Kalina
Moderator
Ya.. setiap aku menulis.. pasti timbul gejolak batin yang lumayan dahsyat. Apalagi, kalau yang aku tulis termasuk cerita yang serius. Di sini, aku mau curhat.. bagaimana perasaan seorang penulis saat sedang perang batin di atas kertas..
Perang batin. Ya aku menyebutnya perang batin.. Antara ya dan tidak. Antara hidup dan mati. Antara sad dan happy ending. Aku yakin, setiap penulis merasakannya. Apalagi seperti JK Rowling yang mengganggap Harry Potter dan teman-temannya adalah anak!
Pertama kali aku merasakan gejolak seperti ini, saat merampungkan The Rose: The Past That Shakes The Future. Aku harus menentukan endingnya. Aku ingin akhir yang Sad. Ini sad ending pertamaku. Tapi.. siapa? Tokoh siapa yang mau dimatikan? Rose? Damian? atau Michael? Berat rasanya..
Sebelum menggoreskan tinta lagi, aku puasa. Puasa menulis. Selama seminggu. Dalam pikiranku hanya The Rose.. The Rose.. dan The Rose.. Setiap mau tidur, aku ulangi ceritanya dalam pikiranku. Alhamdulillah, sukses!
Kalau kalian gimana?
Perang batin. Ya aku menyebutnya perang batin.. Antara ya dan tidak. Antara hidup dan mati. Antara sad dan happy ending. Aku yakin, setiap penulis merasakannya. Apalagi seperti JK Rowling yang mengganggap Harry Potter dan teman-temannya adalah anak!
Pertama kali aku merasakan gejolak seperti ini, saat merampungkan The Rose: The Past That Shakes The Future. Aku harus menentukan endingnya. Aku ingin akhir yang Sad. Ini sad ending pertamaku. Tapi.. siapa? Tokoh siapa yang mau dimatikan? Rose? Damian? atau Michael? Berat rasanya..
Sebelum menggoreskan tinta lagi, aku puasa. Puasa menulis. Selama seminggu. Dalam pikiranku hanya The Rose.. The Rose.. dan The Rose.. Setiap mau tidur, aku ulangi ceritanya dalam pikiranku. Alhamdulillah, sukses!
Kalau kalian gimana?