Film Indonesia: Bahwa Cinta itu Ada

Kalina

Moderator
film22471.jpg


Film ini bercerita tentang perjalanan hidup beberapa mahasiswa/i di sebuah kampus di Bandung, yaitu Slamet, Fuad, Gungun, Poltak, Benny dan Ria. Mereka berteman sejak pertama kali masuk kuliah sampai akhirnya lulus dan melanjutkan hidup mereka.
Ria dari Padang, si bintang kampus menjadi pujaan di antara mereka yang pintar dan cantik. Slamet dari Trenggalek yang pintar tapi pendiam, tidak pernah bisa mengungkapkan cintanya. Benny dari Jakarta dengan sifat percaya dirinya yang tinggi. Gungun anak Sunda yang lugu dan kocak. Fuad dari Madura yang menggebu-gebu serta Poltak dari Pematang Siantar yang santai. Mereka bersama-sama melalui suka duka kuliah dengan karakter yang berbeda dalam menghadapi kehidupan perkuliahan, pertemanan, percintaan dan keluarga… Tawa, Tangis… mereka lalui bersama…

Latar belakang keluarga mereka yang berbeda dan masing-masing permasalahannya membentuk karakter-karakter yang akan terlihat saat 20 tahun kemudian mereka bertemu kembali.

Bagaimana mereka saat bertemu kembali? Apakah karakter mereka di masa kuliah akan sama dengan saat berjumpa 20 tahun kemudian? Bagaimana akhir cerita cinta mereka?

Mereka akan menunjukkan BAHWA CINTA ITU ADA….
Saksikan mulai 4 Maret 2010 di biosko-bioskop 21 dan XXI

Jenis Film :
Drama

Produser :
Budiyati Abiyoga, Tyas A. Moein

Produksi :
Ganesha Creative Industry

Durasi :
0

Pemain :
Ariyo Wahab
Eva Asmarani
Rizky Hanggono
Alex Abbad
Dennis Adishwara
Restu Sinaga
Niniek L. Karim
Slamet Rahardjo


Sutradara :
Sujiwo Tejo


Penulis :
Arya Gunawan
 
Bls: Film Indonesia: Bahwa Cinta itu Ada

Pemain Bahwa Cinta Itu Ada Dalami Karakter dengan Tarian dan Puisi

PARA pemain film Bahwa Cinta Itu Ada arahan Sujiwo Tejo mengatakan memperoleh pengalaman menarik selama syuting. Proses pendalaman karakter tidak hanya melalui reading dan workshop. Tapi juga musik, tarian, dan puisi. Itu semua menjadi pengalaman baru bagi mereka.

Eva Asmarani yang berperan sebagai Ria merasakan manfaat cara tersebut. Dia puas membawakan karakternya. Pada satu adegan, Ria diperlihatkan sedang kecewa. Mengungkapkan itu, secara alami dia marah, berteriak, dan menangis.

''Akting itu dipandu sutradara. Sebelum melakoni adegan tersebut, Sujiwo Tejo mengajari saya memainkan ritme dan emosi dengan tarian. Tadinya sih berpikir apa gunanya. Tapi, ternyata memang berpengaruh besar. Saya bisa mendalami karakter itu,'' ucap gadis manis tersebut.

Restu Sinaga yang berperan sebagai Poltak juga demikian. Untuk mendalami karakter masing-masing, Sujiwo Tejo memberi mereka sebuah puisi. ''Puisi tiap orang berbeda,'' katanya. Selain puisi, Sujiwo Tejo kerap membangkitkan emosi pemainnya dengan alunan saksofon. ''Pokoknya unik deh proses pembuatan filmnya,'' imbuh Restu.

Dennis Adhiswara, pemeran Memet dalam Ada Apa dengan Cinta, mengatakan dari awal sudah penasaran dengan Sujiwo Tejo. Dia sudah melihat bagaimana budayawan itu memberikan nyawa kepada teater maupun wayang. Dennis pun berjuang keras untuk mendapatkan peran Gun Gun dalam film tersebut. ''Mati-matian saya hapalkan naskahnya biar lolos casting,'' ucapnya.
 
