Harry Potter and the Sons of Revenge

sibudi

New member
CHAPTER I: LIVE TO THE FULLEST



Harry Potter menyeret kopernya yang besar dengan hati-hati mencoba untuk tidak bersuara. Seluruh penghuni rumah keluarga Black ini memang sedang tertidur lelap. Tapi Harry tidak ingin mengambil resiko, sebisa mungkin dia harus keluar dari rumah ini tanpa membangunkan penghuni yang lain, terutama lukisan Mrs. Black.

Ketika dia mencapai pintu utama, Harry menarik napas panjang. ‘Inilah saatnya’, pikirnya. Ketika tangannya baru menggenggam gagang pintu, dia dikagetkan oleh suara dari belakangnya.

“Kau hendak pergi, Harry?”

Pikiran Harry sedang berputar keras sekarang. Dia tahu suara siapa itu. Pertanyaannya adalah apakah orang itu akan membiarkan Harry pergi atau akan mencegahnya?

Tanpa menoleh kebelakang Harry berkata pelan. “Sudah waktunya. Kuharap kau tidak mencegahku.”

Orang di belakang Harry tidak segera menjawabnya, sehingga Harry berbicara lagi. “Apa kau akan menahanku?”

“Kau sudah cukup umur Harry. Aku tak punya kuasa untuk menahanmu. Aku hanya ingin kau memikirkan sekali lagi tentang apa yang akan kau lakukan.” Walaupun suara orang tersebut sangatlah pelan, Harry dapat mendeteksi nada khawatir dari cara bicaranya.

“Aku sudah memikirkannya berulang kali. Ini adalah sesuatu yang harus kulakukan.”

“Seorang diri?”

“Benar. Aku harus melakukan ini seorang diri. Aku sendiri tidak mengharapkan akan selamat dari misi ini. Bagaimana bisa aku mengajak orang lain?” Harry berkata dengan mantap.

“Ron dan Hermione tidak akan pernah bisa mengerti keputusanmu ini.”

Harry menghela napas. “Aku tahu. Karena itu kau harus bisa membuat mereka mengerti.”

“Aku sendiri tidak mengerti alasan kenapa kau harus melakukan ini seorang diri. Order of Phoenix dapat membantumu.”

“Jangan tersinggung. Tapi aku tidak dapat mempercayai Order lagi setelah apa yang terjadi dengan Snape. Dan juga, aku tidak ingin mengambil teman-temanku dari keluarga mereka, terutama setelah apa yang kulihat malam ini.”

“Maksudmu pernikahan Bill dan Fleur?”

Harry tidak menjawab.

“Mereka memang tampak bahagia sekali. Sesuatu yang jarang terlihat pada jaman perang ini.”

“Aku tidak ingin mengganggu kebahagiaan mereka. Tidak setelah apa yang terjadi pada Bill. Aku yang sudah tidak punya siapa-siapa lagi ini tidak punya hak untuk menghancurkan kebahagiaan mereka.”

“Kau masih punya aku, Harry. Dan aku juga hanya punya kau seorang. Kumohon, pikirkanlah sekali lagi.”

“Kau punya seorang auror cantik yang sedang menunggu keputusanmu. Relakanlah aku pergi. Kalau kau merelakanku, aku akan merasa mendapatkan dukungan dari kedua orang tuaku dan juga ... Sirius.”

Mereka berdua hening untuk beberapa menit. Harry memang membutuhkan orang yang berdiri dibelakangnya untuk merelakan kepergiannya, hal itu akan membuat perasaan Harry jauh lebih baik, mendapatkan dukungan dari salah satu sahabat orangtuanya.

“Bagaimana Remus? Aku benar-benar butuh restumu.” Harry membalikkan badannya untuk pertama kali dan dalam cahaya remang-remang dia dapat melihat wajah pucat dan rambut penuh uban dari mantan professornya itu.

“Aku ingin kau mengingat satu hal, Harry. Kembalilah dengan selamat. Karena di rumah ini terdapat orang-orang yang menyayangimu dan mempercayaimu. Kembalilah.” Suara Remus Lupin terdengar berat.

“Aku titip Hedwig.” Itulah kata terakhir Harry sebelum dia melangkahkan kakinya keluar kedalam suhu senja yang dingin. Tak berapa lama kemudian, dia ber-Dissaparate.

“APA!!? HARRY PERGI!!!?” Teriakan melengking Mrs.Weasley mengagetkan seluruh penghuni Grimmauld Place, termasuk lukisan Mrs.Black yang langsung mengeluarkan sumpah serapahnya begitu mendengar teriakan itu.

Suasana di dapur rumah memang benar-benar tegang. Selain Mrs Weasley, ada juga Ron yang berdiri di samping ibunya menuntut penjelasan dari Remus Lupin yang duduk di meja makan. Duduk di seberang Lupin adalah Hermione dengan air mata yang berlinang. Tangannya menggenggam erat surat yang ditinggalkan Harry kepada kedua sahabatnya.

“Kenapa kau membiarkan dia pergi, Remus? Kenapa kau tidak menahannya?!!” Mrs Weasley berkata lagi.

“Aku tidak punya kuasa apa pun atas Harry, Molly. Dia sudah 17 tahun.” Ucap Moony dengan nada yang letih.

“Ta-tapi...” Ron terbata-bata. “Bagaimana mungkin dia melakukan ini? Dia tahu kami akan ikut dengannya. Benar kan, Hermione?”

Hermione kelihatan tidak memiliki energi untuk menjawab. Dia masih belum yakin bagaimana bisa Harry meninggalkan dirinya dan Ron? Sebegitu kecilkah Harry menghargai persahabatan mereka?

Mrs Weasley meledak lagi. “Remus. Kau tahu sendiri betapa bahayanya di luar sana, bagaimana bisa kau membiarkan Harry menantang bahaya sendirian? Dia anak James dan Lily, Remus!”

“Sudahlah Molly. Relakan saja dia dan hormati keinginannya.”

“Tidak bisa! Kita harus menghimpun seluruh anggota order. Kita harus menemukan Harry dan membawa dia kembali ke sini. Tidak mungkin aku ... “

Remus langsung berdiri. “Apa kau tidak dengar apa yang kukatakan?! Hormati keputusan Harry! Di suratnya dia bilang jangan mencarinya! Dan dia benar. Waktu kita jangan dihabiskan untuk menemukan Harry yang tidak ingin ditemukan!”

“Tapi...aku tidak...” Tubuh Molly Weasley langsung lunglai, beruntung Ron dengan sigap menahan ibunya yang dengan segera menangis tak terkendali di pelukan anak laki-lakinya yang termuda.

Beberapa meter dari situ, Hermione membaca sekali lagi surat yang ditinggalkan oleh sahabatnya.
 
Last edited:
Beberapa meter dari situ, Hermione membaca sekali lagi surat yang ditinggalkan oleh sahabatnya.




Dear Hermione & Ron,

Kalau kalian membaca surat ini, berarti aku sudah pergi dari Grimmauld Place untuk memulai petualanganku yang mungkin juga akan menjadi petualanganku yang terakhir di dunia ini.

