nurcahyo
New member
FLU BURUNG
Kalbefarma -
Flu burung adalah infeksi oleh virus influenzae A subtype H5N1 (H = hemaglutinin, N = neuraminidase) yang umumnya menyerang unggas, burung, ayam, dan dapat menyerang manusia (penyakit zoonosis) yang sejak akhir 2003 menyerang Asia Timur dan Selatan.
Indonesia merupakan negara kelima di Asia setelah Hongkong, Thailand, Vietnam dan Kamboja yang terjangkit flu burung pada manusia.
Flu burung yang terjadi pada manusia merupakan kejadian akibat persinggungan antara manusia dengan hewan sehingga ada pertukaran genetik dan virus.
Faktor-faktor yang penting dalam penularan flu burung:
- Kepadatan penduduk dan kepadatan unggas
- Virus yang bersirkulasi (H5N1)
- Bio-security yang menurun
- Dinamika viral (virulensi) ? human (kerentanan daya tahan tubuh) ? animal
Penilaian resiko terjadinya flu burung berdasarkan:
- Virus yang sudah endemi di Indonesia
- Burung-burung yang berpindah-pindah
- Transmisi antar spesies, misalnya babi. Tapi sampai saat ini, H5N1 tidak dengan mudah transmisi dari hewan ke manusia, dan transmisi antar manusia sangat jarang, tetapi WHO telah menemukan mutasi virus ini.
Staging of Highly Patogenic Avian Influenzae (HPAI) :
* Stadium 1 : Hewan (+) (positif) terkena infeksi, manusia masih sedikit yang terinfeksi
* Stadium 2: Hewan (+) terkena infeksi, jumlah manusia yang terinfeksi sudah ada peningkatan .
Pandemic alert
* Stadium 3 : Manusia (+) terkena infeksi, tetapi transmisi antar
manusia belum ada atau family cluster belum ditemukan.
* Stadium 4: Manusia (+) terkena infeksi, transmisi antar manusia sudah terjadi, tetapi hanya small cluster (2 ? 3 orang dalam 1 keluarga)
* Stadium 5 : Large cluster
Epidemiologi :
Hingga saat ini di Indonesia, flu burung telah menyebar ke daerah-daerah di Indonesia, hanya 10 propinsi di bagian Indonesia Timur masih bebas flu burung. Dari 23 propinsi yang terinfeksi, yang merupakan kasus dengan PCR positif adalah 4 orang di Jawa Barat, 3 orang di Banten dan 2 orang di Lampung.
Kronologis perjalanan infeksi AVANZA (Avian Influenzae) di Indonesia: (menurut Menkes Indonesia: DR. Dr. Siti Fadillah Supari, SpJP) :
- 25 Januari 2004 : Menteri pertanian mengumumkan H5N1 telah menyerang peternakan unggas.
- 28 Januari 2004 : Dilakukan serosurvei daerah outbreak (Bali, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, DIY, Bengkulu, Jatim, Kalsel) oleh DepKes dan DepTan. Hasil: Sero pada manusia (-)
- 18 Mei 2005 : Menteri pertanian menemukan Avanza (H5N1) pada hewan babi di daerah tangerang, tetapi aasimptomatik.
- 28 Juni 2005 : Pertama kali ditemukan menginfeksi manusia dan berakhir pada kematian.
Menurut MenKes, Siti Fadillah, ada 6 tahapan menuju kepada Pandemi Flu Burung :
1. Flu burung belum mewabah.
2. Flu burung mewabah pada unggas.
3. Flu burung menular dari hewan ke manusia.
4. Virus menular antar manusia tetapi baru pada sekelompok kecil saja.
5. Virus menular antar manusia tetapi masih terlokalisasi.
6. Virus menular antar manusia dalam skala luas atau pandemi di beberapa negara.
Indonesia berada di antara langkah nomor 3 dan 4.
Gejala flu burung: demam > 38 ?C, batuk, pilek, nyeri otot, nyeri tenggorokan, dan pernah kontak dengan unggas yang terinfeksi virus H5N1 (mati/sakit) dalam 7 hari terakhir.
