duabelas_host08
New member
YOGYAKARTA (KONTEKAJA) - Sikap DPP Partai Golkar terutama ketua umumnya yang tidak segera memutuskan atau mengajukan kandidat calon presiden (capres) bisa menjadi bumerang bagi parpol tersebut karena akan ditinggalkan mesin politiknya di daerah-daerah.
"Sikap pimpinan tertinggi Golkar yang tidak cepat mengumumkan kandidatnya akan membuat mesin-mesin politiknya terutama di daerah `pergi` karena tidak ada ketegasan partai," kata pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, AAGN Ari Dwipayana, MSi, Kamis.
Menurut dia, saat ini Jusuf Kalla selaku ketua umum sepertinya masih bingung karena merasa tidak yakin jika harus meninggalkan Susilo Bambang Yudhoyono dalam bursa calon presiden (capres).
"Keraguan ini semakin tinggi karena dari hasil survei beberapa lembaga penelitian menunjukkan bahwa duet Yudhoyono-Kalla masuk dalam peringkat yang bagus dibandingkan pasangan dari partai lain," katanya.
Ia mengatakan, dengan kondisi seperti ini Kalla menjadi ragu untuk maju sendiri dalam bursa capres sehingga dirinya juga belum berani menentukan apakah akan maju sebagai capres atau calon wakil presiden (cawapres).
"Golkar sangat dilematis saat ini, karena selama ini dari duet Yudhoyono-Kalla kenyataannya Golkar yang menjadi tulang punggung pemerintahan," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, dengan kondisi seperti ini maka mesin-mesin politik Golkar yang selama ini berupaya memenangi pemilu menjadi putus asa karena perjuangan mereka ternyata menghasilkan cawapres saja.
"Mesin politik ini sebenarnya berharap kadernya bisa maju sebagai capres, jika hanya cawapres mereka akan kecewa dan bisa pergi," katanya.
Ari mengatakan, kondisi seperti ini juga berimbas pada kader-kader Golkar sendiri sehingga menimbulkan beberapa faksi di tubuh partai berlambang pohon beringin tersebut.
"Kader yang sebelumnya mendukung Kalla justru akan membuat blok koalisi baru dengan mengusung capres sendiri atau bisa juga bergabung dengan capres dari partai lain," katanya.
Ia menambahkan, indikasi bahwa Kalla akan maju bersanding kembali dengan Yudhoyono justru semakin kuat dan ini merupakan dilema sendiri bagi kader tubuh Golkar.
"Sikap Golkar yang seperti ini tentu akan berdampak bagi pemenangan pemilu legislatif nanti, dan Golkar harus bertaruh besar dengan keputusan tersebut," katanya.
kontekaja.com
"Sikap pimpinan tertinggi Golkar yang tidak cepat mengumumkan kandidatnya akan membuat mesin-mesin politiknya terutama di daerah `pergi` karena tidak ada ketegasan partai," kata pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, AAGN Ari Dwipayana, MSi, Kamis.
Menurut dia, saat ini Jusuf Kalla selaku ketua umum sepertinya masih bingung karena merasa tidak yakin jika harus meninggalkan Susilo Bambang Yudhoyono dalam bursa calon presiden (capres).
"Keraguan ini semakin tinggi karena dari hasil survei beberapa lembaga penelitian menunjukkan bahwa duet Yudhoyono-Kalla masuk dalam peringkat yang bagus dibandingkan pasangan dari partai lain," katanya.
Ia mengatakan, dengan kondisi seperti ini Kalla menjadi ragu untuk maju sendiri dalam bursa capres sehingga dirinya juga belum berani menentukan apakah akan maju sebagai capres atau calon wakil presiden (cawapres).
"Golkar sangat dilematis saat ini, karena selama ini dari duet Yudhoyono-Kalla kenyataannya Golkar yang menjadi tulang punggung pemerintahan," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, dengan kondisi seperti ini maka mesin-mesin politik Golkar yang selama ini berupaya memenangi pemilu menjadi putus asa karena perjuangan mereka ternyata menghasilkan cawapres saja.
"Mesin politik ini sebenarnya berharap kadernya bisa maju sebagai capres, jika hanya cawapres mereka akan kecewa dan bisa pergi," katanya.
Ari mengatakan, kondisi seperti ini juga berimbas pada kader-kader Golkar sendiri sehingga menimbulkan beberapa faksi di tubuh partai berlambang pohon beringin tersebut.
"Kader yang sebelumnya mendukung Kalla justru akan membuat blok koalisi baru dengan mengusung capres sendiri atau bisa juga bergabung dengan capres dari partai lain," katanya.
Ia menambahkan, indikasi bahwa Kalla akan maju bersanding kembali dengan Yudhoyono justru semakin kuat dan ini merupakan dilema sendiri bagi kader tubuh Golkar.
"Sikap Golkar yang seperti ini tentu akan berdampak bagi pemenangan pemilu legislatif nanti, dan Golkar harus bertaruh besar dengan keputusan tersebut," katanya.
kontekaja.com