Gamelan Sekaten Kraton Yogyakarta Mulai Ditabuh

zoeratmand

New member
sekaten-3.jpg

Yogyakarta - Mengawali acara Sekaten menjelang Maulid Nabi Muhammad SAW, Kraton Yogyakarta mulai hari ini membunyikan dua buah gamelan pusaka yakni Kyai Guntur Madu dan Kyai Nogo Wilogo. Dua buah gamelan itu selama satu minggu, setiap hari mulai pagi hingga malam hari ditabuh oleh para abdi dalem. Gamelan tersebut saat ini ditempatkan di Bangsal Pagongan di depan halaman Masjid Besar Kauman.

Tradisi dibunyikan dua buah gamelan tersebut merupakan cara para Walisongo terutama Sunan Kalijaga dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.

Pada saat gamelan keluar dikenal dengan sebuatan Miyos Gangsa, yakni pertanda keluarnya kedua buah gamelan dari Kraton Yogyakarta menuju Masjid Besar Kauman. Sebelum Miyos Gangsa, dilakukan prosesi Nyebar Udhik-udhik atau uang logam recehan, beras kuning dan bunga setaman oleh utusan Sri Sultan Hamengku Buwono X di Bangsal Ponconiti Kraton dan di Bangsal Pagongan. Tradisi nyebar udhik-udhik sebagai simbolisasi pemberian sedekah seorang raja kepada rakyatnya.

Mulai hari ini, Senin (30/1/2012) hingga Sabtu (4/2/2012) gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Nogo Wilogo dibunyikan secara bergantian. Saat gamelan dibunyikan banyak warga masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya untuk mendengarkannya.

Kedua gamelan akan berhenti atau beristirahat saat salat dhuhur, asar, maghrib dan isya. Di sela-sela acara tersebut di Masjid Besar Kauman pada malam hari juga digelar pengajian sebagai sarana syiar Islam.

Di sekitar halaman masjid Besar Kauman saat ini juga banyak warga sekitar yang menjual nasi gurih lengkap ingkung ayam dan lauk pauk serta daun sirih dan kinang. Nasi gurih dan daun sirih serta kinang ini hanya ada atau dijual saat kedua gamelan dibunyikan di kompleks masjid.

Dulu saat gamelan dibunyikan warga yang mendengarkan langsung mengunyah sirih dan kinang sebagai pertanda ajaran atau syiar Islam itu sudah masuk ke sanubari orang yang mendengarkan serta dipercaya akan awet muda.

"Kalau gamelan sudah ditabuh, kami selalu datang ke masjid gede untuk mendengarkan. Kami datang setiap siang hari sampai kondur gangsa atau gamelan masuk kembali ke kraton," kata Hadi Sukirno, warga Sedayu Bantul.

detiknews.com

lum bisa pulang niy...>:'(
 
Back
Top