(Makalah SII 2005, Musholla Teknik UGM)
Penulis: Ustadz Arifin Ridin
Begitulah bab yang ditulis oleh imam besar ahli hadits yang terkenal dengan sebutan Imam Bukhori dalam salah satu bab dari Kitab Al ?Ilmi. Beliau yang bernama Muhammad bin Ismail, karena kedudukan dan kehebatan ilmunya sehingga nama daerah asal beliau pun menjadi terkenal. Bahkan para ulama yang sezaman dengan beliau pun mengakui dan mengagungkan kemampuannya dalam ilmu hadits, sampai beliau dijuluki ?Amirul Mu?miniin fil Hadist? itu adalah sebuah julukan yang agung yang disandang oleh beliau, terutama setelah para ulama mengetes langsung kemampuan dan kehebatan beliau dalam ilmu hadits dan hafalannya.
Dari bab yang beliau tulis kemudian mengambil dalil firman Alloh yang Maha Mulia,
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
?Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Illah (sesembahan, Tuhan) yang berhak disembah selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.? (QS. Muhammad: 19)
Dan dari ayat Al Quran ini, salah seorang ulama ahli hadits menjadikan dalil tentang keutamaan ilmu. Beliau bernama Sufyan bin Uyainah (Sufyan bin Uyainah bin Maimun, Abu Muhammad Al-Hilaly, seorang ulama ahli hadits yang lahir pada tahun 108 H, meninggal tahun 198 H).
Dan dari bab yang ditulis oleh Imam Bukhori, terkandung makna yang luhur dan mulia makna yang tersirat dalam bab yang ditulis oleh beliau adalah wajibnya melandasi perkataan dan perbuatan kita dengan ilmu. Oleh karena itu belajar ilmu yang wajib lebih diutamakan daripada perkataan dan perbuatan. Syaikh Abdurrohman bin Muhammad bin Qosim berkata, ?Sesungguhnya belajar ilmu yang wajib lebih diutamakan daripada perkataan dan perbuatan, karena perkataan dan perbuatan seseorang tidak dibenarkan kecuali berdasarkan ilmu, dalam sebuah hadits: Barangsiapa berbuat (melakukan suatu perbuatan) yang tidak ada ajarannya dari kami maka (perbuatan) itu tertolak/ tidak diterima oleh Alloh.? (Hadits riwayat Imam Bukhori no. 2697 dan Imam Muslim no.1718)
Dan dikatakan dalam sebuah syair,
Dan siapa saja yang berbuat tanpa didasari ilmu,
maka perbuatannya tertolak, tidak diterima.
Alloh memerintahkan kepada Nabi-Nya dengan dua hal: yang pertama ilmu kemudian yang kedua berbuat. Perintah pertama adalah ilmu baru kemudian diikuti dengan perbuatan, ini menunjukkan bahwa kedudukan ilmu lebih utama daripada kedudukan perbuatan dan ilmu adalah suatu syarat untuk perkataan dan perbuatan. (Hasyiyat Ibnu Qosim atas kitab Ushulu Tsalatsah, hal: 18 dan 19).
Syaikhul Islam filhadist Al-Hafidz Ibnu Hajar Al Asqolani dalam menjelaskan bab yang ditulis oleh Imam Bukhori, menukil perkataan yang indah dari seorang ulama, beliau berkata, Ibnul Munir mengatakan, ?Yang diinginkan (dimaksud) olehnya (Imam Bukhori) adalah bahwa ilmu merupakan syarat sahnya suatu perkataan dan perbuatan, maka tidak dibenarkan keduanya (perkataan dan perbuatan) kecuali dengan ilmu, maka ilmu lebih diutamakan daripada perkataan dan perbuatan karena ilmulah sebagai pembetul niat yang bisa membetulkan amal perbuatan.? (Fathul Baari Syarah Shohih Bukhori jilid 1 hal: 234, Bab ilmu sebelum perkataan dan perbuatan. Cetakan Darul Mishriyah).
Maka dari penjelasan para ulama-ulama salaf, jelaslah bahwa ilmu merupakan modal utama yang harus dimiliki oleh seseorang sebelum ia berkata dan berbuat. Ilmu adalah syarat sahnya perkataan dan perbuatan seseorang, oleh karena itu landasan ilmu juga merupakan salah satu unsur utama dalam berdakwah.
