Administrator
Administrator
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Samosir Megianto Sinaga dan komisioner KPU lainnya Risonti Panjaitan disandera massa pendukung salah satu pasangan calon kepala daerah kabupaten tersebut di Tomok, Samosir kemarin.
Penyanderaan yang berlangsung selama 12 jam itu dipicu oleh emosi massa yang ‘menduga banyaknya pemilih “siluman” yang menggunakan hak pilih dalam Pilkada Samosir. Selain itu, massa juga menyandera ratusan mahasiswa asal Medan yang pulang ke kampung halamannya Samosir untuk mengikuti jalannya pemungutan suara.
“Keseluruhan mahasiswa tersebut ditahan di bus lebih lama dari kami. Mereka disandara di kawasan Simanindo,” terahg Megianto.
Dia menceritakan bahwa awalnya mereka diminta hadir di Simanindo guna menjelaskan tentang kehadiran para mahasiswa tersebut. Massa yang sudah marah menuding seluruh mahasiswa di bus adalah pemilih ”siluman” yang diorganisir kandidat nomor 2, yakni Mangindar Simbolon.
Sinaga yang datang bersama pacarnya untuk berjalan-jalan. Itu pun tidak memilih, sebab kami memeriksa jarinya dan tidak ada bekas peserta pemilih,” jelas Megianto.
Para mahasiswa tersebut tidak diizinkan ke mana-mana oleh massa. Sedangkan kedua komisioner KPU dipaksa harus melakukan pleno di tempat penyanderaan. Namun Megianto menolak dan kemudian atas dasar tekanan panitia pengawas (panwas) pilkada diminta membuat pernyataan bahwa pilkada tidak berjalan dengan baik serta harus mendiskualifikasi pasangan nomor urut 2 yang diduga pelaku kecurangan.
Sumber : Sindo
Penyanderaan yang berlangsung selama 12 jam itu dipicu oleh emosi massa yang ‘menduga banyaknya pemilih “siluman” yang menggunakan hak pilih dalam Pilkada Samosir. Selain itu, massa juga menyandera ratusan mahasiswa asal Medan yang pulang ke kampung halamannya Samosir untuk mengikuti jalannya pemungutan suara.
“Keseluruhan mahasiswa tersebut ditahan di bus lebih lama dari kami. Mereka disandara di kawasan Simanindo,” terahg Megianto.
Dia menceritakan bahwa awalnya mereka diminta hadir di Simanindo guna menjelaskan tentang kehadiran para mahasiswa tersebut. Massa yang sudah marah menuding seluruh mahasiswa di bus adalah pemilih ”siluman” yang diorganisir kandidat nomor 2, yakni Mangindar Simbolon.
Sinaga yang datang bersama pacarnya untuk berjalan-jalan. Itu pun tidak memilih, sebab kami memeriksa jarinya dan tidak ada bekas peserta pemilih,” jelas Megianto.
Para mahasiswa tersebut tidak diizinkan ke mana-mana oleh massa. Sedangkan kedua komisioner KPU dipaksa harus melakukan pleno di tempat penyanderaan. Namun Megianto menolak dan kemudian atas dasar tekanan panitia pengawas (panwas) pilkada diminta membuat pernyataan bahwa pilkada tidak berjalan dengan baik serta harus mendiskualifikasi pasangan nomor urut 2 yang diduga pelaku kecurangan.
Sumber : Sindo