Hasil Akhir: Polling Lomba Menulis Bebas

Polling Lomba Menulis Bebas


  • Total voters
    29
Status
Not open for further replies.

Dipi76

New member
Tulisan yang masuk Akhirnya ada 4 karya. Dan untuk menentukan pemenang dalam kategori Favorit, maka dengan ini diadakan polling terbuka.
Dan untuk menghindari penilaian subyektif dari sesama warga ii, maka polling ini hanya mencantumkan judul tulisan saja, dan tidak mencantumkan nama peserta. Nanti setelah diketahui hasilnya, nama peserta akan ditampilkan.

Bentuk tulisan sengaja ditulis dan dilampirkan sesuai dengan bentuk asli ketika dikirimkan. Dan pilihlah tulisan yang sekiranya layak untuk mendapatkan penilaian tertinggi, dengan melihat bentuk tulisan, cerita dan kesesuaian dengan tema.

Polling akan ditutup 30 hari dari sekarang.

Ditunggu partisipasinya, ya?

Terima Kasih...[<:)

-dipi-
 
Last edited:
Bls: Polling Lomba Menulis Bebas.

KETIKA AZAN BERKUMANDANG​

BRAKKK!!!

Firdaus menutup pintu mobilnya dengan kasar. Ia bergegas masuk ke dalam sebuah rumah mewah di kawasan elite. Dari dalamnya keluarlah seorang wanita hampir setengah baya. Wajahnya pucat tanpa make-up, menyambut kedatangan Firdaus, anak tunggal yang amat disayanginya.

"Firdaus, kenapa kamu jadi begini, nak?"
Tak menghiraukan pertanyaan ummi, Firdaus menghindar. Ia masuk ke dalam rumah dan merebahkan diri di sofa biru tua di ruang tamu. Dari bibirnya tercium bau alkohol yang sangat menyengat.

"Firdaus..."
Ummi berkata dengan lemah nyaris tak terdengar. Sungguh wanita itu sangat menyayangi putranya.

"Ada apa, ummi...? Apa kau mau menambah penderitaan dan siksa batinku?! Belum puaskah kau dengan rasa perih hatiku?!"
Firdaus menjawab ummi tanpa sopan santun.

"Firda anakku... ummi sangat menyayangimu... tak mungkin ummi gembira dengan semua kesedihanmu..."
Tak kuasa lagi ummi menahan isak tangisnya, merasakan sakit. Lebih menyakitkan dari ditusuk dengan sembilu.

"Ah... Persetan dengan semua itu...!"
Firda berteriak. Tak memperdulikan suaranya yang memecah keheningan malam.

"Ya Allah, bukakan pintu hati putraku agar ia kembali berjalan di jalan-MU... Jangan biarkan ia terjerat di jurang kemungkaran..."
Dalam kesedihannya ummi memanjatkan doa untuk putranya.

"Bohong! Kenapa kau tetap mengatakan kebohongan itu... Mengapa?!"
Firda berteriak tak tertahankan. Ummi semakin pilu melihat kelakuan Firda.

"Bertahun-tahun ummi tega mendustai aku! Kenapa tak kau katakan kepadaku sejak dahulu, bahwa aku ini anak haram, hasil perzinahan, jika kau katakan hal ini sejak dulu, pasti sekarang aku tidak sesedih ini... kenapa ummi?"

Ummi terdiam seribu bahasa.

"Aku selalu bertanya-tanya siapakah ayahku, dimana dia berada... walaupun aku tidak pernah menemukan jawabannya, aku tetap membusungkan dada sebagai Taufik Firdaus. Tak kuperdulikan omongan teman-teman yang mempergunjingkanku dan tetap percaya pada kata-kata ummi bahwa ayah telah menginggal karena kecelakaan sebelum aku lahir. Ah... betapa bodohnya aku mempercayai semua itu! Sekarang, yang kutahu itu adalah kebusukan, kebohongan yang kau ciptakan! Dahulu aku mencintaimu, menghormatimu, menyayangimu dan memujamu... tapi kini semuanya telah berubah, terpecah belah hanyut oleh ombak dusta yang ummi ciptakan sendiri. Betapa kecewanya aku, ummi!"