Bls: Film Indonesia: Bahwa Cinta itu Ada

120096large.jpg


Sujiwo Tejo Sutradarai Bahwa Cinta Itu Ada

JAKARTA - Pekan ini perfilman tanah air akan diramaikan oleh sebuah judul baru Bahwa Cinta Itu Ada. Film tersebut diangkat dari novel karya Dermawan Wibisono berjudul Gading-Gading Ganesha. Ariyo Wahab, Eva Asmarani, Alex Abbad, Rizky Hanggono, Restu Sinaga, serta Dennis Adishwara menjadi tokoh cerita dalam film tersebut. Bahwa Cinta Itu Ada merupakan debut pertama Sujiwo Tejo, budayawan Indonesia, sebagai sutradara layar lebar.

Film dibuka dengan pertemuan Fuad (Alex Abbad), Poltak (Restu Sinaga), Ria (Eva Asmarani), Benny (Rizky Hanggono), serta Gun Gun (Dennis Adhiswara) di sebuah kantor di Jakarta. Mereka melakukan komunikasi via konferensi video dengan Slamet (Ariyo Wahab) yang berada di Sawahlunto, Sumatera Barat. Slamet menawarkan bisnis kepada lima kawan kuliahnya itu untuk eksplorasi batu bara.

Lalu alur film berjalan mundur ke tahun 80-an. Diceritakan keenam tokoh tersebut bertemu kali pertama saat pendaftaran mahasiswa baru di Institut Teknologi Bandung (ITB). Mereka bersahabat dan saling memendam cinta. Benny jatuh cinta kepada Ria. Tapi, Ria justru jatuh hati kepada Slamet, pemuda pintar dan rendah hati yang berasal dari Trenggalek, Jawa Timur.

Slamet sebenarnya juga menaruh hati kepada Ria. Tapi, rasa itu tak terungkap karena status sosial Ria jauh di atas Slamet. Cinta yang terpendam itu terbawa hingga mereka dewasa dan menjalani kehidupan masing-masing.

Meski inti utama film ini adalah cinta, tidak ditemukan adegan berciuman atau mengumbar keseksian pemain. Film yang diproduksi oleh Ganesha Creative Industry ini tak terjebak dengan fenomena film masa kini yang lebih menonjolkan akting berani bintang-bintangnya.

Sujiwo Tejo justru dengan apik menggabungkan sinematografi dengan pedalangan, bidang yang menjadi latar belakangnya. Narasi dalam film itu diucapkan bak seorang dalang yang memainkan wayang. Begitu juga konten film yang tak lupa menampilkan tarian-tarian dan musik yang sangat lokal.

Ada satu adegan Slamet mencium kaki ibunya (Niniek L. Karim) ketika dia pulang ke Trenggalek. Ada juga adegan ketika Slamet bersujud di tanah, lalu dia dilangkahi tiga kali oleh ibunya. Sebuah adegan yang jarang terlihat di film-film Indonesia akhir-akhir ini.

''Adegan itu sebenarnya tidak ada dalam skenario maupun novelnya. Itu biografi saya. Zaman dulu saya melakukan itu dengan ibu saya. Ketika saya meminta Ariyo melakukan adegan itu, dia mau. Dan saya meminta editornya supaya adegan ini jangan diedit,'' jelas Sujiwo Tejo.

Dia menjelaskan, film hasil arahannya itu seluruhnya berdurasi 3 jam, tapi diedit menjadi 90 menit. Diakui oleh pria kelahiran Jember ini, ada rasa kecewa karena banyak adegan yang terbuang. Akibatnya, penonton tidak bisa menikmati ceritanya secara keseluruhan.

Ditanya tentang kesannya menjadi sutradara, salah seorang pemain Janji Joni itu mengatakan sangat lelah. Bahkan, setelah filmnya selesai dibuat, dia sempat berucap kapok menjadi sutradara. ''Lha, yang lain (pemain) setelah adegan selesai bisa pulang. Saya masih harus mengatur syuting lagi. Padahal, saya mau jadi sutradara karena sepertinya enak. Bisa nyuruh-nyuruh. Selama ini kan biasanya saya jadi pemain, disuruh-suruh,'' ucapnya.