1. Mengendalikan wabah pada unggas atau hewan dan mencegah infeksi baru pada unggas / hewan.
2. Perlindungan kelompok resiko tinggi dengan Bio-security.
3. Strategi surveilans (manusia dan hewan).
4. Strategi komunikasi, informasi dan edukasi.
5. Strategi manajemen kasus dan pengendalian infeksi di sarana kesehatan.
6. Peningkatan studi / penelitian kesehatan.
7. Dinyatakan sebagai KLB (Kejadian Luar Biasa) nasional.
Masa Inkubasi : 1-3 hari
Masa Infeksius pada dewasa : 2-3 hari, pada anak bisa sampai 21 hari.
Kelompok yang termasuk ke dalam risiko tinggi adalah:
1. Pekerja peternakan (termasuk dokter hewan atau insinyur peternakan).
2. Laboratorium yang mengumpulkan dan meneliti sampel pasien atau unggas yang terjangkit.
3. Pengunjung peternakan dalam 1 minggu terakhir.
4. mereka yang terpapar.
Pencegahan (preventif):
1. Pengamatan kesehatan secara pasif, pada kelompok risiko tinggi dan keluarga.
2. Serosurvei bagi yang terpapar.
3. Antiviral ( Oseltamivir 2 x 75 mg 1 minggu) bagi yang berisiko menghirup udara yang tercemar.
Penanganan AVANZA (Avian Influenza) di RS. Penyakit Infeksi Prof. DR. Sulianti Saroso (RSPI-SS).
RSPI-SS ini memiliki Ruangan Airborne transmission Isolation Wards yang didirikan pada tahun 2003 setelah outbreak SARS, memiliki kapasitas 35 bed, dengan tekanan negatif, TV, single room.
Pasien dibagi dalam 3 kelompok :
- Kasus konfirm : kasus dengan gejala (+), serologis (+), PCR (+).
- Kasus probabel : kasus dengan gejala (+), serologis (+), PCR (-).
- Kasus suspek : kasus dengan gejala (+), hewan yang terinfeksi (+), Lab (-).
Kasus suspek hanya untuk kepentingan surveilans, tidak untuk kepentingan pengobatan. Pada kasus ini, ada Febrile Respiratory Illness, dan Pneumonia yang ?unsual? yaitu:
- Pneumonia yang sifatnya cepat, progresif, dan fatal.
- Leukopeni atau limfositopenia.
- Clustering
- Tidak berespon terhadap antibiotika yang adekuat.
Bahan sampel untuk pemeriksaan diambil dari:
- Nasal dan faringeal swab
- Serologi (tiap 5 hari)
- Cairan pleura
- Aspirasi bronkotrakeal : jika tersedia.
Penanganan kasus AVANZA pada manusia ini memerlukan upaya khusus yang meliputi deteksi kasus, penatalaksanaan klinis, pencegahan infeksi nosokomial, dan pelacakan kontak. Salah satu hal yang terkait dengan upaya penanggulangan kasus flu burung adalah sistem rujukan pasien dan pemeriksaan laboratorium diagnostik.
Prosedur tetap penanganan penderita flu burung di RSPI-SS:
1. Penderita dirawat di ruang isolasi selama 7 hari (masa penularan) karena ditakutkan adanya transmisi melalui udara.
2. Oksigenasi, jika terdapat sesak napas dan cenderung ke arah gagal napas dengan mempertahankan saturasi O2 > 90%.
3. Hidrasi, yaitu pemberian cairan parenteral (infus) atau minum yang banyak.
4. Terapi simptomatis untuk gejala flu, seperti analgetika/antipiretika, dekongestan, antitusif.
5. Oseltamivir (obat penghambat neuraminidase) dosis:
- Anak dengan berat badan:
=15 kg : 30 mg 2 x sehari
>15 ? 23 kg : 45 mg 2 x sehari
>23 ? 40 kg : 60 mg 2 x sehari
>40 kg : 75 mg 2 x sehari
- Anak usia = 13 tahun dan dewasa :
75 mg 2 x sehari.
Harus diberikan dalam waktu 36 jam onset influenza. Pemberian dilakukan selama 5 hari.
6. Foto toraks ulang
7. Laboratorium
8. Pada kasus dengan respiratory distress, maka dilakukan pengobatan sesuai prosedur RDS pada lazimnya, dan penderita dimasukkan ke ruang perawatan intensif (ICU).
9. Dapat dirawat di ruang perawatan isolasi biasa jika :
- Hasil usap tenggorokan (-) dengan PCR atau biakan
- Setelah hari ke 7 demam, KECUALI demam berlanjut sampai 7 hari sesuai pertimbangan dokter yang merawat, penanganan adalah kasus demi kasus.
