palupi
New member
JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) menyatukan, hanya sekitar 17,58 persen dari populasi sapi yang potensial untuk dipotong. berdasarkan pendataan sapi potong, sapi perah, dan kerbau (PSPK) 2011, diperoleh jumlah keseluruhan ternak mencapai 16.726.664 ekor:
Populasi sapi potong mencapai 14.824.373 ekor. Sebanyak 14.523.164 5,7 juta ekor sapi dimiliki juta rumah tangga. Sisanya, dimliki oleh perusahaan dan pedagang. Populasi sapi perah 597.21.3 ekor dan populasi kerbau 1.305.078 ekor.
Perhitungan potensial stok didasarkan path 90 persen dari jumlah sapi dan kerbau jantan dewasa ditambah sapi dan kerbau betina apkir.
Sebanyak 10 persennya digunakan sebagai pejantan kawin alami. Artinya, potensial stok sapi potong hanya sekitar 2.942.220 ekor. “Sapi paling banyak dimiliki rumah tangga dengan kepemilikan dua sampai tiga ekor,” ujar kepala BPS Suryamin, akhir pekan lalu.
Keseluruhan populasi sapi potensial stok ini, kata dia, juga tidak seluruhaya bisa dijadikan ready stock. Suryamin merinci. 98 persen populasi sapi dan kerbau di Indonesia dipelihara oleb rumah tangga. sisanya dua persen diipelihara perusahaan, pedagang, dan institusi lainnya.
Hal itu, kata dia, menjadi salah satu faktor perhitungan ready stock karena masyarakat di indonesia memelihara sapi untuk sebagai tabungan.
Sebanyak 76 persen pemeliharaan sapi dan kerbau di rumah tangga bertujuan untuk pengembangbiakan, 21 persen untuk penggemukan, dua persen untuk pembibitan, dan sisanya untuk perdagangan.
Ia mengatakan, untuk menjadikan sapi dan kerbau yang berada di rumah tangga agar siap potong tidakah mudah. Pasalnya, tujuannya untuk pengembangbiakan. Berbeda dengan sapi milik perusahaan yang sebagian besar tujuan pemeliharaanya 77 persen untuk penggemukan atau menyuplai daging.
Mahal
Produk daging sapi impor pun kini mengalami lonjakan harga. Menteri Pertanian (Mentan) Suswono mengatakan, daging impor asal Australia mencapai harga Rp 32 ribu di tingkat feedloter. “Di feedloter juga sudah mahal,” ujar Suswono saat ditemui wartawan di kantor Kementan. Jumat (01/3).
Mentan membantah perihal harga dagIng di Indonesia yang dikatakan tertinggi di Harga daging tinggi, menunjukan hanya terjadi di beberapa provinsi, yaitu DKI Jakarta jawa barat,khususnya di jabodetabek.
Kenaikan harga juga bergantung dari jenis daging, yang tergolong daging premiun ondary cut, manufacturing fancy, maupun tetelan. Selalu beberapa daerah diklaim mengalami penurunan harga.
Tahun ini, daerah sentra produksi diprediksi mampu menyedikan sebesar 50 ribu ton dan untuk kebutuhan nasional mentan bahkan memprediksikan lebihan pasokan sebesar 13 ribu ekor sapi atau setara dengan 30.156 ton. Untuk Jawa Barat khususnya terjadi kelebihan pasokan sebesar 35.766 ekor setara dengan 6.085 ton daging.
Penurunan alokasi impor bakalan dan daging menimbulkan transisi peta perdagangan ternak sapi.
Sumber : Republika
Populasi sapi potong mencapai 14.824.373 ekor. Sebanyak 14.523.164 5,7 juta ekor sapi dimiliki juta rumah tangga. Sisanya, dimliki oleh perusahaan dan pedagang. Populasi sapi perah 597.21.3 ekor dan populasi kerbau 1.305.078 ekor.
Perhitungan potensial stok didasarkan path 90 persen dari jumlah sapi dan kerbau jantan dewasa ditambah sapi dan kerbau betina apkir.
Sebanyak 10 persennya digunakan sebagai pejantan kawin alami. Artinya, potensial stok sapi potong hanya sekitar 2.942.220 ekor. “Sapi paling banyak dimiliki rumah tangga dengan kepemilikan dua sampai tiga ekor,” ujar kepala BPS Suryamin, akhir pekan lalu.
Keseluruhan populasi sapi potensial stok ini, kata dia, juga tidak seluruhaya bisa dijadikan ready stock. Suryamin merinci. 98 persen populasi sapi dan kerbau di Indonesia dipelihara oleb rumah tangga. sisanya dua persen diipelihara perusahaan, pedagang, dan institusi lainnya.
Hal itu, kata dia, menjadi salah satu faktor perhitungan ready stock karena masyarakat di indonesia memelihara sapi untuk sebagai tabungan.
Sebanyak 76 persen pemeliharaan sapi dan kerbau di rumah tangga bertujuan untuk pengembangbiakan, 21 persen untuk penggemukan, dua persen untuk pembibitan, dan sisanya untuk perdagangan.
Ia mengatakan, untuk menjadikan sapi dan kerbau yang berada di rumah tangga agar siap potong tidakah mudah. Pasalnya, tujuannya untuk pengembangbiakan. Berbeda dengan sapi milik perusahaan yang sebagian besar tujuan pemeliharaanya 77 persen untuk penggemukan atau menyuplai daging.
Mahal
Produk daging sapi impor pun kini mengalami lonjakan harga. Menteri Pertanian (Mentan) Suswono mengatakan, daging impor asal Australia mencapai harga Rp 32 ribu di tingkat feedloter. “Di feedloter juga sudah mahal,” ujar Suswono saat ditemui wartawan di kantor Kementan. Jumat (01/3).
Mentan membantah perihal harga dagIng di Indonesia yang dikatakan tertinggi di Harga daging tinggi, menunjukan hanya terjadi di beberapa provinsi, yaitu DKI Jakarta jawa barat,khususnya di jabodetabek.
Kenaikan harga juga bergantung dari jenis daging, yang tergolong daging premiun ondary cut, manufacturing fancy, maupun tetelan. Selalu beberapa daerah diklaim mengalami penurunan harga.
Tahun ini, daerah sentra produksi diprediksi mampu menyedikan sebesar 50 ribu ton dan untuk kebutuhan nasional mentan bahkan memprediksikan lebihan pasokan sebesar 13 ribu ekor sapi atau setara dengan 30.156 ton. Untuk Jawa Barat khususnya terjadi kelebihan pasokan sebesar 35.766 ekor setara dengan 6.085 ton daging.
Penurunan alokasi impor bakalan dan daging menimbulkan transisi peta perdagangan ternak sapi.
Sumber : Republika