Kalina
Moderator
MENJELANG Imlek 2561 pada 14 Februari men?*datang, sejumlah persiapan mulai dilakukan oleh yang akan merayakan. Di antaranya, mereka membersihkan rumah atau mengganti sebagian perabot sebagai tanda kesiapan menyambut tahun yang baru. Setelah itu, mereka menghiasnya dengan pernak-pernik berbau Imlek. Misalnya lampion atau hiasan berwarna merah maupun tulisan dalam bahasa mandarin.
"Biasanya, tulisan yang dipilih memiliki makna khusus," kata Jean Mowen, salah seorang tokoh Tionghoa yang tergabung dalam Perkumpulan Seni Kaligrafi Tiongkok. Contohnya sarung bantal. Bisa dipilih yang bertulisan fuk, artinya ke?*beruntungan. Namun, cara meletakkannya harus dibalik. "Bahasa mandarin terbalik adalah dao yang juga mirip dengan pelafalan kata yang bermakna datang. Kalau fuk dan dao itu disatukan, ini berarti harapan agar keberuntungan datang di rumah itu," jelas Jean.
Hiasan lain yang tidak boleh ketinggalan adalah syair yang dipasang di sebelah kanan dan kiri pintu. Syair yang dipilih bebas, asal membentuk satu keseimbangan. Misalnya bercerita tentang api dan air. Cinta dan kasih. Sebab, ini melambangkan keseimbangan dalam hidup. "Ada banyak pilihan, jadi bisa menyesuaikan dengan selera keluarga di rumah itu," terang pria 66 tahun tersebut.
Yang juga sering ditemukan menjelang Imlek adalah tanaman jeruk emas atau kimkit, biasanya ditaruh di ruang keluarga. Sebab, tanaman itu melambangkan keutuhan dan kesatuan sehingga diharapkan tercipta keharmonisan dalam rumah tangga. Selain itu, pelafalan jeruk dalam bahasa mandarin memiliki bunyi yang mirip dengan emas, maka bisa diartikan sebagai harapan dikaruniai rezeki berlimpah.
Selain menghias rumah dengan pernak-pernik, yang harus dipersiapkan adalah momen makan bersama keluarga di malam menjelang Imlek. Menurut Jean, acara tersebut lebih baik dilakukan di meja yang berbentuk bulat. "Tradisi itu namanya tuan yuan. Tuan artinya kumpul, yuan artinya bulat. Makanya, lebih baik mejanya bulat," terang bapak lima anak tersebut.
Biasanya, meja dipersiapkan untuk delapan orang. Delapan dalam bahasa mandarin disebut ba. Ini sama dengan pengucapan kata yang berarti berkembang atau mekar. "Diharapkan, rezeki keluarga bisa bertambah," tutur pria yang juga aktif di Perkumpulan Seni Foto Surabaya tersebut. Kalau memang tidak mencukupi, bisa juga satu meja diisi sepuluh orang. Atau dipisah menjadi beberapa meja.
Soal penataannya, tidak ada sendok atau garpu dari logam. Menurut Jean, yang lebih banyak dipakai adalah mangkuk kecil yang ditaruh di atas piring kecil. Kemudian sendok dari keramik. "Biasanya disebut sendok bebek," ucapnya. Jangan lupa sumpit plus tatakan. Untuk warna, yang lebih sering dipakai putih. Tapi, tidak tertutup kemungkinan, digunakan merah atau warna dominan lain, tapi masih ada aksen merah.
Jean menegaskan, penataan tersebut merupakan gaya lama. Sebagian keluarga masih mem?*per?*ta?*hankannya. Sebagian lagi sudah mengombinasikan dengan gaya lebih modern. Misalnya cutlery atau peralatan makan, seperti sendok atau garpu, dari logam. "Tapi, aslinya begitu. Semua makanan disajikan pakai mangkuk dan sendok bebek. Tapi, kalau ada yang gaya modern ya tidak apa-apa," jelasnya.