Kriteria merawat di ICU:
1. Frekuensi napas > 30 x per menit (pada anak = 40 kali/menit)
2. Dispneu (sesak napas)
3. Rasio PaO2/FiO2 < 250
4. Foto toraks; penambahan infiltrat > 50 % atau mengenai banyak lobus paru
5. Tekanan sistolik < 90 mmHg, tekanan diastolik < 60 mmHg
6. Membutuhkan ventilator mekanik
7. Syok septik
8. Membutuhkan vasopressor (dopamin/dobutamin) > 4 jam
9. Fungsi ginjal memburuk (serum kreatinin = 4 mg/dl)
Pemulangan penderita rawat inap dan follow-up:
*. Pulang ke rumah (Indikasi pulang keperawatan)
- Penderita tidak demam selama 72 jam
- Tidak batuk
- Perbaikan foto toraks
- Laboratorium yang sebelumnya abnormal menjadi normal kembali
*. Follow up (tindak lanjut)
- Penderita rawat inap yang telah pulang ke rumah diwajibkan untuk melakukan follow-up di polilinik penyakit paru/penyakit dalam/penyakit anak/Instalasi Rawat Darurat.
- Pemeriksaan ulang/kontrol dilakukan satu minggu setelah pulang, pemeriksaan kontrol dapat dilakukan foto toraks dan uji lain yang abnormal.
Pencegahan:
- Mereka yang berisiko mendapat flu burung atau yang terpajan harus mendapat pencegahan dengan oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 1 minggu.
- Jika vaksin untuk flu burung ini telah tersedia, dapat diberikan kepada orang yang berisiko:
* Semua orang yang diduga kontak dengan unggas atau peternakan unggas yang terinfeksi AVANZA (H5N1), terutama : orang yang yang bertugas memisahkan unggas yang sakit atau yang terlibat dalam pemusnahan unggas dan orang yang hidup dan bekerja di peternakan unggas dimana telah dilaporkan terdapat/dugaan H5N1 di tempat pemisahan.
* Tenaga kesehatan yang menangani kasus influenza H5N1 pada manusia.
* Tenaga kesehatan yang bekerja pada sarana pelayanan darurat di daerah terjadinya influenza H5N1 pada burung.
sumber : artikel-kesehatan.blogspot.com
Kalbefarma -
Flu burung adalah infeksi oleh virus influenzae A subtype H5N1 (H = hemaglutinin, N = neuraminidase) yang umumnya menyerang unggas, burung, ayam, dan dapat menyerang manusia (penyakit zoonosis) yang sejak akhir 2003 menyerang Asia Timur dan Selatan.
Indonesia merupakan negara kelima di Asia setelah Hongkong, Thailand, Vietnam dan Kamboja yang terjangkit flu burung pada manusia.
Flu burung yang terjadi pada manusia merupakan kejadian akibat persinggungan antara manusia dengan hewan sehingga ada pertukaran genetik dan virus.
Faktor-faktor yang penting dalam penularan flu burung:
- Kepadatan penduduk dan kepadatan unggas
- Virus yang bersirkulasi (H5N1)
- Bio-security yang menurun
- Dinamika viral (virulensi) ? human (kerentanan daya tahan tubuh) ? animal
Penilaian resiko terjadinya flu burung berdasarkan:
- Virus yang sudah endemi di Indonesia
- Burung-burung yang berpindah-pindah
- Transmisi antar spesies, misalnya babi. Tapi sampai saat ini, H5N1 tidak dengan mudah transmisi dari hewan ke manusia, dan transmisi antar manusia sangat jarang, tetapi WHO telah menemukan mutasi virus ini.
Staging of Highly Patogenic Avian Influenzae (HPAI) :
* Stadium 1 : Hewan (+) (positif) terkena infeksi, manusia masih sedikit yang terinfeksi
* Stadium 2: Hewan (+) terkena infeksi, jumlah manusia yang terinfeksi sudah ada peningkatan .
Pandemic alert
* Stadium 3 : Manusia (+) terkena infeksi, tetapi transmisi antar
manusia belum ada atau family cluster belum ditemukan.
* Stadium 4: Manusia (+) terkena infeksi, transmisi antar manusia sudah terjadi, tetapi hanya small cluster (2 ? 3 orang dalam 1 keluarga)
* Stadium 5 : Large cluster
Epidemiologi :
Hingga saat ini di Indonesia, flu burung telah menyebar ke daerah-daerah di Indonesia, hanya 10 propinsi di bagian Indonesia Timur masih bebas flu burung. Dari 23 propinsi yang terinfeksi, yang merupakan kasus dengan PCR positif adalah 4 orang di Jawa Barat, 3 orang di Banten dan 2 orang di Lampung.