Kata-kata Firda terhenti.
Firda mengungkapkan segala isi hatinya yang menyesakkan dada, tak lagi bisa ia pendam. Jantungnya berdetak amat keras dan semakin cepat...

Peristiwa yang tak mengenakkan itu, berawal dari pertemuan yang tak pernah disengaja antara Firdaus dengan teman lama ummi semasa kuliah di sebuah universitas negeri ternama di kota pelajar itu. Teman lama ummi mengisahkan dengan jelas mengapa waktu itu ummi tak dapat meraih gelar kesarjanaannya - yang dikarenakan di DO-nya ummi, lantaran ummi hamil di luar nikah. Ayah Firdaus pergi entah kemana, tak mau mempertanggungjawabkan perbuatannya. Ummi yang masih muda itu diusir oleh keluarganya karena telah dianggap membawa aib dan menorehkan arang pada kehormatan keluarganya.

Berita yang begitu tiba-tiba itu tentu saja sangat mengejutkan bagi Firda. Hal itu membuatnya shock dan kehilangan arah. Firda tak dapat menerima kenyataan, apalagi hal itu dilakukan oleh ummi. Firda merasa dibohongi, dibelakangi selama bertahun-tahun membuatnya merasa tak berarti.

Ummi bersimpuh diahadapan putranya.

"Ummi tau, ummi memang bersalah. Tapi, tidak adakah pintu maaf untuk ummi? Demi Allah, maafkan ummi, anakku..."
Ummi meratap.

Firda tak menunjukkan sikap santun, matanya menerawang jauh.

"Ummi memang menjijikkan dan tak pantas jadi ibumu. Namun engkau adalah titipan Allah yang sangat berarti, Firda... Kurelakan semua apa yang aku miliki di dunia ini untukmu, anakku..."
Ummi berkata, masih bersimpuh di hadapan anaknya. Tatapannya sendu, sedih karena harus menerima kenyataan pahit, penolakan dari putranya sendiri.
Luka lama yang telah mengering terkelupas sendiri, namun lebih parah dari sebelumnya.

"AH..."
Firda bangkit dari kursinya dan dengan langkah sempoyongan meninggalkan ibunya dan keluar rumah.

"Aku bosan neraka keluarga ini...!!!"

"Mau kemana lagi kau, nak..."

Tanpa mengindahkan pertanyaan ibunya, Firda tetap melangkahkan kakinya keluar rumah. Firda menyalakan mesin mobilnya, sedetik ia sudah meluncur ke jalan raya. Ummi hanya bisa menatap kepergian anaknya...

"Aku manyayangimu ummi, sungguh... tapi aku malu, dan karena aku ini anak haram..."
Hati kecil Firda berkata, meronta dalam kebimbangan...

#

Sudah sejak tiga hari yang lalu Honda Jazz merah keren itu menyisir jalan-jalan kota pelajar itu dalam kebingungan. Firdaus pengendaranya. Di wajahnya yang lesu terpancar rasa kerinduan kepada ummi.

Firda terhenti di depan sebuah panti asuhan. Para santri terlihat tengah bersiap-siap menunaikan shalat maghrib di sebuah masjid dalam komplek yang sama. Mereka berjalan beriringan sambil bercanda, ada yang melagukan nasyid, yang lain berjalan sambil bertasbih.

Bangkit kembali dalam ingatan Firda tentang masa kecilnya yang ia jalani bersama dengan ummi. Bayangan melewati suka-duka, tertawa dan bercanda bersama. Ummi merawatnya dengan penuh kesabaran dan curahan kasih sayang. Teringat saat itu ummi mengajarkannya shalat, atau menuntunnya membaca doa.

Merenungkan perjuangan ummi ketika saat itu perekonomian belum memadai seperti sekarang. Ummi berjualan kue, menjajakannya dari satu rumah ke rumah yang lain sambil menggendong Firda kecil. Betapa berat perjuangan ummi untuk membesarkan dan mendidik Firda seorang diri dengan staus yang disandangnya.