Alloh berfirman,
قُلْ هَـذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ
?Katakanlah hai Muhammad inilah jalanKu, yaitu menyeru kepada Alloh atas dasar ilmu?? (QS. Yusuf: 108)
Karena pentingnya ilmu itulah Alloh memberi kedudukan yang tinggi dan mulia pada orang-orang yang berilmu dalam banyak ayat-ayat Al Quran. Bahkan Rosululloh shollallohu ?alaihi wa sallam menyebutkan beberapa kelebihan dan kemuliaan orang yang berilmu dalam banyak hadits. Di antara ayat-ayat Al Quran dan hadits Rosululloh shollallohu ?alaihi wa sallam yang menunjukkan keutamaan dan kelebihan ilmu adalah:
Pertama:
Firman Alloh subhanahu wa ta?ala,
شَهِدَ اللّهُ أَنَّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ وَالْمَلاَئِكَةُ وَأُوْلُواْ الْعِلْمِ قَآئِمَاً بِالْقِسْطِ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
?Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.? (QS. Surat Ali Imron: 18)
Kedua:
Firman Alloh ?azza wa jalla,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
?Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: ?Berlapang-lapanglah dalam majelis,? Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: ?Berdirilah kamu,? Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.? (QS. Al Mujaadalah: 11)
Ketiga:
Rosululloh shollallohu ?alaihi wa sallam bersabda, ?Barang siapa yang menempuh suatu jalan karena menuntut ilmu, maka Alloh akan memudahkan kepadanya jalan menuju surga karenanya. Dan sesungguhnya para malaikat akan membentangkan sayap-sayap mereka bagi orang yang belajar ilmu karena (malaikat) ridho dengan perbuatan itu, dan sesungguhnya orang yang berilmu akan diminta ampun dosanya oleh para penghuni langit dan bumi sehingga ikan-ikan yang ada di lubang air, dan sesungguhnya menjadi keutamaan orang yang beri,mu atas orang-orang yang beribadah saja (tanpa ilmu) adalah seperti keutamaan bulan purnama atas bintang-bintang, sesungguhnya para ulama (orang-orang yang berilmu) adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham, melainkan hanya memberikan warisan ilmu, maka siapa yang mengambil warisan Ilmu adalah telah mendapat bagian yang banyak.? (Hadits shohih diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Hibban, lihat Shohih Jami? no. 6293 jilid2, hal 1079 milik Syaikh Al-Albani)
Dan berbicara masalah keutamaan ilmu berarti berbicara juga keutamaan orang yang berilmu. Diantara perkataan ulama tentang keutamaan ilmu. Mu?adz bin Jabal rodhiallohu ?anhu berkata, ?Belajarlah ilmu karena sesungguhnya mempelajari ilmu merupakan khosyah, menuntutnya adalah ibadah, mengulang-ulanginya adalah tasbih, mencarinya adalah jihad dan memberitahukan kepada orang yang tidak mengetahui adalah sedekah.? (Mauquf atas Mu?adz bin Jabal sebagaimana diterangkan oleh para ulama riwayat Imam Khotib Al-Baghoddi dalam Al-Faqiih wal Mutafaqqih, Abu Nu?man dalam kitab Hilyatul Duliyah, dan Ibnu Abdillah dalam Jami?).
Ali bin Abi Tholib rodhiallohu ?anhu berkata, ?Ilmu itu lebih baik daripada harta, sebab ilmu itu selalu menjagamu dan sedangkan engkau selalu yang menjaga harta.? (Faqih wal Mutafaqqih 1/50, Ittiba? milik Ibnu Abdil ?Izz hal 86 Bidayah wan Nihayah 9/47 dan I?tishom 2/358).
Imam Syafi?I berkata, ?Menuntut ilmu lebih utama daripada sholat yang sunnah.? Imam Sufyan Ats-Tsauri berkata, ?Tidak ada suatu amal perbuatan yang lebih utama daripada menuntut ilmu kalau ia niatnya benar.? (Miftah Daaris Saa?dah I/212).
Imam ahmad berkata, ?Manusia lebih membutuhkan kepada ilmu daripada makan dan minum.? (Al ?Ilmu, Fadhluhu wa Syarofuhu oleh Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid, hal: 136).