Aku tahu kalau kita sebelumnya sudah setuju untuk pergi bersama-sama. Tapi ... aku tidak bisa menyeret kalian berdua ke dalam hal ini. Ini adalah sesuatu yang harus kulakukan sendiri.

Kumohon janganlah beranggapan kalau aku kurang menghargai persahabatan kalian. Kalian berdua adalah sahabat terbaik yang pernah kumiliki. Dan aku sangat bersyukur telah mengenal kalian. Aku menyayangi kalian berdua lebih dari sekedar teman, tapi seperti saudaraku sendiri.
Tidak...kurasa kalian memang saudaraku. Karena itulah aku tidak mungkin menempatkan kalian dalam posisi yang serba sulit dan penuh ketidak- pastian, dan juga kondisi penuh bahaya. Itulah yang akan kalian hadapi kalau kalian mengikutiku. Aku terlalu menyayangi kalian untuk menempatkan kalian dalam posisi itu.

Jangan khawatirkan diriku. Jalani saja hidup kalian seperti biasa. Pergilah ke Hogwarts dan selesaikan pendidikan kalian. Hiduplah sepenuhnya. Carilah kebahagiaan di pelukan seseorang. Karena siapa tahu seseorang tersebut tidak jauh sama sekali dari kalian (wink-wink). Ha-ha, Please forgive your crazy friend.

Anyway, aku sangat berharap kita dapat bertemu lagi. Bila tidak ... kita bisa bertemu di kehidupan selanjutnya. Orang yang sangat bijak pernah mengatakan kepadaku kalau kematian hanyalah petualangan besar berikutnya.

Jaga diri kalian. Ingat pesanku, ‘hiduplah sepenuhnya’.

P.S : Untuk anggota order, jangan coba-coba mencariku. Lebih baik energi kalian difokuskan untuk mengatasi para death eater terkutuk itu.

Harry

Beberapa menit kemudian, tinggal Ron dan Hermione yang berada di dapur. Lupin dan Mrs Weasley sedang pergi untuk mengadakan pertemuan order. Ron masih berdiri dengan tatapan yang menandakan bahwa dia sedang berpikir keras. Sementara itu , Hermione membaca ulang surat dari Harry untuk yang kesekian kalinya kalau-kalau ada yang dia lewati.

“Hermione.” Hermione mengalihkan perhatiannya kepada Ron. Dia bisa melihat ekspresi wajah Ron yang tampak percaya diri.

“Kemasi barang-barangmu.”

“Apa?” Hermione berkata sambil menyeka air matanya.

“Kita akan mencari Harry.” Ucap Ron mantap.


“Tapi...”

“Aku tidak peduli apa kata Remus. Dan aku juga tidak peduli apa yang dikatakan Harry. Kita akan menemukan Harry dan membantunya. Karena itulah yang harus dilakukan oleh seorang teman. Tidak... itulah yang harus dilakukan oleh sesama saudara, seperti yang Harry tulis.”

“Ron, bagaimana ...” Ucapannya dipotong.

“Ayolah Hermione. Kita kan tahu Harry akan menuju kemana.”

“Godric’s Hollow.” Ucap Hermione pelan.

“Benar sekali. Sekarang kemasilah barangmu. Aku tunggu diluar dalam 10 menit.”


Puluhan mil dari Grimmauld Place, Harry berjalan sendirian di jalanan muggle berusaha untuk tidak menarik perhatian.

‘Aku tidak percaya aku akan kembali lagi ketempat itu.’ Pikir Harry dalam hati saat dia memasuki boks telepon berwarna merah tua yang sudah kehilangan beberapa kacanya.

Mengangkat gagangnya, dia memutar nomor 62442.

“Selamat datang di Kementrian Sihir. Silahkan sebutkan nama anda dan urusan anda.”

“Harry Potter. Berkunjung ke Departemen Misteri.”

CHAPTER II: THE WHITE SNITCH

“Dua puluh tujuh setengah senti, inti bulu phoenix, sudah enam tahun dipergunakan, benar?”

“Benar.” Jawab Harry.

“Semoga hari anda menyenangkan, Mr Potter.” Si petugas keamanan menyerahkan tongkat Harry sambil tersenyum ramah. Dia merupakan petugas keamanan yang berbeda dengan yang Harry temui ketika Harry pertama kali ke tempat ini bersama Mr Weasley.

Harry berjalan menembus gerbang keemasan menuju aula untuk menaiki lift. Mungkin karena hari masih amat pagi, hanya beberapa orang saja yang berkeliaran di Kementrian Sihir dari yang Harry lihat, dan semuanya tidak menoleh sama sekali kepada Harry. Kondisi tubuh yang letih dapat terlihat dari wajah mereka.

Lift membuka ketika Harry menekan tombol turun lalu dia masuk sendirian ke dalam lift dan menekan tombol nomor sembilan.
 
Beberapa menit kemudian Harry sudah berdiri di depan sebuah pintu berwarna hitam yang pernah sering dia impikan. Berbeda dengan ketika dia berada di tempat ini bersama teman-temannya, kali ini ada seorang penyihir berkulit hitam yang duduk di kursi di dekat pintu tersebut. Dia sedang membaca Daily Prophet. Harry menghampiri penyihir itu.

Penyihir itu menengadah ketika Harry mendekatinya. ?Ada yang bisa kubantu Mr...?....Harry Potter?? Si penyihir yang sepertinya merupakan seorang petugas keamanan membelalakan matanya ketika matanya terpaku pada bekas luka di dahi Harry.

Harry mengangguk. ?Aku ingin bertemu dengan Mr Croake. Dia mengharapkan kedatanganku.

DUA MINGGU SEBELUMNYA:

?OW!!? Harry langsung terlonjak bangun dari tidurnya karena rasa sakit yang luar biasa dari tangannya. Dia memperhatikan jempol di tangan kanannya yang ternyata sudah berdarah.

?Apa yang...? Harry yang kini sedang dalam posisi duduk di tempat tidurnya melihat seekor elang yang juga sedang berada di tempat tidurnya. Elang itu berwarna hitam pekat dan warna darah terlihat jelas dari paruhnya. Tidak jauh dari situ, Hedwig berjingkrak-jingrak dalam kandangnya mengeluarkan suara-suara menantang kepada burung elang tersebut.

?Apa? Kenapa ada elang di sini?? Ucap Harry sambil memegang tangannya yang terluka dengan tangannya yang satu lagi.

Koak-koak

Elang itu menjulurkan cakar kanannya, sama seperti ketika burung hantu mengirimkan surat. Dan di cakar elang tersebut juga terlihat sebuah surat tergulung.

?Kau mengantarkan surat??

Koak-koak

Dengan sangat hati-hati, Harry mencoba mengambil surat dari cakar elang itu dengan tangannya yang tidak terluka. Setelah dapat, elang hitam itu langsung terbang keluar dari kamar tidur terkecil di Privet Drive no 4.

Dengan hati-hati juga Harry membuka surat itu. Bukan karena takut, tapi membuka surat dengan satu tangan ternyata lebih sulit dari yang dibayangkan. Surat itu berbunyi.