Namun, rasa kapok itu dia simpan dalam-dalam. Melihat hasil kerjanya, Sujiwo Tejo mulai menemukan kenikmatan menjadi sutradara. Kemarin (1/3) saat ditemui di Planet Hollywood seusai penayangan perdana filmnya, Sujiwo Tejo mengatakan masih berniat membuat film lagi. ''Kalau ditawari untuk membuat film lagi, saya masih mau,'' lanjutnya lalu tersenyum.
 
Bls: Film Indonesia: Bahwa Cinta itu Ada

1513214p.jpg


Banyak Adegan Dipotong, Restu Sinaga Pasrah
JAKARTA, KOMPAS.com — Aktor Restu Sinaga hanya bisa pasrah ketika film terbarunya Bahwa Cinta Itu Ada, garapan sutradara Sujiwo Tejo yang berdurasi sekitar tiga jam, dibabat hingga tersisa 90 menit.

"Yang gue tahu scene kita banyak yang dipotong dari tiga jam jadi sekitar 100 menit kurang," imbuh pemeran Poltak itu saat dijumpai seusai press screening film terbarunya itu di Jakarta, Senin (1/3/2010).

Untuk pemotongan tersebut, Restu mengaku sudah diberitahu sebelumnya. "Kita sebelumnya sudah dikasih tahu, tapi masa mau marah-marah," ujar Restu.

Hanya saja, dengan pemotongan durasi film tersebut, Restu menyayangkannya. "Cuma sayang aja, kan kita udah diset lama-lama," tekannya.

Restu juga harus menerima jika salah satu adegan romantisnya juga terpaksa dipotong. "Seperti pas gue ketemu sama cewek gue, gue salaman sama dia, dan itu menunjukkan bahwa dia akan menjadi pasangan hidup gue. Itu juga dipotong," jelasnya.

Namun, Restu cukup mafhum dengan kondisi tersebut. "Memang film ini semestinya dibuat dua seri," ujarnya.
 
Bls: Film Indonesia: Bahwa Cinta itu Ada

1815276p.jpg


Terlibat Adegan Ciuman, Dennis Adiswara Izin Istri
JAKARTA, KOMPAS.com - Acapkali memerankan karakter polos nan lugu, aktor Dennis Adiswara kini diplot berperan sebagai pria dewasa yang beristri. Ini sekaligus menjadi pengalaman pertama Dennis di dunia perfilman.

"Iya ini pertama kalinya gue dapat peran menjadi seorang pria beristri. Jadi sama dengan status (pernikahan) gue sekarang," jelas Dennis, saat ditemui di Planet Hollywood Jakarta, Senin (1/3/2010).

Lanjut suami dari Nadia Flo itu, perannya kali ini sama dengan status perkawinannya (di luar film) membuat ia bersikap lebih dewasa. "Ya sekarang perannya jadi tidak sepolos dulu, dan di sini kelihatan lebih dewasa," ungkap Dennis.

Di samping itu, memerankan Gun Gun dalam film Bahwa Cinta Itu Ada tak sulit bagi Dennis untuk meminta izin kepada sang istri. "Ya di sini ada adegan ciuman. Tapi enggak sampai yang benar-benar kena," ujar Dennis. "Ya gue bikin simple aja izinnya dan bilang dia (Nadia) tetap nomer satu," pungkasnya.
belom nonton uda ngakak duluan.. liat si Denniz.. jadi keinget film dia yang Jomblo wakakakakkaa
 
Bls: Film Indonesia: Bahwa Cinta itu Ada

kalo dilihat dari pemainya itu loh mbak....
kan spesialis film komedi....
 
Bls: Film Indonesia: Bahwa Cinta itu Ada

novelnya sih bagus tapi...katanya nih film agak beda ma novelnya, yg main dewasa semua...
 
Bls: Film Indonesia: Bahwa Cinta itu Ada

heheheh kita lihat hasilnya aja nih garapan Sujiwo Tejo :D
 
Back
Top