"Kenapa ummi mau melakukannya? Toh, ummi dapat membuangku... atau menitipkanku di panti asuhan... atau menggugurkan kandungannya... Tapi, mengapa ummi memilih untuk melahirkan bayinya, dan membesarkannya sendirian...?"
Firda mengungkap tanya.

Berkumandangnya azan maghrib itu meluluhkan hati Firdaus yang beku.

"Ya Allah, maafkan hamba-MU ini. Aku telah menjauhkan diri dari-Mu dan durhaka kepada ummi. Maafkan aku ya Allah... maafkan aku ummi..."

Matahari belum tenggelam sepenuhnya, langit masih jingga dan awan masih tegantung di angkasa. Firda melajukan Honda Jazz-nya dengan kecepatan tinggi agar ia cepat kembali ke rumah.

"Ummi, betapa rindunya aku padamu. Aku ingin segera pulang dan meminta maaf kepadamu. Betapapun aku dilahirkan di dunia ini tanpa kehadiran seorang ayah tetapi aku tidak kekurangan kasih sayang..." ungkap Firda penuh penyesalan. Air mata untuk ummi pun terjatuh.

Firda makin melaju dengan kencang.

Tiba-tiba dalam pandangannya terlintas sebuah truk bermuatan penuh. Tak terekam secara jelas dalam ingatannya bagaimana kejadian yang begitu cepat itu. Firda hanya melihat cahaya putih yang menyilaukan mata, dan disusul dengan suara dentuman yang amat keras.

BRAKKK!!!

Firda merasakan beban yang sangat berat menimpa dirinya.

Tak sadarkan diri, dalam keadaan koma ; setengah mati - setengah hidup. Tak ada lagi harapan bagi Firda untuk bertahan.
Ummi mendampingi putranya di sisi ranjang dengan air mata berderai, tak kuasa melihat keadaan putranya yang mengalami kecelakaan parah.

Firda sadar keesokan harinya.

Firda menatap ummi yang menangis tersedu-sedu.

"Assalamualaikum, ya ummi..."

"Ummi... mengapa engkau menangis...? Afwan... sudah pasti akulah penyebab ummi menangis..."

"Ummi, aku sakit... aku mengantuk..."

"Aku ingin tidur sebentar... afwan, aku tak bisa temani ummi..."

"Ummi, aku melihat keajaiban... Mukjizat Allah, dan Sang Khalik memaafkanku. IA memanggilku. Ummi, maafkan aku..."

Dengan susah payah Firda berbicara beberapa kalimat... Terbata-bata, Firda berkata dengan lemah sambil berbisik, berpamitan kepada ummi.

"Pergilah anakku, sesungguhnya apa yang ada di dunia ini adalah milik Allah SWT..." Ummi berkata ikhlas...

Beduk ditabuh keras-keras ; dan azan maghrib berkumandang di seluruh negeri.
Ketika itu, selembar kain putih menutupi pemuda tampan dalam senyuman yang telah pulang ke rahmatullah. Taufik Firdaus menghembuskan napas terakhirnya setelah mengucapkan dua kalimat syahadat.

Ummi tetap menjadi seorang wanita yang kuat dan tegar. Berdiri pada kedua kakinya, berpegang tegus kepada Islam dan Allah SWT. Mendoakan putranya dalam setiap shalatnya. Hidup merantau sendirian di dunia ini.


Tema : Bebas
 
Last edited:
Bls: Polling Lomba Menulis Bebas.

DISAAT IMPIAN TERLINTAS DALAM PIKIRAN SAAT BULAN RAMADHAN​

Hujan….hujan dimana air itu mengalir di lantai, di lapangan dan membuat jemuran tidak kering. Tulis….tulis sebuah pena menari di atas kertas atau kedua tangan menari di atas keyboard, aku sungguh tak punya ide untuk menulis. Mataku menatap layar laptop dengan pikiran membingungkan sampai kemana pikiran ini kubawa dalam sebuah tulisanku.