Mr Harry Potter yang terhormat,

Keadaan yang sulit menghadang kita semua pada masa kini. Bangkitnya Pangeran Kegelapan membutuhkan kita untuk memilih sisi. Karena itulah kami mengirimkan surat ini. Karena kami selalu memilih sisi yang benar.

Kami telah mengetahui sebagian kecil mengenai hubungan anda dengan Pangeran Kegelapan. Seperti yang anda ketahui, kami sempat menyimpan sebuah bola ramalan yang mengimplikasikan anda berdua. Dan seperti yang anda ketahui juga, bola ramalan tersebut telah hancur ketika insiden yang terjadi tahun lalu antara anda, teman-teman anda, dan para Death Eater.

Mengingat peran anda pada masa ini tidaklah kecil, kami memutuskan untuk menawarkan bantuan kepada anda. Kami yakin bantuan kami akan sangat berguna bagi anda karena kami memiliki sumber daya yang hanya bisa diimpikan oleh organisasi-organisasi lain.

Kami akan menunggu kedatangan anda di Departemen Misteri dalam waktu yang kira-kira tepat untuk anda. Kami di Departemen Misteri tidak begitu peduli dengan jalannya waktu.

Dan yang patut anda ketahui juga, Departemen Misteri beserta para unspeakable-nya sama sekali tidak berada di bawah pengaruh Kementrian Sihir.


Salam hormat,

Edmunds Croake
UNSPEAKABLE TINGKAT VI
Wakil II Kepala Departemen Misteri

END FLASHBACK

?Silakan ikuti aku.? Ucap penyihir itu sambil berdiri. Dari tanda pengenal yang disematkan di dadanya, Harry mengetahui bahwa dia bernama J. Simmons.

Simmons membuka pintu dan Harry mengikutinya. Setelah Harry masuk, Simmons menutup pintu itu. Mereka berdua kini berada di sebuah ruangan bundar yang gelap dengan pintu-pintu tanpa pegangan mengelilingi ruangan itu. Dan seperti yang diingat Harry, pintu-pintu tersebut mulai berputar.

Setelah pintu-pintu itu berhenti berputar, Simmons merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan sebuah bola kecil. Bola itu kemudian mengeluarkan sayap-sayap kecil dan mulai melayang-layang.

?Snitch?? Tanya Harry heran.
 
“Bukan. Ini penunjuk jalan kita.” Jawab Simmons.

Bola itu memang amat mirip dengan snitch, kecuali warnanya. Snitch berwarna emas. Sedangkan yang ini sepertinya berwarna putih bersih.

Snitch penunjuk itu kemudian terbang dengan cukup lambat ke dalam salah satu pintu yang berada di sebelah kanan mereka berdiri sekarang.

Harry dan Simmons memasuki ruangan yang berada di balik pintu itu. Harry ingat ruangan ini. Di ruangan ini terdapat tangki besar berisi otak yang dulu pernah menjerat Ron. Tangki itu kini telah kembali seperti semula dan tidak ada tanda sedikitpun bahwa sebelumnya pernah pecah.

“Kalian sudah memperbaikinya.” Gumam Harry.

“Yang ini tidak sulit untuk diperbaiki. Kerusakan yang sebenarnya terjadi di Aula Ramalan. Bola-bola ramalan yang pecah tidak dapat diperbaiki lagi.”

“Maaf.” Harry memang benar-benar merasa bersalah. Anehnya Simmons malah tertawa kecil.

“Tak perlu minta maaf. Sudah lama sebenarnya kami ingin melakukan ‘cuci gudang’.”

Snitch penunjuk selanjutnya membawa mereka ke dalam ruangan yang tidak pernah Harry kunjungi sebelumnya. Ruangan itu kecil. Kira-kira hanya sebesar ruang asrama laki-laki Gryffindor di mana Harry dan teman-temannya tidur di Hogwarts.

Ruangan ini mengingatkan Harry pada toko Ollivander’s. Puluhan mungkin ratusan tongkat sihir terjajar di dinding-dinding ruangan.

“Ini tongkat-tongkat milik penyihir terdahulu.” Ucap Simmons tanpa ditanya saat mereka berjalan menyusuri ruangan itu. “Konon tongkat sihir milik keempat pendiri Hogwarts juga ada sini.”

Harry tertarik sekali mendengar ini. “Kau tahu yang mana?”

“Simmons menggeleng. “Hanya Ketua Unspeakable dan penjaga ruangan ini yang memiliki daftarnya.

Snitch penunjuk membawa mereka ke beberapa ruangan lagi. Satu ruangan lebih aneh daripada yang lain.

Ruangan yang paling menarik perhatian Harry adalah ruang pengawetan. Di ruangan ini terdapat hewan-hewan magis yang sebagian besar orang hanya pernah mereka lihat di buku. Basilisk juga terdapat di ruangan ini. Tidak ketinggalan nundu, hewan seperti macan dengan ukuran raksasa yang dipercaya sebagai hewan paling berbahaya di dunia.

Harry bersyukur karena Simmons tidak membawa Harry menuju aula kematian. Melihat kembali selubung yang telah merenggut nyawa Sirus adalah hal terakhir yang dibutuhkan Harry saat ini.

Akhirnya, Simmons membawa Harry menuju ruangan yang tidak beda jauh dengan kantor-kantor biasa di dunia muggle. Ada sekitar dua lusin penyihir baik pria maupun wanita sibuk di meja mereka masing-masing. Ada yang sedang sibuk menulis, ada yang sedang dengan cermat mengamati benda-benda sihir di mejanya, dan ada juga yang sedang sibuk mengayunkan tongkat sihirnya kepada sebuah benda sihir, untuk bereksperimen sepertinya.

Ada beberapa penyihir di ruangan ini yang menoleh kepada Harry ketika dia berjalan menyusuri lorong kantor tersebut mengikuti Simmons, tetapi mereka tidak begitu mempedulikannya.

“Ah, Mr Potter. Akhirnya anda datang juga.” Harry kini berhadapan dengan seorang penyihir yang pernah dia lihat sekilas sebelumnya di Piala Dunia Quidditch.

“Terima kasih, Simmons.” Simmons meninggalkan Harry berdua dengan Mr Croake.

“Selamat datang di Departemen Misteri. Akulah yang mengirimi anda surat beberapa minggu yang lalu.” Croake menjulurkan tangannya untuk dijabat. Dan Harry membalasnya.

Mr Croake merupakan seorang pria yang bertubuh tinggi. Mata birunya dihalangi oleh sebuah kacamata berbentuk oval. Rambutnya dipenuhi dengan uban dan hanya menyisakan sedikit saja rambut hitam. Sekilas, dia kelihatan seperti kutu buku. Dia sepertinya sepantaran dengan Menteri Sihir sebelumnya, Cornelius Fudge.

“Terima kasih anda bersedia datang. Kami sudah melepas semua harapan ketika anda tidak datang juga setelah satu minggu.” Nada bicara Mr Croake amatlah lambat. Mengingatkan Harry pada Professor Binns.

