Kalina
Moderator
JAKARTA - Banjir di Jakarta ternyata belum benar-benar hilang. Kemarin sejumlah wilayah di Jakarta Selatan masih terendam dengan ketinggian air sampai setengah meter. Beberapa kawasan yang kembali dilanda banjir adalah Mampang, Kebayoran Lama, Kebayoran Baru, dan Cilandak.
Sabtu malam sejumlah kelenteng yang merupakan tempat ibadah pemeluk Tri Dharma (Buddha, Kong Hu Cu dan Tao) dipadati oleh umat yang merayakan pergantian tahun baru kalender bulan. Salah satu tempat ibadah tertua di Jakarta, Klenteng Dharma Bhakti yang berada di kawasan Glodok diramaikan oleh masyarakat Tionghoa dari Jakarta, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Taiwan.
Hujan deras pada hari Jumat (16/2) dan Sabtu (17/2) masih menyisakan genangan air hingga kemarin. Termasuk di Jalan P Tendean, Jakarta Selatan, di ujung jalan layang dekat Gedung Bank Mega. Pengendara mobil dan motor dari Jalan Gatot Subroto yang masuk ke Jalan P Tendean, terpaksa memperlambat kendaraan.
"Kalau besok hujan, bisa tenggelam lagi nih. Padahal, saya dengar hujan akan sampai April," kata Fariz, warga daerah Kebayoran Lama, yang sebagian wilayah perkampungannya terendam.
Meski ketinggian air di Kebayoran Lama hanya sekitar 30 sentimeter, banyak warga yang mengungsi. "Daripada airnya makin tinggi, kita malah repot mengungsinya," katanya.
Wilayah Jalan Tendean juga tampak tergenang. Namun, arus lalu lintas lancar. Kendaraan roda dua dan empat lalu lalang melintasi genangan air.
Di tempat terpisah, banjir yang menerjang Klenteng Vihara Bumi (hok Tjeng Sin) membuat lilin-lilin raksasa berwarna merah setinggi orang dewasa berbobot sekitar 15-20 kg batal dinyalakan. Padahal, lilin itu seharusnya menyala bersamaan dengan pembakaran dupa sebagai bentuk perwujudan rasa syukur masyarakat Tionghoa memasuki tahun babi emas. Bahkan, tingginya genangan membuat lilin itu terpaksa diungsikan ke tempat lebih kering.
Meski sempat terendam banjir, semangat gong xi fa cai tetap terlihat di klenteng yang dibangun sejak 80 tahun lalu dan mengalami pemugaran lagi pada 1984 itu. Klenteng yang memiliki sekitar 1.000 jemaat dari wilayah Jabodetabek ini ternyata tetap semarak menyambut Imlek tahun ini.
Sebenarnya untuk mengatasi banjir yang terjadi hampir setiap tahun, pihak klenteng telah menyiapakan 1 unit alat pemompa air yang akan mengembalikan banjir ke sungai. Namun, karena besarnya banjir, pompa itu tak banyak berfungsi. "Banjir tahun ini memang lebih besar," kata Hyu Ing, pengurus klenteng.(yun/anz/jpnn)
|| Jawa Pos Online ||
Sabtu malam sejumlah kelenteng yang merupakan tempat ibadah pemeluk Tri Dharma (Buddha, Kong Hu Cu dan Tao) dipadati oleh umat yang merayakan pergantian tahun baru kalender bulan. Salah satu tempat ibadah tertua di Jakarta, Klenteng Dharma Bhakti yang berada di kawasan Glodok diramaikan oleh masyarakat Tionghoa dari Jakarta, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Taiwan.
Hujan deras pada hari Jumat (16/2) dan Sabtu (17/2) masih menyisakan genangan air hingga kemarin. Termasuk di Jalan P Tendean, Jakarta Selatan, di ujung jalan layang dekat Gedung Bank Mega. Pengendara mobil dan motor dari Jalan Gatot Subroto yang masuk ke Jalan P Tendean, terpaksa memperlambat kendaraan.
"Kalau besok hujan, bisa tenggelam lagi nih. Padahal, saya dengar hujan akan sampai April," kata Fariz, warga daerah Kebayoran Lama, yang sebagian wilayah perkampungannya terendam.
Meski ketinggian air di Kebayoran Lama hanya sekitar 30 sentimeter, banyak warga yang mengungsi. "Daripada airnya makin tinggi, kita malah repot mengungsinya," katanya.
Wilayah Jalan Tendean juga tampak tergenang. Namun, arus lalu lintas lancar. Kendaraan roda dua dan empat lalu lalang melintasi genangan air.
Di tempat terpisah, banjir yang menerjang Klenteng Vihara Bumi (hok Tjeng Sin) membuat lilin-lilin raksasa berwarna merah setinggi orang dewasa berbobot sekitar 15-20 kg batal dinyalakan. Padahal, lilin itu seharusnya menyala bersamaan dengan pembakaran dupa sebagai bentuk perwujudan rasa syukur masyarakat Tionghoa memasuki tahun babi emas. Bahkan, tingginya genangan membuat lilin itu terpaksa diungsikan ke tempat lebih kering.
Meski sempat terendam banjir, semangat gong xi fa cai tetap terlihat di klenteng yang dibangun sejak 80 tahun lalu dan mengalami pemugaran lagi pada 1984 itu. Klenteng yang memiliki sekitar 1.000 jemaat dari wilayah Jabodetabek ini ternyata tetap semarak menyambut Imlek tahun ini.
Sebenarnya untuk mengatasi banjir yang terjadi hampir setiap tahun, pihak klenteng telah menyiapakan 1 unit alat pemompa air yang akan mengembalikan banjir ke sungai. Namun, karena besarnya banjir, pompa itu tak banyak berfungsi. "Banjir tahun ini memang lebih besar," kata Hyu Ing, pengurus klenteng.(yun/anz/jpnn)
|| Jawa Pos Online ||