jozz78
New member
Sebelum ditemukan tewas Rabu (23/1), siswa kelas 2 SD di Desa Seith Kecamatan Batabual, Kabupaten Buru itu dilaporkan hilang sejak Selasa (22/1). Kepala Bagian Operasional Polres Buru, Kompol Ridwan Tutupoho mengatakan, setelah menerima laporan keluarga korban, polisi mulai melakukan pencarian dibantu warga setempat. Polisi bergerak menuju Kecamatan Batabual dengan menggunakan kapal Ditpolair. Tiba di tempat kejadian perkara, polisi dibantu masyarakat melakukan pencarian.
Pencarian di fokuskan di kali Seith. Sebab korban dicurigai hilang karena dimangsa buaya. Setelah semalaman melakukan pencarian, korban kemudian ditemukan oleh Gawi Sapulawa yang merupakan paman korban, Rabu (23/1) sekitar pukul 10.30 WIT. Korban ditemukan dengan kondisi badan sudah tidak utuh lagi. Kepala terpisah dengan badan. Paha kiri dan kanannya juga terpisah dengan badan. Namun paha kiri korban tidak ditemukan saat pencarian yang melibatkan anggota Brimob, Pol Air dan Dalmas Polres Buru dibantu warga Desa Seith. Salah satu anggota Brimob yang ikut dalam pencarian korban menuturkan, saat berada di tepi kali Seith, polisi mengeluarkan tembakan sebanyak empat kali mengenai buaya. Seketika itu buaya tewas tertembus timah panas.
Selang lima menit kemudian, korban mengapung di kali dengan kondisi tubuh sudah tidak utuh lagi, ujar anggota Brimob yang menolak namanya dikorankan itu. Sebelum tewas, korban bersama dua orang saudaranya mendengar cerita dari warga bahwa di kali Seith hidup seekor buaya ganas. Tidak percaya dengan cerita tersebut, korban bersama dua saudaranya pergi ke kali tersebut. Sesampainya di kali, tidak lama kemudian korban digigit dari bokong dan dilempar ke dalam kali.
Di dalam kali, tubuh Ramuna menjadi santapan empuk buaya. Menurut warga Desa Seith, ini merupakan kejadian pertama yang terjadi di desa tersebut. Sebelumnya warga telah membunuh empat ekor buaya di kali Seith. Keberadaan reptil ganas di kali Seith sejak puluhan tahun dan menjadi momok bagi masyarakat Kecamatan Batabual. Konon puluhan tahun lalu, seekor buaya di kali Seith memakan korban sampai 40 orang. Buaya dengan panjang lebih dari tiga meter itu berhasil dibunuh dan tubuhnya diawetkan. Buaya itu sejak beberapa tahun lalu menjadi pajangan di museum Siwalima, Ambon.
http://www.iyaa.com/berita/regional/sulawesi_indonesia_timur/2441194_1197.html
Pencarian di fokuskan di kali Seith. Sebab korban dicurigai hilang karena dimangsa buaya. Setelah semalaman melakukan pencarian, korban kemudian ditemukan oleh Gawi Sapulawa yang merupakan paman korban, Rabu (23/1) sekitar pukul 10.30 WIT. Korban ditemukan dengan kondisi badan sudah tidak utuh lagi. Kepala terpisah dengan badan. Paha kiri dan kanannya juga terpisah dengan badan. Namun paha kiri korban tidak ditemukan saat pencarian yang melibatkan anggota Brimob, Pol Air dan Dalmas Polres Buru dibantu warga Desa Seith. Salah satu anggota Brimob yang ikut dalam pencarian korban menuturkan, saat berada di tepi kali Seith, polisi mengeluarkan tembakan sebanyak empat kali mengenai buaya. Seketika itu buaya tewas tertembus timah panas.
Selang lima menit kemudian, korban mengapung di kali dengan kondisi tubuh sudah tidak utuh lagi, ujar anggota Brimob yang menolak namanya dikorankan itu. Sebelum tewas, korban bersama dua orang saudaranya mendengar cerita dari warga bahwa di kali Seith hidup seekor buaya ganas. Tidak percaya dengan cerita tersebut, korban bersama dua saudaranya pergi ke kali tersebut. Sesampainya di kali, tidak lama kemudian korban digigit dari bokong dan dilempar ke dalam kali.
Di dalam kali, tubuh Ramuna menjadi santapan empuk buaya. Menurut warga Desa Seith, ini merupakan kejadian pertama yang terjadi di desa tersebut. Sebelumnya warga telah membunuh empat ekor buaya di kali Seith. Keberadaan reptil ganas di kali Seith sejak puluhan tahun dan menjadi momok bagi masyarakat Kecamatan Batabual. Konon puluhan tahun lalu, seekor buaya di kali Seith memakan korban sampai 40 orang. Buaya dengan panjang lebih dari tiga meter itu berhasil dibunuh dan tubuhnya diawetkan. Buaya itu sejak beberapa tahun lalu menjadi pajangan di museum Siwalima, Ambon.
http://www.iyaa.com/berita/regional/sulawesi_indonesia_timur/2441194_1197.html