Mendengar sebuah suara yang aku dengar dimana-mana, apa yang aku tulis sebenarnya hanya sebuah tantangan buatku, ada sebuah kejutan menarik yang mampir dalam pikiranku ini dengan cepat aku menaruh sebuah baju dalam lemari dan meletakkan laptopku dalam kamar, aku berlari dengan cepat menghampiri sebuah cerita yang bisa membuat menangis.

Ada seorang wanita tua renta yang memilih hidupnya dalam bekerja dengan tukang parkir, dalam sebuah jalan raya yang berjalan menjadikan tangan sebagai petunjuk jalan para pengendara mobil. Aku berjalan dan melihat lagi ada sebuah pondok pesantren yang indah dengan bangunan yang indah sambil kumenyebut Subhanallah….sungguh indah Allah menciptakan manusia sehingga manusia bisa meluaskan pikiran dan menjadikan bangunan itu menjadi indah. Melihat artistik pondok dengan ditemani ada sebuah keindahan akuarium dengan beribu ikan yang cantik, sungguh artistik yang diperlihatkan keunikan sebuah aula jika berjalan bisa mendengarkan suara burung yang berkicau dan air mengalir.

Sungguh mengkilat lantai yang dipijak dengan nuansa putih, dan pengunjung bisa merasakan ketenangan dan kenyamanan. Sungguh bayangan yang terlintas dalam pikiran bisa menuju ke pondok pesantren tersebut di saat bulan Ramadhan bersama keluarga, pasti akan sangat menyenangkan. Sesudah berlari menuju pandangan yang terlintas dalam pikiranku itu, segeralah aku kembali lagi ke kamar dengan membuka laptopku dan menulis kembali, mengayunkan kedua tanganku di atas keyboard. Ada pikiran melintas lagi dalam pikiranku. Ahaa….seorang Ibu sedang mengayunkan tangannya di atas air katanya mau memasak nasi gurih dengan bayam, resep itu didapat dari acara masaknya di TV, itu buat aku tak sabar untuk berbuka puasa.
Sebuah ramadhan sungguh mempunyai arti, akhirnya aku melanjutkan menulis lagi dengan meneteskan air mata, bahwa betapa indahnya bulan ramadhan disaat kita berpasrah dengan sebuah rahmat dari Allah. Tiba-tiba dikejutkan lembaran yang aku ketik tiba-tiba menghilang dari layar laptop, tapi sungguh beruntung tidak hilang simpananku. Akhirnya kumenulis lagi, dengan sebuah cerita bahwa bulan penuh hikmah adalah ramadhan, terlintas dalam pikiranku masih ada seorang yang jahat dengan menyiksa sebuah anak kecil hanya gara-gara wilayah kekuasaan direbut untuk mengamen.

Aku berpikir berkah ramadhan hanya untuk orang-orang yang bertakwa karena disebutkan bahwa puasa adalah wajib dengan firman Allah dalam QS. Al-Baqarah : 185 yang artinya :
“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa diantara kamu ada bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur”

Waktu tulisan itu berlanjut mungkin ada sebagian manusia dalam berkah Ramadhan bisa menemukan sebuah petunjuk. Mataku tiba-tiba mengantuk, aku tidur dan mungkin ceritaku berlanjut dalam sebuah mimpi. Adikku memanggil “kak, sudah belum nulis laptopnya!! Aku mau maen game nich…”? aku segera memberitahukan pada adikku bahwa aku sudah selesai menulis di laptop ini dengan cepat aku menjawab “Sudah dik…kakak sudah selesai mau tidur nich, ngantuk…ku pejamkan mata dan siap menyambut pagi untuk melakukan bulan puasa kembali.

