Kalina
Moderator
Kualitas Bagus Tembus Rp 6 200
JEMBER - Menjelang pertengahan Febuari, harga beras melonjak drastis. Kenaikannya variatif, berkisar Rp 500 - Rp 700 per kg. Kenaikan ini diprediksi akibat banyaknya petani yang gagal panen dan spekulasi pedagang, setelah banjir di Jakarta.
Farida, salah satu pedagang di Pasar Tegal Besar mengatakan, hampir semua jenis beras harganya naik. Dia mencontohkan, beras IR 64 dengan kualitas paling bagus, naik Rp 600. "Seminggu lalu, harganya masih Rp 5000 sekarang sudah Rp 5600 per kg," paparnya.
Kenaikan dengan selisih sama juga terjadi pada beras IR 64 yang kualitasnya di bawahnya. Jika sepekan lalu harganya berkisar Rp 4.600, saat ini mencapai Rp 5.200. "Kenaikannya sama Rp 600, ya sepuluh persenan," paparnya. Beras IR 64 yang kualitasnya terendah, menurut dia, juga naik dari Rp 3.900 jadi Rp 4.200. Tapi, lanjut Farida, stok beras tersebut masih kosong, apalagi permintaan juga jarang.
Farida menambahkan, harga beras jagung juga naik drastis. Yang pekan lalu masih Rp 2.500 sekarang jadi Rp 3.500.
Kenaikan harga beras juga diakui oleh Jupri, pedagang di pasar tanjung. Harga beras IR 64 yang kualitasnya paling bagus sekarang Rp 6000, padahal seminggu lalu masih Rp 5.600. Kualitas di bawahnya juga naik, dari Rp 5200 jadi Rp 5600," kata Jupri.
Senada dengan Farida, Jupri juga mengungkapkan, harga beras jagung melonjak, dari Rp 2.500 jadi Rp 3.500. Jupri tak tahu faktor kenaikan harga beras itu. Dia hanya menyesuaikan harga dari distributor tempatnya mengambil beras. "Naik turun harga sudah biasa, mas," ungkapnya
Sementara itu, Rofi, pemilik toko di Pasar Tanjung mengungkapkan, beras IR 64 kualitas bagus kini seharga Rp 6000. Naiknya, lanjut dia, bertahap. Jika sepekan lalu masih Rp 5500, tiga hari lalu jadi Rp 5800. Kendati demikian, dia tak mengetahui, apa penyebab kenaikan itu. Rofi mengaku, punya selep sendiri. "Harga gabah naik, saya tinggal menyesuaikan," paparnya.
Sementara itu, pantauan Erje di beberapa pengecer di Sumbersari, harga beberapa beras bermerek mengalami kenaikan yang sangat tajam. Beras merek Anak Mas punel dijual Rp 28.500 per 5 kilogram atau Rp 5.700 per kilogram. Lalu Anak Mas harum dijual Rp 30.000 per 5 kilogram atau Rp 6.000 per kilogram.
Beras merek Dua Anak dijual Rp 28.000 per 5 kilogram atau Rp 5.600 per kilogram. Kemudian beras merek Air Mancur dijual Rp 27.500 per 5 kilogram atau Rp 5.500 per kilogram. Lantas beras Raja Lele biasa dijual Rp 28.500 per 5 kilogram atau Rp 5.700 per kilogram. Dan yang cukup mahal adalah beras merek Bunga Pandan dijual Rp 30.500 per 5 kilogram atau Rp 6.100 per kilogram.
Para pedagang mengaku tidak berkutik menghadapi lonjakan harga beras tersebut. Sebab, mereka hanya menjadi penjual yang mendapat pasokan dari pabrik beras. "Kami menerima harga dari pabriknya memang sudah mahal. Kami ini sudah mengambil untung yang tipis," ujar Sumarni, salah satu pedagang beras.
Soal penyebab naiknya harga beras, dia mengaku tidak tahu. Yang jelas, para pelanggannya juga mengeluhkan kenaikan harga beras yang dinilai sudah sangat tinggi. "Mereka juga sering bilang, kok mahal sekali sih berasnya. Tapi saya bisa bilang apa kalau memang dari asalnya sudah mahal," tuturnya.