“Yah, aku memang baru bisa datang sekarang.”

“Aku mengerti. Nah, anda tentu penasaran kenapa kami meminta anda datang.”

“Yeah.” Jawab Harry.

“Seperti yang kusebutkan di surat. Kami menawarkan bantuan kepada anda. Untuk lebih jelasnya silakan masuk ke kantorku.” Mr Croake memmpin Harry menuju sebuah ruangan kantor yang berada tidak jauh dari mereka. Pintu kantor itu tertutup.

Croake menggenggam gagang pintu, tapi dia tidak langsung membukanya. Dia melihat ke arah Harry dengan ekspresi yang tidak bisa dibacanya.
 
“Bukan. Ini penunjuk jalan kita.” Jawab Simmons.

Bola itu memang amat mirip dengan snitch, kecuali warnanya. Snitch berwarna emas. Sedangkan yang ini sepertinya berwarna putih bersih.

Snitch penunjuk itu kemudian terbang dengan cukup lambat ke dalam salah satu pintu yang berada di sebelah kanan mereka berdiri sekarang.

Harry dan Simmons memasuki ruangan yang berada di balik pintu itu. Harry ingat ruangan ini. Di ruangan ini terdapat tangki besar berisi otak yang dulu pernah menjerat Ron. Tangki itu kini telah kembali seperti semula dan tidak ada tanda sedikitpun bahwa sebelumnya pernah pecah.

“Kalian sudah memperbaikinya.” Gumam Harry.

“Yang ini tidak sulit untuk diperbaiki. Kerusakan yang sebenarnya terjadi di Aula Ramalan. Bola-bola ramalan yang pecah tidak dapat diperbaiki lagi.”

“Maaf.” Harry memang benar-benar merasa bersalah. Anehnya Simmons malah tertawa kecil.

“Tak perlu minta maaf. Sudah lama sebenarnya kami ingin melakukan ‘cuci gudang’.”

Snitch penunjuk selanjutnya membawa mereka ke dalam ruangan yang tidak pernah Harry kunjungi sebelumnya. Ruangan itu kecil. Kira-kira hanya sebesar ruang asrama laki-laki Gryffindor di mana Harry dan teman-temannya tidur di Hogwarts.

Ruangan ini mengingatkan Harry pada toko Ollivander’s. Puluhan mungkin ratusan tongkat sihir terjajar di dinding-dinding ruangan.

“Ini tongkat-tongkat milik penyihir terdahulu.” Ucap Simmons tanpa ditanya saat mereka berjalan menyusuri ruangan itu. “Konon tongkat sihir milik keempat pendiri Hogwarts juga ada sini.”

Harry tertarik sekali mendengar ini. “Kau tahu yang mana?”

“Simmons menggeleng. “Hanya Ketua Unspeakable dan penjaga ruangan ini yang memiliki daftarnya.

Snitch penunjuk membawa mereka ke beberapa ruangan lagi. Satu ruangan lebih aneh daripada yang lain.

Ruangan yang paling menarik perhatian Harry adalah ruang pengawetan. Di ruangan ini terdapat hewan-hewan magis yang sebagian besar orang hanya pernah mereka lihat di buku. Basilisk juga terdapat di ruangan ini. Tidak ketinggalan nundu, hewan seperti macan dengan ukuran raksasa yang dipercaya sebagai hewan paling berbahaya di dunia.

Harry bersyukur karena Simmons tidak membawa Harry menuju aula kematian. Melihat kembali selubung yang telah merenggut nyawa Sirus adalah hal terakhir yang dibutuhkan Harry saat ini.

Akhirnya, Simmons membawa Harry menuju ruangan yang tidak beda jauh dengan kantor-kantor biasa di dunia muggle. Ada sekitar dua lusin penyihir baik pria maupun wanita sibuk di meja mereka masing-masing. Ada yang sedang sibuk menulis, ada yang sedang dengan cermat mengamati benda-benda sihir di mejanya, dan ada juga yang sedang sibuk mengayunkan tongkat sihirnya kepada sebuah benda sihir, untuk bereksperimen sepertinya.

Ada beberapa penyihir di ruangan ini yang menoleh kepada Harry ketika dia berjalan menyusuri lorong kantor tersebut mengikuti Simmons, tetapi mereka tidak begitu mempedulikannya.

“Ah, Mr Potter. Akhirnya anda datang juga.” Harry kini berhadapan dengan seorang penyihir yang pernah dia lihat sekilas sebelumnya di Piala Dunia Quidditch.

“Terima kasih, Simmons.” Simmons meninggalkan Harry berdua dengan Mr Croake.

“Selamat datang di Departemen Misteri. Akulah yang mengirimi anda surat beberapa minggu yang lalu.” Croake menjulurkan tangannya untuk dijabat. Dan Harry membalasnya.

Mr Croake merupakan seorang pria yang bertubuh tinggi. Mata birunya dihalangi oleh sebuah kacamata berbentuk oval. Rambutnya dipenuhi dengan uban dan hanya menyisakan sedikit saja rambut hitam. Sekilas, dia kelihatan seperti kutu buku. Dia sepertinya sepantaran dengan Menteri Sihir sebelumnya, Cornelius Fudge.

“Terima kasih anda bersedia datang. Kami sudah melepas semua harapan ketika anda tidak datang juga setelah satu minggu.” Nada bicara Mr Croake amatlah lambat. Mengingatkan Harry pada Professor Binns.

“Yah, aku memang baru bisa datang sekarang.”

“Aku mengerti. Nah, anda tentu penasaran kenapa kami meminta anda datang.”

“Yeah.” Jawab Harry.

“Seperti yang kusebutkan di surat. Kami menawarkan bantuan kepada anda. Untuk lebih jelasnya silakan masuk ke kantorku.” Mr Croake memmpin Harry menuju sebuah ruangan kantor yang berada tidak jauh dari mereka. Pintu kantor itu tertutup.

Croake menggenggam gagang pintu, tapi dia tidak langsung membukanya. Dia melihat ke arah Harry dengan ekspresi yang tidak bisa dibacanya.
 
Maaf. hary potter boong-boongan.
Membaca kisah ini bisa mengganggu kesan anda terhadap HP yg asli.
Jadi saran saya jika anda tidak ingin terganggu keasyikannya membaca HP yang asli, sebaiknya jangan membaca HP ini.

Tetapi kalau ada yang suka dan penasaran dengan HP yang ini, akan saya posting kelajutannya.
 
“Mr Potter. Apa yang ada dibalik pintu ini mungkin akan mengejutkan anda. Kami hanya minta ada memberi kami sedikit kepercayaan. Karena apa yang ada di balik pintu ini juga merupakan salah satu alasan kami menawarkan bantuan kepada anda. Apakah anda mempercayai kami?”

Harry tidak tahu harus berkata apa. Bagaimana bisa dia mempercayai orang-orang yang baru saja dia kenal? Tetapi dia sudah sampai di sini. Karena itu tidak ada salahnya untuk terus mengikuti jalur ini.

