jmw01
New member
TEL AVIV – Israel mengizinkan timnya yang bertugas melatih kru penerbang Turki untuk menerbangkan pesawat tanpa awak Predator kembali ke Turki dan melanjutkan program pelatihan.
Tapi, para pejabat Israel masih berdiskusi dengan Turki mengenai boleh tidaknya tim lain kembali melatih prajurit Turki untuk menerbangkan pesawat tanpa awak Heron buatan Israel.
Krisis diplomatik antara Israel dan Turki meningkat menyusul pembantaian yang dilakukan pasukan Israel di atas kapal bantuan kemanusiaan pada 31 Mei lalu, berujung pada pemanggilan para personelnya yang melatih militer Turki untuk menerbangkan pesawat tanpa awak Heron dan Predator, kata kantor berita Cihan.
Akibatnya, militer Turki memutuskan menggunakan pesawat buatan Turki sendiri.
Meski sejumlah sumber militer menyatakan bahwatim pelatih Predator asal Israel telah kembali ke Turki, sumber yang sama menyatakan bahwa Israel telah menghentikan pengiriman pelatih Heron ke Turki karena alasan keamanan.
Kubu Israel meminta personel yang mereka kirimkan mendapat pengamanan khusus setiap akhir minggu, bahkan ketika berada dalam barak militer, namun Turki menampik permintaan tersebut. Para pejabat Israel dan Turki tengah membahas isu tersebut.
Maret lalu, diberitakan bahwa enam pesawat tanpa awak pertama yang dipesan Ankara dari Israel dikirimkan ke Turki setelah penundaan pengiriman selama lebih dari dua tahun.
Empat puluh lima pilot dari Angkatan Udara Turki menerima pelatihan menerbangkan pesawat tanpa awak untuk memenuhi persyaratan menerbangkan drone Heron. Para teknisi Turki juga memperlajari cara merawat pesawat Heron.
Wakil Menteri Industri dan Perdagangan (SSM) Murad Bayar sebelumnya mengatakan kepada media bahwa pesawat Heron Israael yang dipesan Turki telah melewati tes awal penerimaan yang telah memenuhi semua persyaratan Turki.
Datangnya pesawat Heron ke Turki kala itu terjadi di tengah ketegangan yang meliputi Turki dan Israel, saat Deputi Menteri Luar Negeri Danny Ayalon mempermalukan duta besar Turki untuk Israel Oguz Cellikol dan memerintahkannya duduk di kursi yang lebih rendah dan tidak memperlihatkan bendera Turki dengan sengaja.
Atas penundaan tersebut, Israel kabarnya harus membayar sekitar $12 juta. Sebagai ganti kompensasi tersebut, Turki akan menerima suku cadang Heron, kata Bayar.
Israel juga akan menyediakan pelatihan menerbangkan Heron untuk menutupi kompensasi keuangan tersebut, seperti dikabarkan kantor berita Today’s Zaman. Sebelumnya, Bayar menyatakan setelah pesawat Israel dikirimkan, Turki akan memiliki armada Heron yang paling canggih di dunia.
Turki membayar kontrak pembelian 10 drone Heron kepada dua perusahaan Israel, Elbit Systems dan Israel Aerospace Industries (IAI) pada 2005. Kesepakatan tersebut kabarnya bernilai sekitar $190 juta.
Akhir Juni lalu, sejumlah sumber mengatakan perekonomian Israel terguncang akibat penutupan pasar Turki untuk Israel setelah peristiwa pembantaian armada bantuan kemanusiaan menuju Gaza beberapa waktu lalu.
Menurut sejumlah pakar, Kementerian Keuangan Israel kehilangan nyaris setengah miliar dolar AS karena ditutupnya pasar Turki untuk Israel.
Pembantaian yang dilakukan pasukan Marinir Israel di atas kapal Turki memicu kecaman internasional dan mengakibatkan hubungan dengan Turki mencapai titik terendah, terlihat dari pemasaran produk dan perlengkapan militer Israel di kawasan tersebut.
Pada 18 Juni lalu, Turki dilaporkan telah membekukan setidaknya 16 kesepakatan jual beli senjata dengan Israel, yang nilainya diperkirakan mencapai $56 miliar, termasuk proyek peluru kendali dan perbaikan pesawat tempur serta tank.
Surat kabar Turki Today’s Zaman melaporkan bahwa kontrak tersebut ditangguhkan setelah pemerintah Israel menolak meminta maaf atas pembantaian sembilan aktivis Turki pada 31 Mei lalu, saat pasukan komando Marinir Israel menyerbu kapal Mavi Marmara, kapal bantuan kemanusiaan berbendera Turki yang berusaha menembus blokade Jalur Gaza. (dn/wb/tz/sm)
Sumber: suaramedia
Tapi, para pejabat Israel masih berdiskusi dengan Turki mengenai boleh tidaknya tim lain kembali melatih prajurit Turki untuk menerbangkan pesawat tanpa awak Heron buatan Israel.