Inilah beberapa untaian para ulama yang mereka memiliki andil dalam hal ilmu. Ini semua mengisyaratkan bahwa ilmu mempunyai keutamaan dan keistimewaan yang seharusnya diutamakan daripada perbuatan dan perkataan
Penulis: Ustadz Arifin Ridin
Begitulah bab yang ditulis oleh imam besar ahli hadits yang terkenal dengan sebutan Imam Bukhori dalam salah satu bab dari Kitab Al ?Ilmi. Beliau yang bernama Muhammad bin Ismail, karena kedudukan dan kehebatan ilmunya sehingga nama daerah asal beliau pun menjadi terkenal. Bahkan para ulama yang sezaman dengan beliau pun mengakui dan mengagungkan kemampuannya dalam ilmu hadits, sampai beliau dijuluki ?Amirul Mu?miniin fil Hadist? itu adalah sebuah julukan yang agung yang disandang oleh beliau, terutama setelah para ulama mengetes langsung kemampuan dan kehebatan beliau dalam ilmu hadits dan hafalannya.
Dari bab yang beliau tulis kemudian mengambil dalil firman Alloh yang Maha Mulia,
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
?Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Illah (sesembahan, Tuhan) yang berhak disembah selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.? (QS. Muhammad: 19)
Dan dari ayat Al Quran ini, salah seorang ulama ahli hadits menjadikan dalil tentang keutamaan ilmu. Beliau bernama Sufyan bin Uyainah (Sufyan bin Uyainah bin Maimun, Abu Muhammad Al-Hilaly, seorang ulama ahli hadits yang lahir pada tahun 108 H, meninggal tahun 198 H).
Dan dari bab yang ditulis oleh Imam Bukhori, terkandung makna yang luhur dan mulia makna yang tersirat dalam bab yang ditulis oleh beliau adalah wajibnya melandasi perkataan dan perbuatan kita dengan ilmu. Oleh karena itu belajar ilmu yang wajib lebih diutamakan daripada perkataan dan perbuatan. Syaikh Abdurrohman bin Muhammad bin Qosim berkata, ?Sesungguhnya belajar ilmu yang wajib lebih diutamakan daripada perkataan dan perbuatan, karena perkataan dan perbuatan seseorang tidak dibenarkan kecuali berdasarkan ilmu, dalam sebuah hadits: Barangsiapa berbuat (melakukan suatu perbuatan) yang tidak ada ajarannya dari kami maka (perbuatan) itu tertolak/ tidak diterima oleh Alloh.? (Hadits riwayat Imam Bukhori no. 2697 dan Imam Muslim no.1718)
Dan dikatakan dalam sebuah syair,
Dan siapa saja yang berbuat tanpa didasari ilmu,
maka perbuatannya tertolak, tidak diterima.
Alloh memerintahkan kepada Nabi-Nya dengan dua hal: yang pertama ilmu kemudian yang kedua berbuat. Perintah pertama adalah ilmu baru kemudian diikuti dengan perbuatan, ini menunjukkan bahwa kedudukan ilmu lebih utama daripada kedudukan perbuatan dan ilmu adalah suatu syarat untuk perkataan dan perbuatan. (Hasyiyat Ibnu Qosim atas kitab Ushulu Tsalatsah, hal: 18 dan 19).
Syaikhul Islam filhadist Al-Hafidz Ibnu Hajar Al Asqolani dalam menjelaskan bab yang ditulis oleh Imam Bukhori, menukil perkataan yang indah dari seorang ulama, beliau berkata, Ibnul Munir mengatakan, ?Yang diinginkan (dimaksud) olehnya (Imam Bukhori) adalah bahwa ilmu merupakan syarat sahnya suatu perkataan dan perbuatan, maka tidak dibenarkan keduanya (perkataan dan perbuatan) kecuali dengan ilmu, maka ilmu lebih diutamakan daripada perkataan dan perbuatan karena ilmulah sebagai pembetul niat yang bisa membetulkan amal perbuatan.? (Fathul Baari Syarah Shohih Bukhori jilid 1 hal: 234, Bab ilmu sebelum perkataan dan perbuatan. Cetakan Darul Mishriyah).
Maka dari penjelasan para ulama-ulama salaf, jelaslah bahwa ilmu merupakan modal utama yang harus dimiliki oleh seseorang sebelum ia berkata dan berbuat. Ilmu adalah syarat sahnya perkataan dan perbuatan seseorang, oleh karena itu landasan ilmu juga merupakan salah satu unsur utama dalam berdakwah.