“Jawab dulu pertanyaanku.” Harry berkata. “Dalam surat, anda berkata kalau Departemen Misteri sama sekali tidak berada di bawah pengaruh Kementrian. Bagaimana bisa? Bukankah kalian berada di bawah bangunan Kementrian?”

Croake tersenyum ramah. “Departemen Misteri sudah ada di tanah ini jauh sebelum Kementrian Sihir mulai dibentuk. Alasan utama mereka didirikan di sini adalah untuk melindungi Departemen Misteri. Karena itulah Kementrian tidak mengendalikan kita.”

Harry bertanya lagi. “Dan Scrimgeour tidak tahu aku berada di sini?” Croake menggeleng.

“Baiklah. Tunjukkan padaku apa yang ada di dalam.”

Croake memutar gagang pintu dan mempersilakan Harry masuk terlebih dahulu. Begitu masuk, Harry langsung tahu mengapa Croake memperkirakan Harry akan terkejut. Tentu saja Harry akan terkejut. Bagaimana bisa orang itu ada di sini?

Orang yang dilihat Harry itu sedang duduk menyamping di sebuah kursi di hadapan Harry. Tangan dan kakinya tampak diikat oleh sebuah tali yang setengah transparan. Kepala orang tersebut tertunduk lesu sehingga wajahnya hampir tidak kelihatan. Tapi warna rambut dan sosok tubuh orang itu sudah cukup untuk dikenali Harry.

Harry mendesiskan nama orang itu dengan penuh dendam. “Wormtail!”

Di luar Grimmauld Place

“Ron! Kenapa lama sekali? Malah aku yang menunggumu.”

“Sorry, Hermione. Susah sekali menyusup keluar. Banyak anggota order yang berkeliaran.”

“Kau sudah meninggalkan surat untuk ibumu?” Tanya Hermione.

Ron mengangguk. “Kutinggalkan di depan pintu kamarnya.”

“Baiklah. Lebih baik kita susutkan dulu koper kita supaya tidak menarik perhatian.”

Setelah mereka melakukan itu, Ron baru menyadari kalau dia tidak tahu sama sekali di mana tepatnya Godric’s Hollow.

“Err...Hermione. Apa kau tahu Godric’s Hollow itu di mana?”

“Aku sempat melakukan penelitian di perpustakaan Hogwarts setelah Harry mengatakan kalau dia ingin mengunjungi makam orangtuanya. Dan dari yang kubaca, Godric’s Hollow berada di bagian selatan Wales.”

“Baiklah kalau begitu. Bagaimana kita ke sana? Berapparate?”

“Wales berada di seberang lautan, Ron. Kita tidak bisa berapparate ke sana.”

“Kenapa tidak?”

Hermione mendengus. “Apa kau sama sekali tidak membaca buku petunjuk apparasi? Kita tidak bisa ber-apparate di atas lautan, karena tidak terdapat sihir yang cukup di sana. Apparasi membutuhkan kekuatan sihir yang besar sehingga kita hanya bisa menyeberangi lautan dengan sihir apabila kita mengendarai alat-alat sihir seperti sapu terbang, atau mobil terbang ayahmu yang dulu.”

“Oh, begitu.” Ron tiba-tiba merasa bodoh. “Jadi, gimana dong?”

“Kita harus ke Kementrian Sihir. Kalau tidak salah di Departemen Hubungan Internasional kita bisa mendapatkan portkey berlisensi untuk ke luar negeri.”

“Kementrian Sihir? Baiklah kalau begitu. Ayo.” Ucap Ron mantap.

Dengan itu, mereka berdua ber-Dissaparate.

CHAPTER III : ANOTHER UMBRIDGE
 
CHAPTER III : ANOTHER UMBRIDGE

“Wormtail!”

Dengan refleks yang cepat Harry mengeluarkan tongkatnya dan mengarahkannya pada orang yang telah mengkhianati orangtuanya dan juga Sirius.

“H-Harry?” Wormtail menyadari kehadiran Harry. Dia tampak lebih menyedihkan dari sebelumnya. Bajunya yang compang-camping dan kulitnya yang kotor luar biasa semakin mengidentikkan dia dengan seekor tikus.

Napas Harry mulai memburu. Sekaranglah saatnya. Saat untuk membalas kematian orangtuanya dan juga atas penderitaan Sirius selama 12 tahun di Azkaban. Dia harus membunuh Peter. Harry bahkan sudah tidak mempedulikan lagi kenapa ada anggota Death Eater di kantor salah satu petinggi Unspeakable.

Peter Pettigrew tampak tidak ketakutan berada di hadapan tongkat Harry. Malahan, dari ekspresi wajahnya, Harry dapat melihat sesuatu yang lain. Sesuatu yang tidak pernah dilihat Harry dari orang ini. Perasaan bersalah.

‘Tidak. Itu tidak mungkin.’ Pikir Harry. ‘Orang ini tak punya perasaan sama sekali. Dia harus mati.’ Tongkat Harry mulai bergetar karena amarahnya.

“Mr. Potter.” Croake meletakkan tangannya di tangan kanan Harry, mencoba agar Harry menurunkan tongkatnya. “Anda tadi bilang anda akan mempercayai kami. Karena itu aku minta turunkanlah tongkat anda. Beri aku kesempatan terlebih dahulu untuk menjelaskan keadaan ini.”

Harry tidak bergeming. Tekadnya malah semakin kuat dan dia mengenggam tongkatnya dengan lebih kuat.

“Kumohon, Mr Potter. Membunuh orang ini sekarang sama sekali tidak akan ada manfaatnya. Aku sadar orang ini telah menimbulkan banyak sekali kedukaan bagai anda. Tapi percayalah, anda akan menyesal kalau tidak mendengarkan penjelasanku. Kumohon, turunkanlah tongkat anda. Ibu anda pernah bilang padaku kalau setiap orang berhak mendapatkan kesempatan kedua, tak peduli seburuk apapun perbuatan orang itu sebelumnya.”

Genggaman tangan Harry melemas setelah mendengar ibunya disebut-sebut. Masih dengan tongkat teracung ke arah Wormtail, dai menoleh kepada Mr Croake. “Kau kenal ibuku?” Tanyanya.

Mr Croake mengangguk. “Ibumu merupakan salah satu Unspeakable terbaik yang pernah kutemui. Dulu aku adalah mentornya ketika dia baru bergabung di Departemen Misteri.”

“I-ibuku seorang Unspeakable?”

“Kau tidak tahu? Aku ingat sekali James pernah tidak setuju Lily bekerja di sini. Kata yang dia ucapkan adalah, ‘untuk apa kau bekerja? Kekayaan keluargaku cukup untuk beberapa generasi’. Tapi ... ibumu akhirnya bergabung juga dengan kami. Tak ada yang bisa mengendalikan Lily.” Mr Croake tertawa kecil mengingat kenangan masa lalu.

Keadaan hening sejenak. Harry tak tahu apa yang harus dia lakukan. Apakah dia akan melewatkan kesempatan untuk membalas kematian orang tuanya? Dia benar-benar bingung.