Cerita yang terlintas dalam pikiranku tadi segera kututup dengan hati yang tenang, ternyata ada juga yang aku tulis dengan sebuah kisah dalam bulan ramadhan. Aku bangun dengan mata yang terbuka lebar, maka dengan segera kubuka laptopku kembali, dataku tidak ada “hahaha…ternyata aku hanya bermimpi dengan menjadi penulis yang sibuk dalam alunan waktu dan kedua tanganku yang bekerja, tapi bersyukur karena mimpi adalah sebuah impian untuk meraih kenyataan, meskipun sulit tapi berjuang dan semangat itu kuncinya. Semoga bulan ramadhan bisa menjadi tumpuan dan sebuah mimpi menjadi kenyataan dengan bisa berpijak dan berjalan dalam nuansa artistik pondok pesantren. Mengaji, berdoa dan berbuat kebajikan untuk masyarakat di lingkungan sekitar.


Tema : Kita dan Ramadhan
 
Last edited:
Bls: Polling Lomba Menulis Bebas.

Menciptakan Kebersamaan dalam Persaudaraan​

Setiap tahun setelah buan rajab dalam kalender hijriyah umat islam di seluruh dunia melaksanakan Ibadah Puasa. Ibadah yang diwajibkan bagi mereka yang sudah baligh, sehat dan mampu secara jasmaniah dan rohaniah. Untuk memperdalam makna melaksanakan ibadah puasa, terkadang masyarakat muslim saling memberikan buka antara kerabat dan saudara. Cerminan tersebut mungkin sudah kita alami sejak kita masih berada di kampoug halaman.

Meskipun Rasulullah SAW tidak secara konkrit memberikan tuntunan dalam saling memberkan buka kepada kerabat atau saudara, namun secara gamblang dalam hadist qudsinya “barang siapa yang memberikan buka (makanan) bagi yang bepuasa, maka itu menjadi ampunan bag dosa-dosanya, dan mendapat pahala yang sama tanpa sedikitpun mengurangi pahala orang lain (yang berpuasa). Risalah tersebut membentuk motivasi setiap oang yang bersedekah di bulan ramadhan terutama memberikan buka puasa, menjadi amalan yang sangat istimewa. Karena mendapat ampunan dan pahala puasa, tidak bisa didapat di sepanjang tahun kecuali pada bulan suci ramadhan.
Bagi tradisi social cultur masyarakat kita, seperti masyarakat Madura, hal tersebut dikenal dengan ‘ater bhuka’. Yaitu mengantar buka (ta’jil). Untuk mempererat silaturahmi diantara saudara, sanak family serta kerabat. Mereka saling memberikan buka puasa. Begitu kuatnya tradisi tersebut, sehingga terdapat antara mereka sama-sama memberikan makanan untuk berbuka. Meskipun dari segi kemampuan mereka memiliki kemampuan untuk membeli makanan untuk berbuka puasa.

Apabila kita tarik sebuah nilai dalam essensi tradisi tersebut, berpuasa adalah moment untuk saling memper-erat tali silaturrahmi diantara umat muslim. Dimana selama setahun, mereka melaksanakan kegiatan rutinitas sehingga hal-hal seperti diatas jarang dilakukan. Terlebih di kota besar, saling memberikan makanan mungkin hanya kepada dhu’afa atau sekedar mentraktir teman-teman kita disaat memiliki tambahan rizki atau bahkan disaat merayakan pesta ulang tahun ataupun pernikahan. Namun memberikan makanan sebagai tanda silaturrahmi yang setara dirasa jarang dilaksanakan.
Oleh karenanya bulan Ramadhan adalah momentum ikhlas beramal, bersilaturahim serta meningkatkan kepekaan social (sense of social) kita untuk dapat saling merasakan apa yang kita rasakan. Membangun kebersamaan dalam suasan persaudaraan. Sehingga bangunan kerukunan sesame muslim (Ukhuwah islamiyah) atau sesama manusia (ukhuwah insaniyah) dapat terjalin demi mencapai Ridho Illahi di Bulan penuh keistimewaan.


Tema : Kita dan Ramadhan.
 
Last edited:
Bls: Polling Lomba Menulis Bebas.