Alloh berfirman,
قُلْ هَـذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ
?Katakanlah hai Muhammad inilah jalanKu, yaitu menyeru kepada Alloh atas dasar ilmu?? (QS. Yusuf: 108)
Karena pentingnya ilmu itulah Alloh memberi kedudukan yang tinggi dan mulia pada orang-orang yang berilmu dalam banyak ayat-ayat Al Quran. Bahkan Rosululloh shollallohu ?alaihi wa sallam menyebutkan beberapa kelebihan dan kemuliaan orang yang berilmu dalam banyak hadits. Di antara ayat-ayat Al Quran dan hadits Rosululloh shollallohu ?alaihi wa sallam yang menunjukkan keutamaan dan kelebihan ilmu adalah:
Pertama:
Firman Alloh subhanahu wa ta?ala,
شَهِدَ اللّهُ أَنَّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ وَالْمَلاَئِكَةُ وَأُوْلُواْ الْعِلْمِ قَآئِمَاً بِالْقِسْطِ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
?Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.? (QS. Surat Ali Imron: 18)
Kedua:
Firman Alloh ?azza wa jalla,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
?Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: ?Berlapang-lapanglah dalam majelis,? Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: ?Berdirilah kamu,? Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.? (QS. Al Mujaadalah: 11)
Ketiga:
Rosululloh shollallohu ?alaihi wa sallam bersabda, ?Barang siapa yang menempuh suatu jalan karena menuntut ilmu, maka Alloh akan memudahkan kepadanya jalan menuju surga karenanya. Dan sesungguhnya para malaikat akan membentangkan sayap-sayap mereka bagi orang yang belajar ilmu karena (malaikat) ridho dengan perbuatan itu, dan sesungguhnya orang yang berilmu akan diminta ampun dosanya oleh para penghuni langit dan bumi sehingga ikan-ikan yang ada di lubang air, dan sesungguhnya menjadi keutamaan orang yang beri,mu atas orang-orang yang beribadah saja (tanpa ilmu) adalah seperti keutamaan bulan purnama atas bintang-bintang, sesungguhnya para ulama (orang-orang yang berilmu) adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham, melainkan hanya memberikan warisan ilmu, maka siapa yang mengambil warisan Ilmu adalah telah mendapat bagian yang banyak.? (Hadits shohih diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Hibban, lihat Shohih Jami? no. 6293 jilid2, hal 1079 milik Syaikh Al-Albani)
Dan berbicara masalah keutamaan ilmu berarti berbicara juga keutamaan orang yang berilmu. Diantara perkataan ulama tentang keutamaan ilmu. Mu?adz bin Jabal rodhiallohu ?anhu berkata, ?Belajarlah ilmu karena sesungguhnya mempelajari ilmu merupakan khosyah, menuntutnya adalah ibadah, mengulang-ulanginya adalah tasbih, mencarinya adalah jihad dan memberitahukan kepada orang yang tidak mengetahui adalah sedekah.? (Mauquf atas Mu?adz bin Jabal sebagaimana diterangkan oleh para ulama riwayat Imam Khotib Al-Baghoddi dalam Al-Faqiih wal Mutafaqqih, Abu Nu?man dalam kitab Hilyatul Duliyah, dan Ibnu Abdillah dalam Jami?).
Ali bin Abi Tholib rodhiallohu ?anhu berkata, ?Ilmu itu lebih baik daripada harta, sebab ilmu itu selalu menjagamu dan sedangkan engkau selalu yang menjaga harta.? (Faqih wal Mutafaqqih 1/50, Ittiba? milik Ibnu Abdil ?Izz hal 86 Bidayah wan Nihayah 9/47 dan I?tishom 2/358).
Imam Syafi?I berkata, ?Menuntut ilmu lebih utama daripada sholat yang sunnah.? Imam Sufyan Ats-Tsauri berkata, ?Tidak ada suatu amal perbuatan yang lebih utama daripada menuntut ilmu kalau ia niatnya benar.? (Miftah Daaris Saa?dah I/212).
Imam ahmad berkata, ?Manusia lebih membutuhkan kepada ilmu daripada makan dan minum.? (Al ?Ilmu, Fadhluhu wa Syarofuhu oleh Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid, hal: 136).
Inilah beberapa untaian para ulama yang mereka memiliki andil dalam hal ilmu. Ini semua mengisyaratkan bahwa ilmu mempunyai keutamaan dan keistimewaan yang seharusnya diutamakan daripada perbuatan dan perkataan