimana lagi bok….” ujarnya.
Jangankan orang awam, para ilmuwan yang meneliti perilaku kaum lesbian, gay dan bisexual (LGB) masih saja belum bisa menentukan faktor (atau faktor-faktor) apa yang menyebabkan orientasi seksual mereka menjadi seperti itu. Para peneliti perilaku LGB belum sepakat dengan alasan yang paling tepat yang mendorong orang menjadi sekong atau kelompok ini.
Memang ada sejumlah penelitian mengeksplorasi kemungkinan faktor hormonal, genetika, atau perkembangan lingkungan sosial dan budaya yang berpengaruh dominan terhadap identitas maupun perilaku LGB. Namun penelitian-penelitian itu tidak menemukan bukti satu faktor atau beberapa faktor yang paling kuat memengaruhi orientasi mereka.
Masyarakat banyak yang menduga bahwa faktor-faktor alamiah atau cara-cara pengasuhan anak berpengaruh terhadap orientasi seksual para sekong atau LGB. Tiga peneliti perilaku LGB American Psychological Associatiom menolak hipotesa ini.
Rosario, Schrimshaw dan Braun (2006) menyatakan “perkembangan identitas seksual LGB termasuk njlimet. Sebagian besar LGB justru bukan dibesarkan oleh lingkungan dengan identitas seperti kaum LGB serta memperkuat identitas itu, tapi malah dibesarkan dalam lingkungan yang secara terbuka menolak identitas LGB itu.”
Kita tengok bagaimana Zee-Man di besarkan. Sekong perkasa dengan dada lebar dan otot perut six packs ini, sampai SMA masih tinggal di kota Tegal. Ia sempat berpacaran dengan cewek di Kota Bahari itu pada saat duduk di bangku SMP. SMA dia jomblo, tidak berpacaran dengan cewek. Selepas SMA Zee Man mengenyam pendidikan lanjutan di Jakarta.
Suatu ketika Zee-Man bermimpi sampai spemanya muncrat di celana. “Anjrit, gue nggak mimpi ML sama cewek…kok malah mimpi sama cowok…Heran, tapi asyik…hehehe..” ceritanya. Pengalaman mimpi ini malah menginspirasi dirinya untuk lebih tahu pergaulan sesame sekong.
“Kebetulan,” ceritanya, “om gue meskipun punya bini, juga sama seperti gue sekarang…Sekong juga…” paparnya. Zee-Man tidak menjelaskan, apakah omnya telah menuntun dirinya ke arah jalan hidup sekong seperti sekarang.
Hendrix, sekong lainnya yang seumur dengan Zee-Man, malah sempat berasyik masyuk dengan anggota kepolisian berpangkat perwira yang sudah berbini pula. Sekong matre berorientasi cewek ini sering menenteng tas shoping berbagai brand yang ada di Senayan City, “dijabarin” oleh sang perwira. Boleh jadi ada anggota tentara yang kejangkitan demam sekong seperti ini.
Di Angkatan Bersenjata Mesir, fenomena sekong pernah merebak. Ini sebagai contoh lain bagaimana sekong bersenjata bisa horny menatap sesama jenis . “Kami jadi begini, karena mahar untuk menikah di Mesir sangat mahal. Sejak di akademi militer, kami sudah sekong, “ kata Zainuddin Bakar ketika ditemui kawasan Tahir Square, Cairo, beberapa tahun silam.
Jadi pengidap aliran sekong ini tidak eksklusif hanya pada kalangan sipil saja. Di sini atau di luar sana. Jangankan perwira menengah seperti Zainuddin , almarhum Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser pun konon suka bersedap-sedap sesame sekong.
Dan yang lebih konyol, di Kuala Lumpur, Malaysia, ada pendeta Kristen yang jelas menyatakan dirinya sekong dan khusuk memimpin kebaktian khusus ratusan kaumnya di Malaysia. Marilah kita insyafkan, kita rangkul mahluk Tuhan berstandar ganda ini supaya lebih suka olahraga sepakbola saja. [mdr]
Apalagi banyak seleb tv yang dihinggapi sindrom sekong ini malah dianggap orang sebagai bintang yang berpenampilan menarik, lucu atau mudah memicu gelak para penonton. Hingga sekarang sebagian besar masyarakat bingung memahami perilaku mahkluk Tuhan ini.
