Megha
New member
Banyak dari perempuan yang sudah menikah ingin sekali memiliki anak sebagai pelengkap peranannya sebagai seorang wanita, tapi kalau ternyata mengidap penyakit astma apa harus nunda kehamilan ya? apa nanti akan bahaya ya?” Daripada bingung, simak penuturan dr. Sofani Munzila, SpOG, yang berpraktik di RS mitra Keluarga Depok.
Waspadai 24-36 minggu Kehamilan Meski Bumil (ibu hamil) menderita asma..
Gak usah sedih Kabar gembiranya, sebagian besar Bumil asma justru membaik kondisinya, loh! “Berkisar sepertiga Bumil dengan asma membaik sementara selama hamil, lalu berkisar sepertiganya memburuk, dan sepertiga lainnya tetap dalam kondisi asma yang sama,” papar dr. Sofani sembari mengingatkan agar ibu yang memiliki asma, sebaiknya sebelum hamil memeriksakan diri, apakah mempunyai sedikit atau tidak ada gejala asma selama kehamilan. “Hati-hati pada minggu ke 26-36 usia kehamilan, pada saat itu serangan asma lebih sering timbul,” tambahnya mengingatkan.
Rajin Kontrol Kehamilan Bila penderita asma hamil, rajinlah memeriksa kehamilan. Pasalnya, terang dr. Sofani, asma yang kurang terkontrol selama kehamilan akan berdampak pada ibu dan janin. inisalnya, bayi cenderung lahir prematur atau lahir dengan berat badan rendah (BBLR) sehingga wajib mendapat perawatau dari RS.
Asma yang kurang terkendali bisa menyebabkan ibu berisiko mengalami preekiamsia atau hipertensi. Semakin parah asma yang diderita, semakin besar pula risiko terhadap janin. Dalam kasus yang jarang terjadi, janin bahkan bisa meninggal akibat kekurangan oksigen.
Oleh karena itu, agar ibu dan jabang bayi sehat-sehat saja, jangan sepelekan asma dan pahami cara ‘mengendalikannya’!
Hindari Faktor Pencetus Alergi Biasanya, penderita asma memiliki
riwayat alergi. Jadi, kalau Bumil menderita asma, hindari faktor-faktor pencetus serangan asma. misalnya, tungau debu rumah, binatang, kecoa (berada dalam ruangan); tepung sari bunga, jamur (berada di luar ruangan); makanan tertentu, penyedap, pewarna makanan; obat-obatam tertentu; bau-bauan merangsang, parfum (iritan); emosi berlebihan; asap rokok; polusi udara atau perubahan cuaca. Pada wanita hamil, seringkali pencetus serangan asma adalah akibat infeksi saluran napas (flu, bronchitis atau sinusitis) dan refluks gastrointestinal (GERD).
Kiasifikasi Asma
“Kalau serangan asma kambuhnya kadang-kadang disebut asma intermitten sedangkan yang intensitas kambuhnya sering terjadi, bisa dikatakan asma persisten,” terang dr. Sofani.
ia mencontohkan, bila bumil terkena asma intermitten, serangan asma bisa terjadi dalam waktu 2 minggu hingga satu bulan sekali. Berbeda dengan astma parsisten dimana lebih sering kambuh. "Ada atau tidak adanya pencetus, asma akan kambuh. Dan kalau asma-nya tingkat berat, saat Bumil bicara napasnya berat dan berbunyi,” singgungnya.
Perlukah Obat?
Lantas, bagaimana cara Bumil atasi asma? ini bergantung pada Idasifikasi asma. “Saat terserang asma intermitten, Bumil perlu atur napas dan menggunakan obat hanya pada serangan yang berat,” saran dr. Sofani.
Namun, jika Bumil mengalami asma persisten - apalagi kategori berat — diperlukan obat guna melebarkan otot pernapasan (bronchodilator) jangka panjang.
Berikut beberapa jenis obat asma:
* Long acting beta agonist inhalers. Obat-obatau ini sering digunakan dalam kombinasi steroid hirup untuk gejala parah atau malam hari, inisalnya salmeterol (Serevent) dan formoterol (Foradil). Karena daya kerjanya sedikit lambat, obat ini tidak direkomendasikan untuk tindakan penyelamatan darurat.
* Obat yang berfungsi mengurangi proses inflamasi, yaitu golongan kortikosteroid (bisa membantu mengurangi serangan asma parah). Obat ini tergolong aman untuk ibu hamil, namun memiliki beberapa efek samping. Contohnya, budesonide (Pulinicort).
* Short-acting beta-agonist inhalers. Obat hirup yang fungsinya melebarkan saluran napas, menghilangkan sesak atau mengi. Relatif paling aman digunakan pada masa kehamilan karena hanya jumlah kecil yang diserap ke dalam aliran darah. Sehingga sedikit sekali kemungkinannya menyebabkan efek negatif bagi bayi. Contohnya albuterol (Proventil, Ventolin).
* Oral kortikosteroid (pil). Hanya digunakan dalam jangka pendek sampai obat lain mulai bekerja dan asma terkendali. Penggunaannya dalam kehamilan masih kontroversial. Pemakaian obat ini pada trimester pertama dikatakan bisa menimbulkan risiko bibir sumbing atau langit-langit mulut. Contoh obatnya, prednisone (Deltasone) dan methyiprednisolone (Medrol).
Nah, bila Bumil dalam perawatan, sebaiknya tidak menghentikan pengobatan tapi tetap konsultasi kepada dokter. Jangan khawatir, Bumil asma bisa kok melahirkan bayi yang sehat, asal ditangani dengan benar!
MK*
Last edited: