Megha
New member
Negara kepulauan berbentuk republik di Asia Tenggara; berbatasan dengan Samudera Pasifik sebelah timur, Laut Sulawesi di sebelah selatan, Laut Cina Selatan di sebelah barat, dan Selat Luzon di utara. Luas: 300.000 km2. Penduduk: 67.600.000 (1995). Keadatan penduduk: 225/km2. Ibu kota: Manila. Bahasa resmi: Pilipina, Inggris. Satuan mata uang: Peso
Politik
pada Pemerintahan Presiden Corazon Aquino,
sampai akhir masa jabatannya (1992), tidak henti-hentinya diguncang pemberontakan. Di bawah pemerintahan penggantinya, yaitu Fidel Ramos, perundingan dengan pemberontak Moro berhasil memperlebar jalan menuju perdamaian.
Dalam Negeri
Pada bulan Oktober 1990, pasukan kolonel Alexander Noble, salah seorang penggerak kudeta Desember 1989, merebut dua pangkalan militer Filipina di P. Mindanao, sekitar 770 km dari Manila. Hal ini merupakan bagian dari usaha untuk mendirikan negara Mindanao yang merdeka. Tetapi 2 hari kemudian pasukan Noble dapat dilumpuhkan.
Dengan meningkatnya kekuatan pemberontak, sumber ancaman bagi pemerintahan Corazon Aquino bergeser dari gerilyawan komunis NPA (New People’s Army. Tentara Rakyat Baru) ke gerilyawan pemberontak seperti RAM (Reform the Armed Forces Movement) dan YOU (Young Officers’ Union).
Perundingan selanjutnya antara pemerintah Filipina dan MNLF dilakukan di kota Zamboanga, Filipina selatan, pada bulan April 1994. Perundingan ini hampir gagal karena kedua pihak tidak sepakat mengenai jumlah pengawal yang akan menjaga Nur Misuari (pemimpin MNLF). Tetapi akhirnya perundingan jadi juga dilangsungkan dan menghasilkan beberapa kesepakatan, di antaranya mengenai pembagian penghasilan dari pajak. Dalam kesepakatan itu disebutkan bahwa 60% pendapatan dan pajak daerah Moro akan masuk ke kas daerah otonomi dan sisanya ke kas pusat.
Luar Negeri
Ketegangan sempat terjadi antara filipina dan AS pada tahun 1991 sehubungan dengan persoalan pangkalan angkatan laut AS di Clark dan Subioc, Filipina. Kedua pangkalan itu sedianya akan ditutup pada 16 September 1991, tetapi AS masih ingin memperbaharui sewa pangkalan itu. Untuk pembaruan sewa pemerintah menawarkan harga USS 825 juta per tahun untuk pemakaian selama 7 tahun, sedang AS ,menghendaki harga USS 360 juta per tahun untuk masa sewa 10—12 tahun. Akhirnya, pada tanggal 17 Juli
1991 kedua negara menyetujui harga US$ 203 juta per tahun. Harga itu disepakati karena AS berjanji akan meningkatkan perdagangan kedua negara yang selama 10 tahun terakhir mencapai US$ 3,5 miliar. Namun pada 16 September 1991. ternyata Senat Filipina menolak perjanjian itu. Keputusan Senat itu ditentang oleh Presiden Aquino, tetapi akhirnya pada tanggal 2 Oktober 1991 tercapai juga kesepakatan antara pemerintah dan Senat bahwa penarikan angkatan laut AS baru akan dilakukan 3 tahun kemudian.
Ekonomi
Pada era 1990-an, Aquino harus menghadapi persoalan ekonomi yang cukup berat akibat pecahnya Perang Teluk yang mengganggu impor minyak negeri itu serta bencana gempa bumi di wilayab Baguio dan meletusnya G. Pinatubo di barat Filipina.
Invasi Irak ke Kuwait pada tahun 1990 dan sejumlah bencana yang menimpa Filipina menjadikan ekonomi Filipina mengalami guncangan sepanjang tahun 1990— 1993. Perang Teluk menjadikan pemerintah Filipina harus membayar impor minyaknya sampai dua kali lipat. Ini menjadikan pertumbuhan ekonomi Filipina berjalan pelan, hanya 3,8% pada awal 1990-an.
Gempa bumi di Baguio yang menelan korban sampai 1.600 orang dan musibah meletusnya G. Pinatubo — menelan korban 700 orang — juga menyebabkan kesulitan ekonomi yang berarti. Sebanyak 15,1% orang kehilangan pekerjaan dan angka inflasi mencapai 22,6% pada awal tahua 1991. [FOOTNOTE]Ensiklopedi Indonesia, 1992, Penerbit PT Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, PT Intermasa, Jakarta[/FOOTNOTE]
[h=1]Reference & Resources[/h]
[REFLIST]1[/REFLIST]
Politik
pada Pemerintahan Presiden Corazon Aquino,
sampai akhir masa jabatannya (1992), tidak henti-hentinya diguncang pemberontakan. Di bawah pemerintahan penggantinya, yaitu Fidel Ramos, perundingan dengan pemberontak Moro berhasil memperlebar jalan menuju perdamaian.
Dalam Negeri
Pada bulan Oktober 1990, pasukan kolonel Alexander Noble, salah seorang penggerak kudeta Desember 1989, merebut dua pangkalan militer Filipina di P. Mindanao, sekitar 770 km dari Manila. Hal ini merupakan bagian dari usaha untuk mendirikan negara Mindanao yang merdeka. Tetapi 2 hari kemudian pasukan Noble dapat dilumpuhkan.
Dengan meningkatnya kekuatan pemberontak, sumber ancaman bagi pemerintahan Corazon Aquino bergeser dari gerilyawan komunis NPA (New People’s Army. Tentara Rakyat Baru) ke gerilyawan pemberontak seperti RAM (Reform the Armed Forces Movement) dan YOU (Young Officers’ Union).
Perundingan selanjutnya antara pemerintah Filipina dan MNLF dilakukan di kota Zamboanga, Filipina selatan, pada bulan April 1994. Perundingan ini hampir gagal karena kedua pihak tidak sepakat mengenai jumlah pengawal yang akan menjaga Nur Misuari (pemimpin MNLF). Tetapi akhirnya perundingan jadi juga dilangsungkan dan menghasilkan beberapa kesepakatan, di antaranya mengenai pembagian penghasilan dari pajak. Dalam kesepakatan itu disebutkan bahwa 60% pendapatan dan pajak daerah Moro akan masuk ke kas daerah otonomi dan sisanya ke kas pusat.
Luar Negeri
Ketegangan sempat terjadi antara filipina dan AS pada tahun 1991 sehubungan dengan persoalan pangkalan angkatan laut AS di Clark dan Subioc, Filipina. Kedua pangkalan itu sedianya akan ditutup pada 16 September 1991, tetapi AS masih ingin memperbaharui sewa pangkalan itu. Untuk pembaruan sewa pemerintah menawarkan harga USS 825 juta per tahun untuk pemakaian selama 7 tahun, sedang AS ,menghendaki harga USS 360 juta per tahun untuk masa sewa 10—12 tahun. Akhirnya, pada tanggal 17 Juli
1991 kedua negara menyetujui harga US$ 203 juta per tahun. Harga itu disepakati karena AS berjanji akan meningkatkan perdagangan kedua negara yang selama 10 tahun terakhir mencapai US$ 3,5 miliar. Namun pada 16 September 1991. ternyata Senat Filipina menolak perjanjian itu. Keputusan Senat itu ditentang oleh Presiden Aquino, tetapi akhirnya pada tanggal 2 Oktober 1991 tercapai juga kesepakatan antara pemerintah dan Senat bahwa penarikan angkatan laut AS baru akan dilakukan 3 tahun kemudian.
Ekonomi
Pada era 1990-an, Aquino harus menghadapi persoalan ekonomi yang cukup berat akibat pecahnya Perang Teluk yang mengganggu impor minyak negeri itu serta bencana gempa bumi di wilayab Baguio dan meletusnya G. Pinatubo di barat Filipina.
Invasi Irak ke Kuwait pada tahun 1990 dan sejumlah bencana yang menimpa Filipina menjadikan ekonomi Filipina mengalami guncangan sepanjang tahun 1990— 1993. Perang Teluk menjadikan pemerintah Filipina harus membayar impor minyaknya sampai dua kali lipat. Ini menjadikan pertumbuhan ekonomi Filipina berjalan pelan, hanya 3,8% pada awal 1990-an.
Gempa bumi di Baguio yang menelan korban sampai 1.600 orang dan musibah meletusnya G. Pinatubo — menelan korban 700 orang — juga menyebabkan kesulitan ekonomi yang berarti. Sebanyak 15,1% orang kehilangan pekerjaan dan angka inflasi mencapai 22,6% pada awal tahua 1991. [FOOTNOTE]Ensiklopedi Indonesia, 1992, Penerbit PT Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, PT Intermasa, Jakarta[/FOOTNOTE]
[h=1]Reference & Resources[/h]
[REFLIST]1[/REFLIST]