Kronologis perjalanan infeksi AVANZA (Avian Influenzae) di Indonesia: (menurut Menkes Indonesia: DR. Dr. Siti Fadillah Supari, SpJP) :
- 25 Januari 2004 : Menteri pertanian mengumumkan H5N1 telah menyerang peternakan unggas.
- 28 Januari 2004 : Dilakukan serosurvei daerah outbreak (Bali, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, DIY, Bengkulu, Jatim, Kalsel) oleh DepKes dan DepTan. Hasil: Sero pada manusia (-)
- 18 Mei 2005 : Menteri pertanian menemukan Avanza (H5N1) pada hewan babi di daerah tangerang, tetapi aasimptomatik.
- 28 Juni 2005 : Pertama kali ditemukan menginfeksi manusia dan berakhir pada kematian.
Menurut MenKes, Siti Fadillah, ada 6 tahapan menuju kepada Pandemi Flu Burung :
1. Flu burung belum mewabah.
2. Flu burung mewabah pada unggas.
3. Flu burung menular dari hewan ke manusia.
4. Virus menular antar manusia tetapi baru pada sekelompok kecil saja.
5. Virus menular antar manusia tetapi masih terlokalisasi.
6. Virus menular antar manusia dalam skala luas atau pandemi di beberapa negara.
Indonesia berada di antara langkah nomor 3 dan 4.
Gejala flu burung: demam > 38 ?C, batuk, pilek, nyeri otot, nyeri tenggorokan, dan pernah kontak dengan unggas yang terinfeksi virus H5N1 (mati/sakit) dalam 7 hari terakhir.
1. Mengendalikan wabah pada unggas atau hewan dan mencegah infeksi baru pada unggas / hewan.
2. Perlindungan kelompok resiko tinggi dengan Bio-security.
3. Strategi surveilans (manusia dan hewan).
4. Strategi komunikasi, informasi dan edukasi.
5. Strategi manajemen kasus dan pengendalian infeksi di sarana kesehatan.
6. Peningkatan studi / penelitian kesehatan.
7. Dinyatakan sebagai KLB (Kejadian Luar Biasa) nasional.
Masa Inkubasi : 1-3 hari
Masa Infeksius pada dewasa : 2-3 hari, pada anak bisa sampai 21 hari.
Kelompok yang termasuk ke dalam risiko tinggi adalah:
1. Pekerja peternakan (termasuk dokter hewan atau insinyur peternakan).
2. Laboratorium yang mengumpulkan dan meneliti sampel pasien atau unggas yang terjangkit.
3. Pengunjung peternakan dalam 1 minggu terakhir.
4. mereka yang terpapar.
Pencegahan (preventif):
1. Pengamatan kesehatan secara pasif, pada kelompok risiko tinggi dan keluarga.
2. Serosurvei bagi yang terpapar.
3. Antiviral ( Oseltamivir 2 x 75 mg 1 minggu) bagi yang berisiko menghirup udara yang tercemar.
Penanganan AVANZA (Avian Influenza) di RS. Penyakit Infeksi Prof. DR. Sulianti Saroso (RSPI-SS).
RSPI-SS ini memiliki Ruangan Airborne transmission Isolation Wards yang didirikan pada tahun 2003 setelah outbreak SARS, memiliki kapasitas 35 bed, dengan tekanan negatif, TV, single room.
Pasien dibagi dalam 3 kelompok :
- Kasus konfirm : kasus dengan gejala (+), serologis (+), PCR (+).
- Kasus probabel : kasus dengan gejala (+), serologis (+), PCR (-).
- Kasus suspek : kasus dengan gejala (+), hewan yang terinfeksi (+), Lab (-).
Kasus suspek hanya untuk kepentingan surveilans, tidak untuk kepentingan pengobatan. Pada kasus ini, ada Febrile Respiratory Illness, dan Pneumonia yang ?unsual? yaitu:
- Pneumonia yang sifatnya cepat, progresif, dan fatal.
- Leukopeni atau limfositopenia.
- Clustering
- Tidak berespon terhadap antibiotika yang adekuat.
