SOLO - Insiden berdarah di Poso yang melibatkan Densus Antiteror 88 dan warga sipil memicu reaksi ratusan pemuda Islam di Solo dan sekitarnya. Mereka yang tergabung dalam Gabungan Pemuda Islam Surakarta (GPIS) ini, Rabu malam menggelar aksi longmarch dari Lapangan Kartopuran, Serengan.
Sembari berjalan menuju Mapolwil Surakarta, 300-an pemuda Islam pimpinan Kholid Saifullah menuntut pembubaran detasemen itu. Mereka beranggapan, detasemen ini merupakan kepanjangan tangan Amerika dan Australia untuk memusuhi umat Islam.
"Ini merupakan bentuk keprihatinan atas kasus pembantaian warga sipil muslim di Poso. Mereka yang dituding sebagai kelompok bersenjata. Padahal, kenyataannya mereka bukanlah DPO (daftar pencarian orang) polisi yang mereka cari," ujar Kholid, sesaat seblum memberangkatkan barisannya.
Kalimat takbir yang keluar dari bibir ratusan pemuda itu mengawali perjalanan. Mereka keluar dari Lapangan Kartopuran menuju Jalan dr Radjiman. Rombongan panjang itu langsung bergerak menuju ke Mapolwil Surakarta di Gendengan.
Kholid sempat mengungkapkan bila sebenarnya mereka akan beraksi di Bundaran Gladhak. Namun, karena ratusan polisi dari Poltabes Solo telah siaga tempat itu, aksi pun dialihkan ke Mapolwil Surakarta.
Sebuah peti mati diusung masa untuk dihadiahkan kepada polisi wilayah Surakarta. Sesampainya di depan Mapolwil Surakarta, masa ini langsung menggelar orasi bergantian.
Yang menarik, polisi Polwil sempat terlihat panik karena tidak mengetahui markasnya bakal menjadi sasaran aksi demonstrasi. Selain itu, kemacetan lalu lintas seketika tercipta di sepanjang jalan yang dilewati barisan pemuda ini. Terutama, di ruas Jalan Slamet Riyadi yang menjadi sentral pelaksanaan aksi.
Selain Kholid, Sigit Qurdhowi dari Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) malam itu juga berorasi. Aksi yang berlangsung lebih dari satu jam ini diakhiri pembakaran peti mati yang mereka usung.
Mengiringi api yang berkobar, Kholid mengumumkan bila mulai pukul 08.00 pagi kemarin, GPIS yang bermarkas di Gedung Umat Islam Kartopuran membuka posko pendaftaran relawan jihad ke Poso.
Diketahui, siangnya sejumlah relawan sudah mendaftarkan diri. Selain itu, dia menyebut bakal segera berangkat ke Poso untuk melakukan investigasi guna menyusun langkah lebih lanjut.
Sembari berjalan menuju Mapolwil Surakarta, 300-an pemuda Islam pimpinan Kholid Saifullah menuntut pembubaran detasemen itu. Mereka beranggapan, detasemen ini merupakan kepanjangan tangan Amerika dan Australia untuk memusuhi umat Islam.
"Ini merupakan bentuk keprihatinan atas kasus pembantaian warga sipil muslim di Poso. Mereka yang dituding sebagai kelompok bersenjata. Padahal, kenyataannya mereka bukanlah DPO (daftar pencarian orang) polisi yang mereka cari," ujar Kholid, sesaat seblum memberangkatkan barisannya.
Kalimat takbir yang keluar dari bibir ratusan pemuda itu mengawali perjalanan. Mereka keluar dari Lapangan Kartopuran menuju Jalan dr Radjiman. Rombongan panjang itu langsung bergerak menuju ke Mapolwil Surakarta di Gendengan.
Kholid sempat mengungkapkan bila sebenarnya mereka akan beraksi di Bundaran Gladhak. Namun, karena ratusan polisi dari Poltabes Solo telah siaga tempat itu, aksi pun dialihkan ke Mapolwil Surakarta.
Sebuah peti mati diusung masa untuk dihadiahkan kepada polisi wilayah Surakarta. Sesampainya di depan Mapolwil Surakarta, masa ini langsung menggelar orasi bergantian.
Yang menarik, polisi Polwil sempat terlihat panik karena tidak mengetahui markasnya bakal menjadi sasaran aksi demonstrasi. Selain itu, kemacetan lalu lintas seketika tercipta di sepanjang jalan yang dilewati barisan pemuda ini. Terutama, di ruas Jalan Slamet Riyadi yang menjadi sentral pelaksanaan aksi.
Selain Kholid, Sigit Qurdhowi dari Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) malam itu juga berorasi. Aksi yang berlangsung lebih dari satu jam ini diakhiri pembakaran peti mati yang mereka usung.
Mengiringi api yang berkobar, Kholid mengumumkan bila mulai pukul 08.00 pagi kemarin, GPIS yang bermarkas di Gedung Umat Islam Kartopuran membuka posko pendaftaran relawan jihad ke Poso.
Diketahui, siangnya sejumlah relawan sudah mendaftarkan diri. Selain itu, dia menyebut bakal segera berangkat ke Poso untuk melakukan investigasi guna menyusun langkah lebih lanjut.