Hafalan Shalat Delisa

miss_pink_doremi

New member
Hafalan Shalat Delisa (2011)

Hafalan Shalat Delisa (2011)

42WmUK_1_320x480.jpg


Genre :
Drama

Produser :
Chand Parwez Servia

Produksi :
PT. KHARISMA STARVISION PLUS

Pemain :
Delisa (Chantiq Schagerl)
Abi Usman (Reza Rahadian)
Ummi Salamah (Nirina Zubir)
Fatimah (Ghina Salsabila)
Aisyah (Reska Tania Apriadi)
Zahra (Riska Tania Apriadi)
Ustad Rahman (Al Fathir Muchtar)
Prajurit Smith (Mike Lewis)

Sutradara :
Sony Gaokasak

Penulis :
Tere Liye

Trailer :
[ame="http://www.youtube.com/watch?v=YxczOxO9Sqo&feature=player_embedded"]Trailer[/ame]

Sinopsis :
Delisa (Chantiq Schagerl) gadis kecil kebanyakan yang periang, tinggal di Lhok Nga desa kecil di pantai Aceh, mempunyai hidup yang indah. Sebagai anak bungsu dari keluarga Abi Usman (Reza Rahadian), Ayahnya bertugas di sebuah kapal tanker perusahaan minyak Internasional. Delisa sangat dekat dengan ibunya yang dia panggil Ummi (Nirina Zubir), serta ketiga kakaknya yaitu Fatimah (Ghina Salsabila), dan si kembar Aisyah (Reska Tania Apriadi) dan Zahra (Riska Tania Apriadi)

26 Desember 2004, Delisa bersama Ummi sedang bersiap menuju ujian praktek shalat ketika tiba-tiba terjadi gempa. Gempa yang cukup membuat ibu dan kakak-kakak Delisa ketakutan. Tiba-tiba tsunami menghantam, menggulung desa kecil mereka, menggulung sekolah mereka, dan menggulung tubuh kecil Delisa serta ratusan ribu lainnya di Aceh serta berbagai pelosok pantai di Asia Tenggara

Delisa berhasil diselamatkan Prajurit Smith, setelah berhari-hari pingsan di cadas bukit. Sayangnya luka parah membuat kaki kanan Delisa harus diamputasi. Penderitaan Delisa menarik iba banyak orang. Prajurit Smith sempat ingin mengadopsi Delisa bila dia sebatang kara, tapi Abi Usman berhasil menemukan Delisa. Delisa bahagia berkumpul lagi dengan ayahnya, walaupun sedih mendengar kabar ketiga kakaknya telah pergi ke surga, dan Ummi belum ketahuan ada di mana

Delisa bangkit, di tengah rasa sedih akibat kehilangan, di tengah rasa putus asa yang mendera Abi Usman dan juga orang-orang Aceh lainnya, Delisa telah menjadi malaikat kecil yang membagikan tawa di setiap kehadirannya. Walaupun terasa berat, Delisa telah mengajarkan bagaimana kesedihan bisa menjadi kekuatan untuk tetap bertahan. Walau air mata rasanya tak ingin berhenti mengalir, tapi Delisa mencoba memahami apa itu ikhlas, mengerjakan sesuatu tanpa mengharap balasan

"Delisa cinta Ummi karena Allah"

Mulai tayang 22 Desember 2011

Selamat menonton! ;)

aku udah nonton dan kekurangan tissue :D
*itumah akunya aja yg cengeng* eaaaaa :mad:)
 
Last edited:
Tsunami Aceh yang terjadi pada akhir tahun 2004 memang masih meninggalkan duka mendalam, khususnya bagi keluarga Korban dan penduduk di negeri serambi Mekah terebut. Hal ini pula yang membuat 'tema' ini menjadi sangat sensitif untuk diperbincangkan, dan bahkan untuk sekedar diangkat kedalam sebuah bentuk media seperti film.

Sekitar 7 tahun setelah bencana memilukan yang 'menelan' ribuan korban jiwa tersebut, tema tsunami ini kemudian berani diangkat dalam sebuah film. Adalah Starvision bersama Sutradara Sony Gaokasak (Tentang Cinta) yang kemudian menggarap film layar lebar Indonesia pertama yang mengangkat tentang kejadian Tsunami ini lewat film berjudul Hafalan Shalat Delisa.

