andree_erlangga
New member
Kerusuhan di Somalia, 12 orang tewas
Serangan mortir dan roket menghantam Ibukota Somalia, Mogadishu, Selasa (20/2) pagi. Dalam gelombang serangan tersebut sedikitnya 12 orang tewas, termasuk seorang bocah berusia empat tahun.
Kerusuhan pun tak terelakkan setelah serangan mortir menyerang barak pemerintah Somalia dan Etiopia. Serangan tersebut merupakan yang terburuk sejak Pemerintah Somalia kembali menduduki ibukota akhir tahun lalu. Pasukan Somalia dengan bantuan tentara Etiopia, telah berhasil mengusir gerilyawan muslim yang menduduki wilayah tersebut dengan menerapkan hukum Islam di negara itu.
Istana Kepresidenan dan pelabuhan menjadi target dalam serangan itu. Pasukan Etiopia membalas serangan dengan artileri dan senjata mesin. Para penduduk mulai melarikan diri dari rumah-rumah mereka dalam beberapa hari terakhir sejak insiden kekerasan dimulai.
Para dokter di dua rumah sakit utama Mogadishu mengatakan, sebanyak 42 orang terluka dan mendapat perawatan di rumah sakit tersebut, tujuh di antaranya anak-anak. ?Sejumlah orang terluka dan kondisinya serius,? ujar Dr Dahir Mohamed, dari rumah sakit Medina.
Walikota Mogadishu mengatakan serangan ini dilakukan oleh sisa-sisa anggota kelompok gerilyawan yang diusir keluar Mogadishu dan sebagian wilayah di negeri itu awal tahun ini. Kelompok gerakan Islam sering dituduh menyembunyikan para tersangka anggota kelompok jaringan Al-Qaeda. Namun, tuduhan ini selalu dibantah kelompok tersebut.
?Sangat menyedihkan melihat rakyat sekarat di hadapan kami dan hal ini akan merusak persatuan di negara kami,? ujar Walikota Mohamud Hassan Ali saat berbicara di radio lokal.
Gerakan Islam, yang masih mendapat dukungan di Mogadishu, telah menyerukan akan melakukan serangan gerilya gaya Irak di ibukota, hingga dipastikan hampir setiap hari akan terjadi aksi kekerasan.
Namun, para penduduk mengatakan jumlah korban tewas lebih banyak disebabkan oleh artileri Etiopia. Mereka mengatakan, kelompok gerilyawan Islam tetap mematuhi peraturan di negara yang labil itu. Suara tembakan terus terdengar Senin malam. Pada Senin pagi, satuan pasukan antiteror milik pemerintahan Somalia yang dilatih oleh pasukan Etiopia dikerahkan untuk meredam kerusuhan yang terjadi.
Menurut Deputi Menteri Pertahanan Salad Ali Jelle, aksi tersebut merupakan rencana pemerintah untuk melawan terorisme dan menegakkan hukum. Dia menolak memberikan keterangan rinci mengenai pasukan tersebut, namun seorang pejabat pemerintah lain mengatakan pasukan ini berjumlah sekitar 700 tentara.
sumber : SOLOPOS Digitalmedia
Serangan mortir dan roket menghantam Ibukota Somalia, Mogadishu, Selasa (20/2) pagi. Dalam gelombang serangan tersebut sedikitnya 12 orang tewas, termasuk seorang bocah berusia empat tahun.
Kerusuhan pun tak terelakkan setelah serangan mortir menyerang barak pemerintah Somalia dan Etiopia. Serangan tersebut merupakan yang terburuk sejak Pemerintah Somalia kembali menduduki ibukota akhir tahun lalu. Pasukan Somalia dengan bantuan tentara Etiopia, telah berhasil mengusir gerilyawan muslim yang menduduki wilayah tersebut dengan menerapkan hukum Islam di negara itu.
Istana Kepresidenan dan pelabuhan menjadi target dalam serangan itu. Pasukan Etiopia membalas serangan dengan artileri dan senjata mesin. Para penduduk mulai melarikan diri dari rumah-rumah mereka dalam beberapa hari terakhir sejak insiden kekerasan dimulai.
Para dokter di dua rumah sakit utama Mogadishu mengatakan, sebanyak 42 orang terluka dan mendapat perawatan di rumah sakit tersebut, tujuh di antaranya anak-anak. ?Sejumlah orang terluka dan kondisinya serius,? ujar Dr Dahir Mohamed, dari rumah sakit Medina.
Walikota Mogadishu mengatakan serangan ini dilakukan oleh sisa-sisa anggota kelompok gerilyawan yang diusir keluar Mogadishu dan sebagian wilayah di negeri itu awal tahun ini. Kelompok gerakan Islam sering dituduh menyembunyikan para tersangka anggota kelompok jaringan Al-Qaeda. Namun, tuduhan ini selalu dibantah kelompok tersebut.
?Sangat menyedihkan melihat rakyat sekarat di hadapan kami dan hal ini akan merusak persatuan di negara kami,? ujar Walikota Mohamud Hassan Ali saat berbicara di radio lokal.
Gerakan Islam, yang masih mendapat dukungan di Mogadishu, telah menyerukan akan melakukan serangan gerilya gaya Irak di ibukota, hingga dipastikan hampir setiap hari akan terjadi aksi kekerasan.
Namun, para penduduk mengatakan jumlah korban tewas lebih banyak disebabkan oleh artileri Etiopia. Mereka mengatakan, kelompok gerilyawan Islam tetap mematuhi peraturan di negara yang labil itu. Suara tembakan terus terdengar Senin malam. Pada Senin pagi, satuan pasukan antiteror milik pemerintahan Somalia yang dilatih oleh pasukan Etiopia dikerahkan untuk meredam kerusuhan yang terjadi.
Menurut Deputi Menteri Pertahanan Salad Ali Jelle, aksi tersebut merupakan rencana pemerintah untuk melawan terorisme dan menegakkan hukum. Dia menolak memberikan keterangan rinci mengenai pasukan tersebut, namun seorang pejabat pemerintah lain mengatakan pasukan ini berjumlah sekitar 700 tentara.
sumber : SOLOPOS Digitalmedia