Ulat dan Bunga Matahari

Pada suatu pagi, seekor ulat merayap di pohon bunga Matahari. Dia merasa saatnya sudah tiba. Bulu-bulunya harus segera rontok, badannya akan beku. Mungkin dia juga akan kehilangan teman. Mendekam, bersemedi di dalam kepompong. Ulat tidak takut. Cukup sudah hidup yang dijalaninya sebagai ulat. Sekarang saatnya menjadi aneh, asing, beda dan kembali ke dunia yang sama sebagai seekor kupu-kupu. Ulat memutuskan untuk bermeditasi, bersemedi, mengurung diri di batang pohon …

Dia bergeral dan berayun-ayun terus mencoba mengajak sang pohon untuk berbincang. Setidaknya perbincangan terakhirnya sebelum surut dan bermetamorfosa menjadi cantik. Menjadi dirinya sendiri dalam bentuk yang lebih baik, bukan lebih sempurna karena memang tidak ada yang sempurna di muka bumi ini, tapi lebih indah.

Pohon itu, karena sudah berdiri di tempat yang sama, dihinggapi berpuluh-puluh hewan, sama sekali tidak bergeming mendengar ajakan bicara sang Ulat.
“Apa yang membuatku harus merasa kalau kau adalah sesuatu? Apa yang kamu miliki?” Pohon itu sama sekali tidak bermaksud sombong. Dia hanya sedang tidak ingin membuang waktunya untuk seekor ulat kecil yang kehadirannya sudah dirasakan di pijakan pertama ulat itu. Pohon itu merasa sedang menikmati dunia, menikmati tempatnya berdiri sampai akhir hayat nanti.

“Aku bukan siapa-siapa. Aku hanya ulat kecil yang ingin memohon untuk dibiarkan menyendiri di tubuhmu. Menjadi temanmu sampai waktunya tiba.”
Pohon bunga Matahari menundukkan diri sesaat.
“Aku, karena panggilan dari alam, harus menjadi lebih baik. Harus menjadi lebih cantik.”

Tentu saja sebenarnya pohon itu tidak pernah merasa keberatan, ini memang bukan yang pertama kalinya seekor ulat meminjam tubuhnya untuk menjadi tempat semedi. Ini juga bukan yang pertama kalinya dia akan merasa dimanfaatkan lalu ditinggalkan. Mereka akan pergi begitu saja, ketika sudah menjadi kupu-kupu. Tapi ulat kali ini berbeda. Dia meminta ijinnya untuk berubah menjadi kupu-kupu. Adalah sebuah kehormatan baginya.

Pohon itu sudah tidak lama lagi usianya. Pohon bunga Matahari tidak akan bertahan sampai puluhan tahun. Bahkan tidak sampai setahun.
“Ulat kecil,” akhirnya sang pohon membuka suara, “Bagaimana jika aku menolak untuk membiarkanmu berkepompong di bawah daun-daunku?”
“Boleh aku tahu kenapa?”
“Bagaimana jika aku keberatan menyebutkan alasan? Aku adalah milih tubuhku dengan semua rahasia yang ada di dalamnya.” Pohon itu masih mencoba jual mahal. Dia tahu dia tidak punya pilihan. Ulat itu memang sudah terlalu renta untuk terus melata, kotor dan membuat orang yang memandangnya merasa jijik dan gatal.

“Aku memang tidak punya alasan yang indah untuk memilihmu. Ini semua seperti sudah ada yang mengatur. Kemampuanku bergerak terhenti padamu. Kamu tidak pernah menghampiriku, tapi aku yang datang padamu. Aku memohon untuk dibiarkan bersamamu. Mungkin aku memang akan pergi begitu saja ketika menjadi kupu, atau bisa saja batangmu yang ditebas orang ketika aku belum sempurna menjadi kupu. Tapi tidakkah kehadiranku yang sesaat ini memberimu arti?”