Zee-Man (35 tahun), misalnya, sekong asal Tegal, Jawa Tengah ini kadang berfikir sesungguhnya dia tidak ingin menjadi seperti sekarang. Ia taat menjalankan shalat lima waktu sebagai muslim, namun tetap berpacu di jalur sekong itu. “Gue nggak mawar (mau) sebenarnya jadi seperti ini. Tapi gimana lagi bok….” ujarnya.
Jangankan orang awam, para ilmuwan yang meneliti perilaku kaum lesbian, gay dan bisexual (LGB) masih saja belum bisa menentukan faktor (atau faktor-faktor) apa yang menyebabkan orientasi seksual mereka menjadi seperti itu. Para peneliti perilaku LGB belum sepakat dengan alasan yang paling tepat yang mendorong orang menjadi sekong atau kelompok ini.
Memang ada sejumlah penelitian mengeksplorasi kemungkinan faktor hormonal, genetika, atau perkembangan lingkungan sosial dan budaya yang berpengaruh dominan terhadap identitas maupun perilaku LGB. Namun penelitian-penelitian itu tidak menemukan bukti satu faktor atau beberapa faktor yang paling kuat memengaruhi orientasi mereka.
Masyarakat banyak yang menduga bahwa faktor-faktor alamiah atau cara-cara pengasuhan anak berpengaruh terhadap orientasi seksual para sekong atau LGB. Tiga peneliti perilaku LGB American Psychological Associatiom menolak hipotesa ini.
Rosario, Schrimshaw dan Braun (2006) menyatakan “perkembangan identitas seksual LGB termasuk njlimet. Sebagian besar LGB justru bukan dibesarkan oleh lingkungan dengan identitas seperti kaum LGB serta memperkuat identitas itu, tapi malah dibesarkan dalam lingkungan yang secara terbuka menolak identitas LGB itu.”
Kita tengok bagaimana Zee-Man di besarkan. Sekong perkasa dengan dada lebar dan otot perut six packs ini, sampai SMA masih tinggal di kota Tegal. Ia sempat berpacaran dengan cewek di Kota Bahari itu pada saat duduk di bangku SMP. SMA dia jomblo, tidak berpacaran dengan cewek. Selepas SMA Zee Man mengenyam pendidikan lanjutan di Jakarta.
Suatu ketika Zee-Man bermimpi sampai spemanya muncrat di celana. “Anjrit, gue nggak mimpi ML sama cewek…kok malah mimpi sama cowok…Heran, tapi asyik…hehehe..” ceritanya. Pengalaman mimpi ini malah menginspirasi dirinya untuk lebih tahu pergaulan sesame sekong.
“Kebetulan,” ceritanya, “om gue meskipun punya bini, juga sama seperti gue sekarang…Sekong juga…” paparnya. Zee-Man tidak menjelaskan, apakah omnya telah menuntun dirinya ke arah jalan hidup sekong seperti sekarang.
Hendrix, sekong lainnya yang seumur dengan Zee-Man, malah sempat berasyik masyuk dengan anggota kepolisian berpangkat perwira yang sudah berbini pula. Sekong matre berorientasi cewek ini sering menenteng tas shoping berbagai brand yang ada di Senayan City, “dijabarin” oleh sang perwira. Boleh jadi ada anggota tentara yang kejangkitan demam sekong seperti ini.
Di Angkatan Bersenjata Mesir, fenomena sekong pernah merebak. Ini sebagai contoh lain bagaimana sekong bersenjata bisa horny menatap sesama jenis . “Kami jadi begini, karena mahar untuk menikah di Mesir sangat mahal. Sejak di akademi militer, kami sudah sekong, “ kata Zainuddin Bakar ketika ditemui kawasan Tahir Square, Cairo, beberapa tahun silam.
Jadi pengidap aliran sekong ini tidak eksklusif hanya pada kalangan sipil saja. Di sini atau di luar sana. Jangankan perwira menengah seperti Zainuddin , almarhum Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser pun konon suka bersedap-sedap sesame sekong.
Dan yang lebih konyol, di Kuala Lumpur, Malaysia, ada pendeta Kristen yang jelas menyatakan dirinya sekong dan khusuk memimpin kebaktian khusus ratusan kaumnya di Malaysia. Marilah kita insyafkan, kita rangkul mahluk Tuhan berstandar ganda ini supaya lebih suka olahraga sepakbola saja. [mdr]