Kenaikan harga beras yang tak terkendali ini dikeluhkan oleh para ibu rumah tangga. Salah satunya seperti yang diungkapkan Ny Hani, warga Kebonsari. Dia mengatakan, harga beras yang sangat tinggi sangat memberatkan keuangan keluarga. Apalagi, yang bekerja hanya suaminya.
"Suami saya memang PNS. Dan tahun ini kan ada kenaikan gaji 15 persen. Tapi itu dari gaji pokok. Jadi tak seberapa. Tapi kalau harag beras naiknya sangat tinggi, rasanya gaji juga tidak naik," keluhnya. Sebab itu, kini dia harus bisa mengelola keuangan keluarga sehemat mungkin.
Dia pernah mencoba mengganti beras yang kualitas sedang saat harga beras mulai mahal. Tapi, anggota keluarganya malah protes karena berasnya tak seenak biasanya. "Ya sudah, terpaksa kembali ke beras semula. Tinggal lauknya saja yang disesuaikan. Yang penting masih bergizi," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Hariyanto mengatakan berdasar data hasil tim pemantauan harga sembako, harga beras belakangan ini sudah relatif stabil.
Dia mencontohkan, beras IR 64 jenis Bengawan, harganya Rp 6000, jenis Mentir Rp 6200. "Memang sempat ada kenaikan, tapi sudah mulai stabil," paparnya.
Hariyanto memprediksi, kenaikan harga beras itu permainan spekulan yang memanfaat kondisi Jakarta yang banjir. Selain itu, dia juga menengarai, kenaikan itu dipengaruhi penurunan produksi padi, karena banyaknya petani yang gagal panen, akibat pergeseran musim kemarau.
Hariyanto mengatakan, pemkab bekerja sama dengan Bulog bakal menggelar operasi pasar. Saat operasi pasar, beras IR 64 akan dijual dengan harga Rp 3600, lebih murah Rp 200 dibanding operasi pasar sebelumnya. "Operasi pasar ini sudah jadi perintah dari pusat. Ternyata, permintaan operasi pasar dari masyarakat memang meningkat," ujarnya.
JEMBER - Menjelang pertengahan Febuari, harga beras melonjak drastis. Kenaikannya variatif, berkisar Rp 500 - Rp 700 per kg. Kenaikan ini diprediksi akibat banyaknya petani yang gagal panen dan spekulasi pedagang, setelah banjir di Jakarta.
Farida, salah satu pedagang di Pasar Tegal Besar mengatakan, hampir semua jenis beras harganya naik. Dia mencontohkan, beras IR 64 dengan kualitas paling bagus, naik Rp 600. "Seminggu lalu, harganya masih Rp 5000 sekarang sudah Rp 5600 per kg," paparnya.
Kenaikan dengan selisih sama juga terjadi pada beras IR 64 yang kualitasnya di bawahnya. Jika sepekan lalu harganya berkisar Rp 4.600, saat ini mencapai Rp 5.200. "Kenaikannya sama Rp 600, ya sepuluh persenan," paparnya. Beras IR 64 yang kualitasnya terendah, menurut dia, juga naik dari Rp 3.900 jadi Rp 4.200. Tapi, lanjut Farida, stok beras tersebut masih kosong, apalagi permintaan juga jarang.
Farida menambahkan, harga beras jagung juga naik drastis. Yang pekan lalu masih Rp 2.500 sekarang jadi Rp 3.500.
Kenaikan harga beras juga diakui oleh Jupri, pedagang di pasar tanjung. Harga beras IR 64 yang kualitasnya paling bagus sekarang Rp 6000, padahal seminggu lalu masih Rp 5.600. Kualitas di bawahnya juga naik, dari Rp 5200 jadi Rp 5600," kata Jupri.
