nurcahyo
New member
Fungsionaris PDI-P Desak Transparansi Kunjungan Bush
Kapanlagi.com - Wakil Ketua F-PDIP, Ramson Siagian, mendesak Presiden Yudhoyono untuk memberikan penjelasan langsung kepada rakyat, atau minimal kepada DPR, mengenai substansi pertemuannya dengan Presiden Amerika Serikat (AS) George W. Bush pada 20 November mendatang dan alasan mengapa harus mengambil tempat di Istana Bogor, dengan pengamanan ekstra ketat.
"Mengapa yang dipilih Bogor dan tidak ditempat lainnya, mengapa pengamanan harus sedemikian ketat dan kalau Bogor dianggap tidak aman mengapa tetap disana. Ini juga harus dijelaskan pemerintah, langsung oleh presiden," katanya saat berbicara dalam diskusi tentang "Menjelang Kedatangan Mr Bush" di Jakarta, Sabtu (18/11).
Selain itu, lanjutnya, pemerintah juga harus menjelaskan tentang target-target yang ingin diraihnya dalam pertemuan yang berlangsung sekitar enam jam tersebut.
Politisi PDIP itu mengatakan, di bidang energi misalnya, pemerintah seharusnya memasang target dimana RI harus mendapatkan bagian keuntungan yang lebih besar dari sebelumnya terhadap eksplorasi minyak di Blok Cepu, Migas di Natuna atau pertambangan Freeport, yang selama ini dikuasai perusahaan AS.
"Selama ini belum ada penjelasan dari presiden kepada rakyat soal 'cost' (biaya) dan 'benefit' (manfaat) kunjungan Bush itu. Jangan sampai 'cost' yang keluar terlalu besar sedangkan 'benefit' untuk rakyat tidak jelas," ujarnya.
Selain ketidakjelasan konsep yang akan ditawarkan Indonesia kepada AS, Ramson juga mengeritik kondisi komunikasi Humas Presiden Yudhoyono yang dinilainya tidak berjalan dengan baik. Akibatnya, citra yang muncul di mata dunia internasional adalah Indonesia tidak aman.
Menurut dia, ketika Bush pertama kali berkunjung ke Indonesia tiga tahun lalu, pemerintahan Megawati berhasil mengelola situasi keamanan dengan baik sehingga berbagai agenda pertemuan di Bali itu berlangsung aman dan lancar.
"Tapi sekarang, dengan pengerahan keamanan sedemikian besar, terkesan seolah-olah di Indonesia ini tidak aman," katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia, Anton J. Supit, mengatakan bahwa di era saat ini dan di negara manapun, diplomasi yang digunakan adalah diplomasi dagang.
Demikian pula dengan kehadiran Bush di Indonesia, tugas utama orang nomor satu di AS itu adalah membuat warganya agar menjadi semakin kaya dan sejahtera, katanya.
Karena itu, tugas Presiden Yudhoyono saat bertemu Bush adalah bagaimana membawa kepentingan rakyat Indonesia diakomodasi sebesar-besarnya, yakni menyelesaikan persoalan kemiskinan dan penyediaan sebanyak-banyaknya lapangan pekerjaan.
"Ambil manfaat kedatangan Bush untuk menyelesaikan masalah tersebut," katanya.
Kapanlagi.com - Wakil Ketua F-PDIP, Ramson Siagian, mendesak Presiden Yudhoyono untuk memberikan penjelasan langsung kepada rakyat, atau minimal kepada DPR, mengenai substansi pertemuannya dengan Presiden Amerika Serikat (AS) George W. Bush pada 20 November mendatang dan alasan mengapa harus mengambil tempat di Istana Bogor, dengan pengamanan ekstra ketat.
"Mengapa yang dipilih Bogor dan tidak ditempat lainnya, mengapa pengamanan harus sedemikian ketat dan kalau Bogor dianggap tidak aman mengapa tetap disana. Ini juga harus dijelaskan pemerintah, langsung oleh presiden," katanya saat berbicara dalam diskusi tentang "Menjelang Kedatangan Mr Bush" di Jakarta, Sabtu (18/11).
Selain itu, lanjutnya, pemerintah juga harus menjelaskan tentang target-target yang ingin diraihnya dalam pertemuan yang berlangsung sekitar enam jam tersebut.
Politisi PDIP itu mengatakan, di bidang energi misalnya, pemerintah seharusnya memasang target dimana RI harus mendapatkan bagian keuntungan yang lebih besar dari sebelumnya terhadap eksplorasi minyak di Blok Cepu, Migas di Natuna atau pertambangan Freeport, yang selama ini dikuasai perusahaan AS.
"Selama ini belum ada penjelasan dari presiden kepada rakyat soal 'cost' (biaya) dan 'benefit' (manfaat) kunjungan Bush itu. Jangan sampai 'cost' yang keluar terlalu besar sedangkan 'benefit' untuk rakyat tidak jelas," ujarnya.
Selain ketidakjelasan konsep yang akan ditawarkan Indonesia kepada AS, Ramson juga mengeritik kondisi komunikasi Humas Presiden Yudhoyono yang dinilainya tidak berjalan dengan baik. Akibatnya, citra yang muncul di mata dunia internasional adalah Indonesia tidak aman.
Menurut dia, ketika Bush pertama kali berkunjung ke Indonesia tiga tahun lalu, pemerintahan Megawati berhasil mengelola situasi keamanan dengan baik sehingga berbagai agenda pertemuan di Bali itu berlangsung aman dan lancar.
"Tapi sekarang, dengan pengerahan keamanan sedemikian besar, terkesan seolah-olah di Indonesia ini tidak aman," katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia, Anton J. Supit, mengatakan bahwa di era saat ini dan di negara manapun, diplomasi yang digunakan adalah diplomasi dagang.
Demikian pula dengan kehadiran Bush di Indonesia, tugas utama orang nomor satu di AS itu adalah membuat warganya agar menjadi semakin kaya dan sejahtera, katanya.
Karena itu, tugas Presiden Yudhoyono saat bertemu Bush adalah bagaimana membawa kepentingan rakyat Indonesia diakomodasi sebesar-besarnya, yakni menyelesaikan persoalan kemiskinan dan penyediaan sebanyak-banyaknya lapangan pekerjaan.
"Ambil manfaat kedatangan Bush untuk menyelesaikan masalah tersebut," katanya.