![pelatih_drone_heron.jpg](http://www.suaramedia.com/images/stories/3berita/1_7_middle/pelatih_drone_heron.jpg)
Krisis diplomatik antara Israel dan Turki meningkat menyusul pembantaian yang dilakukan pasukan Israel di atas kapal bantuan kemanusiaan pada 31 Mei lalu, berujung pada pemanggilan para personelnya yang melatih militer Turki untuk menerbangkan pesawat tanpa awak Heron dan Predator, kata kantor berita Cihan.
Akibatnya, militer Turki memutuskan menggunakan pesawat buatan Turki sendiri.
Meski sejumlah sumber militer menyatakan bahwatim pelatih Predator asal Israel telah kembali ke Turki, sumber yang sama menyatakan bahwa Israel telah menghentikan pengiriman pelatih Heron ke Turki karena alasan keamanan.
Kubu Israel meminta personel yang mereka kirimkan mendapat pengamanan khusus setiap akhir minggu, bahkan ketika berada dalam barak militer, namun Turki menampik permintaan tersebut. Para pejabat Israel dan Turki tengah membahas isu tersebut.
Maret lalu, diberitakan bahwa enam pesawat tanpa awak pertama yang dipesan Ankara dari Israel dikirimkan ke Turki setelah penundaan pengiriman selama lebih dari dua tahun.
Empat puluh lima pilot dari Angkatan Udara Turki menerima pelatihan menerbangkan pesawat tanpa awak untuk memenuhi persyaratan menerbangkan drone Heron. Para teknisi Turki juga memperlajari cara merawat pesawat Heron.
Wakil Menteri Industri dan Perdagangan (SSM) Murad Bayar sebelumnya mengatakan kepada media bahwa pesawat Heron Israael yang dipesan Turki telah melewati tes awal penerimaan yang telah memenuhi semua persyaratan Turki.
Datangnya pesawat Heron ke Turki kala itu terjadi di tengah ketegangan yang meliputi Turki dan Israel, saat Deputi Menteri Luar Negeri Danny Ayalon mempermalukan duta besar Turki untuk Israel Oguz Cellikol dan memerintahkannya duduk di kursi yang lebih rendah dan tidak memperlihatkan bendera Turki dengan sengaja.
Atas penundaan tersebut, Israel kabarnya harus membayar sekitar $12 juta. Sebagai ganti kompensasi tersebut, Turki akan menerima suku cadang Heron, kata Bayar.
Israel juga akan menyediakan pelatihan menerbangkan Heron untuk menutupi kompensasi keuangan tersebut, seperti dikabarkan kantor berita Today’s Zaman. Sebelumnya, Bayar menyatakan setelah pesawat Israel dikirimkan, Turki akan memiliki armada Heron yang paling canggih di dunia.
Turki membayar kontrak pembelian 10 drone Heron kepada dua perusahaan Israel, Elbit Systems dan Israel Aerospace Industries (IAI) pada 2005. Kesepakatan tersebut kabarnya bernilai sekitar $190 juta.
Akhir Juni lalu, sejumlah sumber mengatakan perekonomian Israel terguncang akibat penutupan pasar Turki untuk Israel setelah peristiwa pembantaian armada bantuan kemanusiaan menuju Gaza beberapa waktu lalu.
Menurut sejumlah pakar, Kementerian Keuangan Israel kehilangan nyaris setengah miliar dolar AS karena ditutupnya pasar Turki untuk Israel.
Pembantaian yang dilakukan pasukan Marinir Israel di atas kapal Turki memicu kecaman internasional dan mengakibatkan hubungan dengan Turki mencapai titik terendah, terlihat dari pemasaran produk dan perlengkapan militer Israel di kawasan tersebut.
Pada 18 Juni lalu, Turki dilaporkan telah membekukan setidaknya 16 kesepakatan jual beli senjata dengan Israel, yang nilainya diperkirakan mencapai $56 miliar, termasuk proyek peluru kendali dan perbaikan pesawat tempur serta tank.
Surat kabar Turki Today’s Zaman melaporkan bahwa kontrak tersebut ditangguhkan setelah pemerintah Israel menolak meminta maaf atas pembantaian sembilan aktivis Turki pada 31 Mei lalu, saat pasukan komando Marinir Israel menyerbu kapal Mavi Marmara, kapal bantuan kemanusiaan berbendera Turki yang berusaha menembus blokade Jalur Gaza. (dn/wb/tz/sm)
Sumber: suaramedia