Bahan sampel untuk pemeriksaan diambil dari:
- Nasal dan faringeal swab
- Serologi (tiap 5 hari)
- Cairan pleura
- Aspirasi bronkotrakeal : jika tersedia.
Penanganan kasus AVANZA pada manusia ini memerlukan upaya khusus yang meliputi deteksi kasus, penatalaksanaan klinis, pencegahan infeksi nosokomial, dan pelacakan kontak. Salah satu hal yang terkait dengan upaya penanggulangan kasus flu burung adalah sistem rujukan pasien dan pemeriksaan laboratorium diagnostik.
Prosedur tetap penanganan penderita flu burung di RSPI-SS:
1. Penderita dirawat di ruang isolasi selama 7 hari (masa penularan) karena ditakutkan adanya transmisi melalui udara.
2. Oksigenasi, jika terdapat sesak napas dan cenderung ke arah gagal napas dengan mempertahankan saturasi O2 > 90%.
3. Hidrasi, yaitu pemberian cairan parenteral (infus) atau minum yang banyak.
4. Terapi simptomatis untuk gejala flu, seperti analgetika/antipiretika, dekongestan, antitusif.
5. Oseltamivir (obat penghambat neuraminidase) dosis:
- Anak dengan berat badan:
=15 kg : 30 mg 2 x sehari
>15 ? 23 kg : 45 mg 2 x sehari
>23 ? 40 kg : 60 mg 2 x sehari
>40 kg : 75 mg 2 x sehari
- Anak usia = 13 tahun dan dewasa :
75 mg 2 x sehari.
Harus diberikan dalam waktu 36 jam onset influenza. Pemberian dilakukan selama 5 hari.
6. Foto toraks ulang
7. Laboratorium
8. Pada kasus dengan respiratory distress, maka dilakukan pengobatan sesuai prosedur RDS pada lazimnya, dan penderita dimasukkan ke ruang perawatan intensif (ICU).
9. Dapat dirawat di ruang perawatan isolasi biasa jika :
- Hasil usap tenggorokan (-) dengan PCR atau biakan
- Setelah hari ke 7 demam, KECUALI demam berlanjut sampai 7 hari sesuai pertimbangan dokter yang merawat, penanganan adalah kasus demi kasus.
Kriteria merawat di ICU:
1. Frekuensi napas > 30 x per menit (pada anak = 40 kali/menit)
2. Dispneu (sesak napas)
3. Rasio PaO2/FiO2 < 250
4. Foto toraks; penambahan infiltrat > 50 % atau mengenai banyak lobus paru
5. Tekanan sistolik < 90 mmHg, tekanan diastolik < 60 mmHg
6. Membutuhkan ventilator mekanik
7. Syok septik
8. Membutuhkan vasopressor (dopamin/dobutamin) > 4 jam
9. Fungsi ginjal memburuk (serum kreatinin = 4 mg/dl)
Pemulangan penderita rawat inap dan follow-up:
*. Pulang ke rumah (Indikasi pulang keperawatan)
- Penderita tidak demam selama 72 jam
- Tidak batuk
- Perbaikan foto toraks
- Laboratorium yang sebelumnya abnormal menjadi normal kembali
*. Follow up (tindak lanjut)
- Penderita rawat inap yang telah pulang ke rumah diwajibkan untuk melakukan follow-up di polilinik penyakit paru/penyakit dalam/penyakit anak/Instalasi Rawat Darurat.
- Pemeriksaan ulang/kontrol dilakukan satu minggu setelah pulang, pemeriksaan kontrol dapat dilakukan foto toraks dan uji lain yang abnormal.
Pencegahan:
- Mereka yang berisiko mendapat flu burung atau yang terpajan harus mendapat pencegahan dengan oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 1 minggu.
- Jika vaksin untuk flu burung ini telah tersedia, dapat diberikan kepada orang yang berisiko:
* Semua orang yang diduga kontak dengan unggas atau peternakan unggas yang terinfeksi AVANZA (H5N1), terutama : orang yang yang bertugas memisahkan unggas yang sakit atau yang terlibat dalam pemusnahan unggas dan orang yang hidup dan bekerja di peternakan unggas dimana telah dilaporkan terdapat/dugaan H5N1 di tempat pemisahan.
* Tenaga kesehatan yang menangani kasus influenza H5N1 pada manusia.
* Tenaga kesehatan yang bekerja pada sarana pelayanan darurat di daerah terjadinya influenza H5N1 pada burung.
sumber : artikel-kesehatan.blogspot.com