“Ayolah, Harry.” Ini pertama kalinya Croake memanggilnya dengan nama pertama. “Ibumu pasti tidak ingin kau membunuh orang yang sedang diikat. Apalagi bila orang tersebut dulunya pernah bersahabat dengan ayahmu.” Dia semakin menekan tangannya ke tangan Harry agar The-Chosen-One ini mau menurunkan tongkatnya.

Dengan enggan, Harry menurunkan perlahan tongkatnya.

“Baiklah.” Ucap Harry dengan berat hati. “Tapi dia tidak boleh meninggalkan pandanganku.”

“Terserah anda. Silakan duduk.” Croake menggambar sebuah kursi yang berhadapan dengan kursi yang diduduki oleh Peter.

Harry mulai duduk. Matanya tidak pernah lepas dari Wormtail yang kini menundukkan kepalanya lagi. Sementara itu Mr Croake duduk di balik meja kerjanya.

“Baiklah, Harry. Tentunya kau heran kenapa Pettigrew bisa ada di sini.” Ucap Croake yang tidak dijawab oleh Harry.

“Perlu anda ketahui bahwa Mr Pettigrew menyerahkan dirinya sendiri kepada kami tiga minggu yang lalu.”

“Dia menyerahkan diri? Kenapa?” Pandangannya masih melekat pada Peter.

“Dia hanya bilang kalau dia sangat menyesal dengan apa yang telah dia perbuat. Karena itu dia ingin berpaling dari kegelapan dengan memberikan informasi mengenai Lord Voldemort. Tapi dia hanya ingin memberikan informasi itu kepada anda, Mr Potter.”

Harry heran mendengar ini. “Kenapa kau tidak menyerahkan diri pada kementrian, Wormtail. Kenapa kemari? Dan kenapa kau hanya ingin memberikan informasi kepadaku?” Harry bertanya pada Wormtail.

Wormatil menengadah. “Ka-karena...”

Croake hendak menyambung perkataan Wormtail. “Dia bilang ka...”

“Biarkan dia ngomong sendiri!” Bentak Harry. Dia tidak bermaksud untuk membentak Mr Croake. Tapi dia ingin Wormtail sendiri yang mengatakannya.

Tidak ada yang berbicara untuk sejenak.

“Wormtail?” Desak Harry.

Peter tidak berani melihat langsung ke arah Harry. “Se-sesuatu dalam diriku melarangku untuk menyerahkan diri pada Kementrian, d-dan juga pada Order of Phoenix.”

Harry berpaling pada Mr Croake. ‘Apa Croake tahu tentang keberadaan Order?’

Mengerti maksud dari pandangan Harry, Mr Croake berkata. “Jangan khawatir, Harry. Aku tahu tentang Order of Phoenix. Walaupun aku bukan anggotanya.”

“Lanjutkan Wormtail.” Perintah Harry.

“Se-seperti yang kubilang tadi. Sesuatu menahanku untuk menyerahkan diri. Itu membuatku bingung. Aku berpikir cukup lama kenapa demikian. Akhirnya aku menyadari bahwa sesuatu tersebut bukan menahanku untuk menyerahkan diri, tapi membuatku untuk menyerahkan diri pada yang benar. Sesuatu itu menyuruhku untuk menyerahkan diri padamu, H-Harry.”

Dahi Harry berkerut. “Kenapa begitu?”

“Ka-karena aku berhutang nyawa padamu. Dan aku tahu kau sangat membutuhkan informasi Pangeran Kegelapan. Se-sehingga informasi ini harus diberikan langsung padamu. Kalau diberikan pada Kementrian atau Order, besar kemungkinan informasi itu akan jatuh ke tangan yang salah.”

“Kalau aku boleh menyela, Harry.” Mr Croake berkata. Begitu dia melihat anggukan dari Harry, Croake melanjutkan perkataanya. “Dari yang kudengar tadi. Aku percaya kalau Pettigrew terikat oleh apa yang namanya ‘Hutang-Penyihir’. Hal itu mengakibatkan dia menjadi loyal kepadamu sampai hutangnya terbayar.”

Suatu kenyataan mulai terbersit di benak Harry. “Professor Dumbledore pernah mengatakan padaku bahwa akan tiba saatnya ketika aku akan senang karena telah menyelamatkan nyawa Pettigrew. Apakah ini yang dia maksud?” Harry memandang Croake di balik meja kerjanya yang penuh dengan tumpukan kertas.

“Kurasa begitu, Harry.” Ucap Croake pelan sambil mengaruk-garuk dagunya.

“Tapi ... ini bisa saja hanya siasat dari Voldemort. Dan, sepertinya sulit untuk dipercaya kalau efek dari ‘Hutang-Penyihir’ itu bisa membuat Pettigrew loyal kepadaku. Itu tidak mungkin.” Ucap Harry serius.

“Banyak yang tidak kita ketahui tentang sihir. Aku memang tidak bisa mengatakan dengan pasti apakah memang ‘Hutang-Penyihir’ yang mendorong Mr Pettigrew datang kemari. Harus kuakui juga pengetahuanku tentang ‘Hutang-Penyihir’ itu amat terbatas. Selain karena hal ini jarang terjadi antara dua orang yang berlawanan, tapi juga memang pada dasarnya, ‘Hutang-Penyihir’ tidaklah absolut. Kita tidak pernah tahu apa efeknya apabila kita memiliki ‘Hutang-Penyihir’ pada penyihir lain.” Croake menyelesaikan penjelasannya.

“Jadi kita tidak bisa tahu kalau dia mengatakan yang sebenarnya.” Harry menyimpulkan.

“Kita bisa mencoba menggunakan veritaserum.” Ucap Croake.

“Tapi bukankah Kementrian sangat mengatur ketat penggunaan veritaserum?” Harry berkata dengan penuh harap.

“Ah, tapi kau lupa. Kami tidak berada di bawah pengaruh Kementrian.”

“Kalau begitu lakukanlah.” Ucap Harry.

“Baiklah. Akan kuminta asistenku untuk membawakannya.” Croake melakukan sesuatu di atas mejanya yang tidak dilihat Harry karena dia masih mengawasi Wormtail. Tapi tampaknya Croake mencari-cari sebuah alat untuk berkomunikasi dengan asistennya, karena berikutnya dia berkata, “miss Umbridge, tolong ambilkan satu botol veritaserum dari ruang penyimpanan. Password hari ini adalah ‘Bubboter Pus’.”

“Umbridge? Dolores Umbridge?” Tanya Harry heran kenapa orang terdekat Fudge bisa bekerja sebagai asisten di Departemen Misteri. Nada panik terdengar dari suaranya.

Tapi Croake tertawa. “Tenang, Mr Potter. Bukan Dolores Umbridge yang menjadi asistenku. Tapi putrinya, Alison Umbridge.”

“Umbridge punya seorang putri?” Harry penasaran seperti apa orangnya. Apa akan sama menyebalkannya seperti ibunya?

“Dia sudah bekerja di sini hampir selama satu tahun. Sebelumnya dia bekerja di bawah Fudge menggantikan ibunya yang mengajar di Hogwarts. Tapi karena tidak setuju dengan propaganda yang dilakukan bosnya kepada Dumbledore dan dirimu, dia berhenti dan semenjak itu bekerja di sini.” Cerita Croake.