Pohon bunga Matahari merasa takjub dengan jawaban ulat itu. “Apa itu?”
“Di antara kediamanmu menunggu waktu, aku akan berdiam menemanimu. Juga menunggu waktuku.”
“Apa yang kau tahu tentang waktu?”
“Tidak lebih banyak darimu. Yang aku tahu, akan tiba saat aku menjadi kupu, hinggap di bungamu, bertelur, lalu sayapku mulai renta, rapuh, tidak sanggup lagi terbang, dan mati.”
Pohon bunga Matahari terdiam. Dia mencintai hewan-hewan yang pernah hinggap di tubuhnya, ulat yang menggerogoti daunnya, angin yang menghamburkan serbuk bunganya, matahari yang membuatnya pusing karena harus mengikuti arahnya, tapi dia belum pernah merasa sehidup ini, hanya karena seekor ulat yang akan hinggap di daunnya selama beberapa hari.
Ulat diam menunggu jawaban pohon.

Pohon diam menunggu pikirannya yang berkecamuk menjadi tenang.
Angin diam menunggu akhir cerita dua mahluk Tuhan ini.
Pohon bunga Matahari menundukkan tubuhnya, dipeluknya ulat kecil itu. Direngkuhnya dengan daun yang masih utuh dan lembut. Diselimutinya seluruh tubuh mahluk kecil itu dengan cinta.

Angin kembali bertiup.
Dunia berputar kembali dan tidak ada yang peduli.
Ulat kecil itu, merasa bahagia dan dia bergelayut mesra di daun itu. Dia rela kalau harus terus bertapa. Bahkan bayangan keindahan dirinya yang akan menjadi kupu-kupu tidak lagi menarik. Dia hanya ingin berada dekat pohon bunga Matahari. Menemani. Ditemani.


Tema : Bebas
 
Last edited:
Bls: Polling Lomba Menulis Bebas.

Yang mau memilih, jangan dipilih dari jawaban terbaik ya?
Barusan terjadi begitu. Jadi langsung saja pilih pollingnya. Kalo pake pilihan jawaban terbaik nanti keenakan saya karena semua postingan di sini saya yang buat. :))

Jawaban terbaik yang barusan dipilih tadi saya reset.

tengkiu :)


-dipi-
 
Bls: Polling Lomba Menulis Bebas.

Usul saran for non dipi :

biar member lain termotivasi, yang ikut poling di kasih repu aja....
pasti makin rame non pollingnya

 
Bls: Polling Lomba Menulis Bebas.

ak setuju usul den pale
Ak juga nyumbang repu tiap ada yg polling dgn syarat harus posting ya biar ketauan siapa aja yg ikut polling
 
Last edited:
Bls: Polling Lomba Menulis Bebas.

iya usul repu aja :D
tulisan2nya sebagai pembaca yang awam agak kurang menarik, wekekke
tapi misa vote untuk hak misa sebagai pemilih juga, misa pilih cerpennya aja KETIKA AZAN BERKUMANDANG, lumayanlah
k dapet repu ya ka ya?? :D
 
Bls: Polling Lomba Menulis Bebas.

Yang sudah memilih atau akan memilih, silahkan posting di sini.
Akan ada repu...:)


-dipi-
 
Bls: Polling Lomba Menulis Bebas.

salm knal. ulat dan bunga matahari bagus deh.
maw dung diajari. sp tw laen kale bisa ikutan.
 
Bls: Polling Lomba Menulis Bebas.

Polling ini masih dibuka loh. Yang ikutan polling dan memposting di sini akan dapat repu. :)


-dipi-
 
Bls: Polling Lomba Menulis Bebas.

DISAAT IMPIAN TERLINTAS DALAM PIKIRAN SAAT BULAN RAMADHAN
saya suka, karena ceritanya simpel dan menarik
 
Bls: Polling Lomba Menulis Bebas.

Tadi dapet saran dari temen untuk ikutan, dan aku memilih DISAAT IMPIAN TERLINTAS DALAM PIKIRAN SAAT BULAN RAMADHAN, alurnya aku suka, ceritanya seperti sedang menulis di buku diary ;) gampang mencerna dan aku ikut terbawa
 
Status
Not open for further replies.
Back
Top