Senada dengan Farida, Jupri juga mengungkapkan, harga beras jagung melonjak, dari Rp 2.500 jadi Rp 3.500. Jupri tak tahu faktor kenaikan harga beras itu. Dia hanya menyesuaikan harga dari distributor tempatnya mengambil beras. "Naik turun harga sudah biasa, mas," ungkapnya
Sementara itu, Rofi, pemilik toko di Pasar Tanjung mengungkapkan, beras IR 64 kualitas bagus kini seharga Rp 6000. Naiknya, lanjut dia, bertahap. Jika sepekan lalu masih Rp 5500, tiga hari lalu jadi Rp 5800. Kendati demikian, dia tak mengetahui, apa penyebab kenaikan itu. Rofi mengaku, punya selep sendiri. "Harga gabah naik, saya tinggal menyesuaikan," paparnya.
Sementara itu, pantauan Erje di beberapa pengecer di Sumbersari, harga beberapa beras bermerek mengalami kenaikan yang sangat tajam. Beras merek Anak Mas punel dijual Rp 28.500 per 5 kilogram atau Rp 5.700 per kilogram. Lalu Anak Mas harum dijual Rp 30.000 per 5 kilogram atau Rp 6.000 per kilogram.
Beras merek Dua Anak dijual Rp 28.000 per 5 kilogram atau Rp 5.600 per kilogram. Kemudian beras merek Air Mancur dijual Rp 27.500 per 5 kilogram atau Rp 5.500 per kilogram. Lantas beras Raja Lele biasa dijual Rp 28.500 per 5 kilogram atau Rp 5.700 per kilogram. Dan yang cukup mahal adalah beras merek Bunga Pandan dijual Rp 30.500 per 5 kilogram atau Rp 6.100 per kilogram.
Para pedagang mengaku tidak berkutik menghadapi lonjakan harga beras tersebut. Sebab, mereka hanya menjadi penjual yang mendapat pasokan dari pabrik beras. "Kami menerima harga dari pabriknya memang sudah mahal. Kami ini sudah mengambil untung yang tipis," ujar Sumarni, salah satu pedagang beras.
Soal penyebab naiknya harga beras, dia mengaku tidak tahu. Yang jelas, para pelanggannya juga mengeluhkan kenaikan harga beras yang dinilai sudah sangat tinggi. "Mereka juga sering bilang, kok mahal sekali sih berasnya. Tapi saya bisa bilang apa kalau memang dari asalnya sudah mahal," tuturnya.
Kenaikan harga beras yang tak terkendali ini dikeluhkan oleh para ibu rumah tangga. Salah satunya seperti yang diungkapkan Ny Hani, warga Kebonsari. Dia mengatakan, harga beras yang sangat tinggi sangat memberatkan keuangan keluarga. Apalagi, yang bekerja hanya suaminya.
"Suami saya memang PNS. Dan tahun ini kan ada kenaikan gaji 15 persen. Tapi itu dari gaji pokok. Jadi tak seberapa. Tapi kalau harag beras naiknya sangat tinggi, rasanya gaji juga tidak naik," keluhnya. Sebab itu, kini dia harus bisa mengelola keuangan keluarga sehemat mungkin.
Dia pernah mencoba mengganti beras yang kualitas sedang saat harga beras mulai mahal. Tapi, anggota keluarganya malah protes karena berasnya tak seenak biasanya. "Ya sudah, terpaksa kembali ke beras semula. Tinggal lauknya saja yang disesuaikan. Yang penting masih bergizi," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Hariyanto mengatakan berdasar data hasil tim pemantauan harga sembako, harga beras belakangan ini sudah relatif stabil.
Dia mencontohkan, beras IR 64 jenis Bengawan, harganya Rp 6000, jenis Mentir Rp 6200. "Memang sempat ada kenaikan, tapi sudah mulai stabil," paparnya.
Hariyanto memprediksi, kenaikan harga beras itu permainan spekulan yang memanfaat kondisi Jakarta yang banjir. Selain itu, dia juga menengarai, kenaikan itu dipengaruhi penurunan produksi padi, karena banyaknya petani yang gagal panen, akibat pergeseran musim kemarau.
Hariyanto mengatakan, pemkab bekerja sama dengan Bulog bakal menggelar operasi pasar. Saat operasi pasar, beras IR 64 akan dijual dengan harga Rp 3600, lebih murah Rp 200 dibanding operasi pasar sebelumnya. "Operasi pasar ini sudah jadi perintah dari pusat. Ternyata, permintaan operasi pasar dari masyarakat memang meningkat," ujarnya.