Kalina
Moderator
Jakarta adalah tentang mal, belanja, kerja, macet dan banjir. Untungnya, masih ada tempat penyegaran jiwa di kota yang mematikan rasa ini. Kita bicara tentang tempat aktivitas seni berbiak.
Tari Akkarena Sombali karya Wiwiek Sipala. (Salihara)
Salah satunya adalah Komunitas Salihara, yang terletak di Jalan Salihara nomor 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Resmi bergiat sejak tanggal cantik 8 Agustus 2008, tibalah ajang besar ketiga mereka: Festival Salihara, yang dibuka Kamis (23/8) dan berlangsung hingga 20 Oktober.
Festival dibuka dengan pameran instalasi Joko Dwi Avianto dan Hedi Hariyanto, "Gajah" dan "Menapaki Jejak". Dua perupa berangkat dari materi berbeda. Yang satu dari bambu menjadi gajah, sementara Hedi merakit botol plastik. Bagaimana dua perupa ini menyetir makna-makna di kepala pengamatnya, bisa dirasakan sendiri di Salihara.
Instalasi gajah dari bambu Joko Dwi Avianto. (Salihara)
Instalasi Hedi Hariyanto dari kemasan bekas minuman. (Salihara)
Pembukaan Festival Salihara ketiga juga dimeriahkan tembang-tembang sajian Bonita and the hus Band, pertunjukan video mapping di Teater Atap Salihara, oleh Anton Ismael, Joey Christian dan Heru W. Atmaja.
Sajian puncak di hari pembukaan adalah tari "Akkarena Sombali" oleh Wiwiek Sipala. Akkarena adalah tari Makassar yang bercerita tentang turunnya penghuni langit ke bumi, mewariskan ilmu tentang cara hidup, bercocok tanam, beternak, berburu, gotong royong, hingga bermusyawarah. Saat penghuni langit pulang, penghuni bumi berterima kasih dengan menarikan Akkarena. Akkarena Sombali adalah pemaknaan ulang Wiwiek, yang sudah mendalami tari itu sejak 1963.
Hingga bulan depan, sekitar dua lusin penampil dari luar maupun dalam negeri akan berpentas di Salihara. Mereka--jadwal tampil bisa dilihat di salihara.org--dipilih oleh dewan kurator yang bervisi "memelihara keragaman dan kebaruan". Maka, siapa pun warga Jakarta (dan sekitarnya) bisa berharap untuk terkaget-kaget di Festival Salihara. Dan kekagetan, semoga, bisa menjadi awal membangkitkan rasa yang nyaris mati ditenggelamkan ibu kota...
Tari Akkarena Sombali karya Wiwiek Sipala. (Salihara)
Salah satunya adalah Komunitas Salihara, yang terletak di Jalan Salihara nomor 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Resmi bergiat sejak tanggal cantik 8 Agustus 2008, tibalah ajang besar ketiga mereka: Festival Salihara, yang dibuka Kamis (23/8) dan berlangsung hingga 20 Oktober.
Festival dibuka dengan pameran instalasi Joko Dwi Avianto dan Hedi Hariyanto, "Gajah" dan "Menapaki Jejak". Dua perupa berangkat dari materi berbeda. Yang satu dari bambu menjadi gajah, sementara Hedi merakit botol plastik. Bagaimana dua perupa ini menyetir makna-makna di kepala pengamatnya, bisa dirasakan sendiri di Salihara.
Instalasi gajah dari bambu Joko Dwi Avianto. (Salihara)
Instalasi Hedi Hariyanto dari kemasan bekas minuman. (Salihara)
Pembukaan Festival Salihara ketiga juga dimeriahkan tembang-tembang sajian Bonita and the hus Band, pertunjukan video mapping di Teater Atap Salihara, oleh Anton Ismael, Joey Christian dan Heru W. Atmaja.
Sajian puncak di hari pembukaan adalah tari "Akkarena Sombali" oleh Wiwiek Sipala. Akkarena adalah tari Makassar yang bercerita tentang turunnya penghuni langit ke bumi, mewariskan ilmu tentang cara hidup, bercocok tanam, beternak, berburu, gotong royong, hingga bermusyawarah. Saat penghuni langit pulang, penghuni bumi berterima kasih dengan menarikan Akkarena. Akkarena Sombali adalah pemaknaan ulang Wiwiek, yang sudah mendalami tari itu sejak 1963.
Hingga bulan depan, sekitar dua lusin penampil dari luar maupun dalam negeri akan berpentas di Salihara. Mereka--jadwal tampil bisa dilihat di salihara.org--dipilih oleh dewan kurator yang bervisi "memelihara keragaman dan kebaruan". Maka, siapa pun warga Jakarta (dan sekitarnya) bisa berharap untuk terkaget-kaget di Festival Salihara. Dan kekagetan, semoga, bisa menjadi awal membangkitkan rasa yang nyaris mati ditenggelamkan ibu kota...
Maju terus.. Seni & Budaya Indonesia!!!