Tak berapa lama kemudian pintu dibuka dan masuklah Umbridge. Harry langsung melongo karena Alison Umbridge berbeda sekali dari yang dia perkirakan. Sama sekali tidak ada tanda kalau gadis ini adalah putri dari ‘si kodok’ Umbridge.

“Mr Croake. Aku membawa yang anda minta.” Alison melangkah masuk dengan langkah ringan. Dia mengenakan sebuah jubah standar Kementrian sama seperti yang lainnya. Umurnya sekitar awal 20-an. Rambutnya yang panjang diikat kebelakang. Allison memiliki warna rambut pirang paling cerah yang pernah dilihat Harry. Mengingatkannya pada Fleur Delacour. Sama seperti atasannya dan juga Harry, Allison mengenakan kacamata. Dan Harry menyadari kacamata yang dikenakan Allison tidak dapat menyembunyikan kecantikannya. Entakan aneh terjadi di perut Harry ketika dia melihat wajah Allison.

“Terima kasih, Allison.” Dia mengambil botol berisi cairan bening dari tangan Allison Umbridge dan mengenalkan Harry pada asistennya. “Allison. Kau tentu tahu tentang Mr Harry Potter? Harry ini Allison.”

Harry hendak menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan, tapi dia melihat wajah Allison mengernyit begitu melihat Harry, seakan-akan dia jijik kepada Harry. Hal ini membuat hati Harry mencelos.

Allison hanya mengangguk pelan dan bergumam. “Mr Potter.”

“Harry. Kalau semuanya lancar, Allison akan menjadi penghubungmu untuk Departemen Misteri.” Mr Croake tampaknya tidak menyadari sikap tidak ramah dari Allison.

“Huh? Untuk apa aku butuh penghubung?” Selain karena merasa tidak membutuhkannya, dia juga merasa tidak nyaman berada di dekat orang yang kelihatannya membenci dirinya. Allison juga tampaknya tidak senang mendengar hal ini. Wajahnya kembali mengernyit.

“Itu prosedurnya, Harry. Dan aku juga tidak bisa menjadi penghubung untuk dua orang.” Ucap Mr Croake.

“Tapi, apa gunanya seorang penghubung? Lagipula aku belum bilang kalau aku mempercayai kalian. Departemen Misteri tidaklah sempurna. Apa kau masih ingat dengan Rookwood? Dia kan dari sini juga.”

Croake menghela napas panjang. “Kau tampaknya tidak mudah percaya ya, Harry?” Dia mengatakan ini sambil tersenyum. “Rookwood dulu bisa memata-matai kami karena veritaserum baru tercipta sekitar sepuluh tahun yang lalu. Ramuan jujur yang kami gunakan pada setiap Unspeakable waktu itu berhasil diatasi oleh Voldemort dengan memberikan Rookwood penangkalnya.”

“Apa veritaserum belum ada penangkalnya?” Tanya Harry.

“Setahuku belum ada.”

“Bagaimana anda bisa yakin? Siapa sih yang menciptakan veritaserum?” Harry penasaran.

“Severus Snape.” Yang menjawabnya adalah Allison yang masih berdiri di sebelah atasannya. Informasi ini mengagetkan Harry.

“Apa? Benarkah itu?” Croake mengangguk.

“Snape kan Death Eater? Bisa saja kan Snape sudah menciptakan penangkalnya dan memberikannya pada Wormtail sebelum dia datang ke sini?”

Croake melepaskan kacamatanya dan menggosoknya dengan sebuah lap kecil. Dia tampak letih. Setelah selesai dia meletakkan kembali kacamatanya di batang hidungnya.

“Di dunia ini memang tidak ada yang pasti, Mr Potter. Yang bisa kupastikan padamu hanyalah keyakinanku kalau Wormtail mengatakan yang sebenarnya. Apalagi bila kita memberikan veritaserum kepadanya. Efek dari ramuan itu dan juga dari ‘Hutang-Penyihir’ kurasa sudah cukup untuk membuat dia berkata jujur.”

Harry berpikir keras ketika Mr Croake menyelesaikan perkataannya.

“Baiklah.” Akhirnya dia berkata. “Kita coba saja hal ini. Tolong berikan botol itu kepadaku.”

Mr Croake menyerahkan veritaserum kepada Harry yang bangkit dari tempat duduknya. Dengan segera Harry menghampiri Wormtail.

“Buka mulutmu, Wormtail!” Perintah Harry dengan sedikit bentakan.

Wormtail tidak menolak dan segera mendongakkan kepalanya sambil membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya.

Harry merasa jijik sekali ketika dia menjatuhkan beberapa tetes ramuan ke lidah Wormtail.

“Lihat matanya, Harry.” Croake bangkit dari balik mejanya dan menghampiri Harry. “Kau bisa melihat efek dari ramuannya dari matanya.”

Mata Peter Pettigrew berputar-putar sebentar dan berhenti. Matanya tidak terfokus.

“Kau boleh menanyainya kini, Harry.”

Harry mengambil kursi yang tadi dia duduki dan memindahkannya supaya dia bisa duduk lebih dekat dari Wormtail saat dia menanyainya. Dari ujung matanya, Harry melihat Allison juga tampak tertarik untuk melihat apa yang akan terjadi.

“Siapa namamu?” Pertanyaan pertama Harry.

“Peter Pettigrew, atau Wormtail.” Suaranya datar tanpa ekspresi.

“Kau tahu siapa aku?”

“Harry Potter. Anak dari James dan Lily.” Mendengar nama orangtuanya disebut Wormtail membuat Harry agak marah.

“Apa kau seorang Death Eater?”

“Ya.”

“Kau secret keeper untuk orangtuaku?”

“Ya.”

“Kau memberitahukan tempat tinggal orangtuaku pada Voldemort?”

“Ya.” Walaupun dia sudah tahu hal ini. Informasi ini masih melukai hati Harry.

“Kenapa kau ada di sini?”

“Aku ingin mengabdi kepadamu.”

“Kenapa?”

“Aku menyesali apa yang telah kuperbuat.”

“Kenapa kau menjadi Death Eater?”

“Pangeran Kegelapan mengancam akan membunuh ibuku kalau aku tidak bergabung.” Mau tidak mau Harry merasa kasihan mendengar hal ini. Tapi dia mengesampingkan itu semua.

“Kenapa kau tidak langsung mendatangiku? Kenapa datang ke Departemen Misteri?”

“Aku sudah berusaha mendatangimu di rumah bibimu. Tapi aku tidak dapat mendekati wilayah Privet Drive. Mungkin karena perlindungan yang ditinggalkan ibumu melarang penyihir yang mempunyai tanda kegelapan di tangannya untuk memasuki Privet Drive. Setelah kau meninggalkan rumah bibimu, aku tahu kemungkinan kau akan menuju markas order, dan aku tahu markas order berada di bawah pengaruh mantra fidelius. Karena itulah aku mendatangi Departemen Misteri, dari yang kudengar dari Lily, Departemen Misteri adalah instansi yang paling terpercaya di negara ini. Dan aku terbukti benar karena ‘sesuatu’ yang menghalangi untuk menyerahkan diri kepada Kementrian tidak menahanku untuk menyerahkan diri ke Departemen Misteri.”