Diadaptasi dari Novel best seller berjudul sama karya Tere Liye, Hafalan Shalat Delisa mengisahkan tentang Delisa seorang gadis cilik yang harus kehilangan Ibunya (Ummi Salamah, diperankan oleh Nirina Zubir), dan ketiga kakaknya yaitu Fatimah, Aisyah dan Zahra, pasca bencana tsunami yang melanda Aceh.

Sebagai sebuah film yang sejak awal ditujukan menjadi sajian visual yang menyentuh yang bisa 'meguras air mata' penontonnya, Hafalan Shalat Delisa sebenarnya sudah memilki materi yang sempurna untuk hal itu. Karakter yang tengah dilanda cobaan, bencana, kematian, dan hubungan keluarga semuanya terangkum dalam jalinan kisah film ini.

Tetapi menggarap film tear-jerker memanglah susah-susah-gampang, karena jika gagal, hasilnya bukannya mengharukan penonton malah tampil 'menyedihkan' dalam hal kualitas. Sayangnya, sang Sutradara Sony Gaokasak kurang mampu menggali emosi dari 'materi sempurna tear-jerker movie' ini, sehingga hasilnya Hafalan Shalat Delisa ini masih kurang berhasil 'menyentuh' penonton filmnya.

Akting Chantiq Schagerl sebagai seorang debutan di layar lebar cukup menarik perhatian. Walaupun sebagai karakter Delisa, Chantiq masih kurang mampu menampilkan aura optimistik yang seharusnya dimiliki oleh karakternya, sehingga 'semangat' dan 'pesan' yang ingin disampaikan melalui karakter Delisa kurang mampu tersampaikan dengan baik ke penonton.

Beberapa detail seperti penggunaan bahasa dan logat Aceh juga sayangnya tidak mendapat perhatian di film ini. Aktor-Aktrisnya masih berdialog layaknya peran mereka di film lainnya. Begitupun dengan detail mengenai kondisi geografis Aceh yang ditampilkan di filmnya masih jauh dari gambaran Aceh yang sebenarnya. Untungnya nuansa Aceh masih 'tertolong' lewat lantunan scoring musik gubahan Tya Subiakto yang terasa 'menghentak' dan sesuai dengan mood khas lantunan lagu Aceh.

Satu hal yang mendapat highlight dari film ini adalah penggunaan CGI (Computer Generated Imagery) yang tergolong baru untuk sebuah film Indonesia. Adegan yang memvisualisasikan gempa, helikopter, kapal-kapal besar dan tentu saja tsunami yang dibuat melalui CGI dari Gapetto Animation Indonesia harus diakui memang hasilnya belum maksimal.

Efeknya masih terasa kasar dan tidak real, tetapi untunglah masih belum dalam taraf visual efek yang 'memprihatinkan' seperti sinetron laga di salah satu stasiun televisi swasta nasional. Tetapi untuk sebuah langkah baru dalam terobosan efek untuk film Indonesia, CGI nya patut untuk diapesiasi dan pastinya sangat tidak adil rasanya jika kita membandingkannya dengan CGI yang dihasilkan oleh Perfilman maju seperti Hollywood.

Secara keseluruhan, sebagai sebuah film yang mengangkat sebuah persitiwa bencana besar yang pernah terjadi di negara ini, Hafalan Shalat Delisa memang masih belum mampu men-capture kesedihan dan optimisme yang ingin disampaikan melalui filmnya.

Tetapi setidaknya, film ini masih mampu menghadirkan beberapa momen menyentuh terutama dari Akting Reza Rahadian yang seperti biasa tampil dengan apik.

Saat Penonton bertanya-tanya dalam hati setelah selesai menonton filmnya dengan pertanyaan "Apakah Saya sendiri sudah hafal bacaan Shalat?" (mungkin saja itu) berarti pesan film ini sudah tersampaikan dengan baik. Ya, Mungkin saja...


Film ini kyaknya diambil dari kisah tsunami aceh ya?! Pengen nonton

Reppu buat non pink

iya, makasih om ^_^ sok atuh nonton :D
 
jika tertarik dan suka dengan soundtrack film ini,
bisa di download via 4shared judul lagunya adalah Lagu Ibu, dinyanyikan oleh Rafly feat Chantiq
 
Last edited by a moderator:
Fathir Muchtar jadi Ustad? :)) biasanya jadi preman ini jadi ustad... tapi dari cuplikan filmnya bagus tuh ceritanya ;) nanti ah coba pengen nonton
 
Back
Top