“Dengan cara apa kau akan mengabdi kepadaku?”

“Aku bisa memberikan informasi.”

“Informasi seperti apa?”

“Nama-nama Death Eater, terutama rekrutan baru. Juga keberadaan Pangeran kegelapan. Dan daftar orang-orang atau tempat yang kemungkinan besar diincar oleh Pangeran Kegelapan.”

“Ada di mana Voldemort?”

“Tempat yang sering dia tinggali adalah Riddle Manor. Satunya lagi adalah sebuah kastil di daerah utara Siberia. Aku tidak tahu persisnya, karena kami selalu ke sana dengan menggunakan Portkey.”

Harry berpikir sejenak mengenai apa yang akan dia tanyakan selanjutnya. Dia merasa ragu apakah dia harus menanyakan ini di depan Croake dan Allison.

“Apa yang kau ketahui tentang Horcrux-nya Voldemort?”

“Aku tidak tahu sama sekali.”

“Kau bohong.”

“Aku tidak bohong.”

Harry menyerah, sehingga dia melanjutkan pertanyaannya. “Ada di mana Snape sekarang?”

“Snape tidak pernah meninggalkan sisi Pangeran Kegelapan sejak dia membunuh Dumbledore. Jadi dimana ada Pangeran Kegelapan, di situ ada Snape.” Harry merasa getir ketika mendengar ini.

“Sebutkan nama-nama anggota Death Eater yang kau ketahui dan juga yang diincar oleh Voldemort!” Wormtail menyebutkan belasan nama dan beberapa wilayah yang dicatat oleh Allison.”

Harry tidak bertanya lagi. “Kurasa sudah cukup untuk saat ini.” Dia berdiri. “Mr Croake, bawa dia pergi dari sini.”

Croake memanggil seorang penyihir pria ke kantornya dan menyuruh penyihir itu untuk membawa Wormtail ke ruang penahanan.

Harry dan Mr Croake kembali duduk di kursi mereka. Kali ini mereka duduk berhadap-hadapan. Sementara itu, Allison tetap berdiri di samping atasannya.

“Jadi, Mr Potter. Apa rencanamu sekarang?” Tanya Croake dari balik mejanya.

“Err...bantuan seperti apa yang sebenarnya anda bisa tawarkan?” Tanya Harry.

“Hmm...tadi aku mendengar kau bertanya tentang horcrux. Apakah itu sangat signifikan dalam masa perang ini?”

“Sangat. Kau pernah mendengar tentang horcrux?”

Croake tampak berpikir sejenak sambil menggaruk-garuk. “Aku pernah mendengar kata itu disebut-sebut oleh superiorku dulu sekali. Tapi aku hampir tidak tahu sama sekali tentang horcrux. Begini saja, aku akan menyuruh tim peneliti kami untuk mencari tahu sebanyak mungkin tentang horcrux.”

Harry mengangguk. “Bagus. Fokuskan penelitian kalian pada cara untuk menghancurkan sebuah horcrux. Cara yang aman untuk menghancurkan horcrux.”

“Baiklah. Miss Umbridge akan menghubungi anda mengenai hasil penelitian kami melalui ini.” Croake mengambil sesuatu dari laci mejanya dan menyerahkannya pada Harry.

Harry mengambilnya. Itu adalah cermin dua arah. Hampir mirip dengan yang pernah diberikan Sirius kepadanya. “Oke. Oh, ada satu lagi yang aku ingin anda cari tahu juga...”

“Ya?”

“Aku ingin tahu tentang artefak-artefak peninggalan para pendiri Hogwarts. Apa saja mereka dan kira-kira di mana mereka berada.” Ucap Harry.

Ekspresi Mr Croake mengindikasikan bahwa dia menganggap ini adalah permintaan yang aneh. “Apa ini ada hubungannya dengan horcrux tadi?”

Harry tersenyum kecil. “Kurasa untuk tahap awal dari ... ‘hubungan’ kita, lebih itu saja yang perlu anda ketahui, untuk sekarang.”

Walaupun kecewa, Croake tidak menunjukkannya. “Aku mengerti. Anda akan pergi sekarang?”

Harry mengangguk dan berdiri. “Senang bertemu dengan anda Mr Croake, kuharap ini akan menjadi awal dari hubungan yang baik antara diriku dengan Departemen Misteri.”

Mereka berdua berjabat tangan. “Aku juga berharap begitu, Mr Potter. Tapi aku penasaran, apa rencana anda pada Mr Pettigrew?”

“Lebih baik dia berada di sini dulu. Tolong kirimkan daftar nama yang dia sebutkan tadi kepada Remus Lupin. Bilang saja itu dariku.” Pinta Harry.

“Baiklah, Mr Potter. Tapi, kalau anda tidak keberatan. Anda hendak pergi kemana sekarang?”

Harry merasa tidak perlu menyembunyikan hal ini. “Aku hendak mengunjungi makam orangtuaku di Godric’s Hollow.”

“Godric’s Hollow? Kau tahu letaknya?”

“Err...tidak juga.” Harry merasa bodoh.

“Bukan masalah. Sebentar....” Croake kembali duduk di mejanya dan menulis di sehelai perkamen selama beberapa menit sebelum menyerahkan perkamen itu kepada Harry.

“Ini petunjuk tentang di mana dan bagaimana caranya ke Godric’s Hollow.”

“Terima kasih, Mr Croake.” Harry menyakukan perkamen itu dan siap-siap pergi.

“Baiklah. Kalau begitu aku pergi dulu. Sampai bertemu lagi Mr Croake, miss Umbridge.” Harry menoleh ke arah Allison dan hanya mendapatkan tatapan kosong sebagai balasannya.

‘Kenapa sih dia?’

Departemen Hubungan Internasional, bagian perjalanan

Antrian panjang terjadi di loket keberangkatan. Hal ini biasa terjadi hampir setiap hari. Dan di barisan depan, dua penyihir muda baru saja mendapat gilirannya.

“Portkey ini akan aktif dalam 30 detik. Terima kasih.” Penjaga loket berwajah cantik tersenyum ketika dia menyerahkan sebuah teko karatan kepada Ron yang mau tidak mau ikut tersenyum dan agak tersipu. Hal ini terlihat oleh Hermione yang berdiri di sebelahnya.

“Ayo!” Hermione menarik Ron dari loket itu dengan paksa.

“Hermione! Apa-apaan sih?” Ron keheranan.

30 detik kemudian mereka menghilang setelah bertengkar seperti biasanya.

Sementara itu di bagian belakang dari barisan, seorang penyihir berambut hitam berantakan dengan mata hijau baru saja memulai antriannya.

CHAPTER IV: SAME TIME, SAME PLACE
 
wuih! mantep! mantep!! lanjutin oom!! walau pun baru baca sekilas,, tapi penasaran juga...
 
Back
Top