INDONESIA 1990-1995
Bangsa Indonesia telah melewati 25 tahun pertama Pembangunan Jangka Panjang I (PJPT I) yang dicanangkan sejak 1 April 1969, dengan dua tujuan kembar: meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat; serta meletakkan landasan yang kuat untuk pembangunan tahap berikutnya. Sejak 1 April 1994, Indonesia memasuki PJPT II (tahap tinggal landas), yang bertujuan menciptakan masyarakat yang maju, sejahtera, dan mandiri dalam suasana kehidupan yang serba seimbang.
Politik Dalam Negeri
Pada periode 1990—1995, Indonesia mengalami berbagai peristiwa politik yang penting. Dalam periode ini Indonesia melaksanakan pemilu kelima. Dalam periode ini juga Indonesia merayakan ulang tahun ke-50 proklamasi RI. Ada beberapa pihak yang menilai bahwa dalam periode tersebut pemerintah menunjukkan tanda-tanda keterbukaan, demokratisasi, dan peningkatan pelaksanaan hak-hak asasi manusia.
Meletusnya Peristiwa Dili.
Tanggal 12 November 1991 terjadi peristiwa berdarah di Dili, Timor Timur. Peristiwa itu kemudian dikenal dengan sebutan Peristiwa Dili. Dalam kejadian itu, puluhan demonstran yang menentang integrasi Timor Timur ke wilayah Republik Indonesia tewas ketika bentrok dengan petugas keamanan setempat.
Pemilu dan Pemerintahan Baru.
Pada tanggal 9 Jani 1992, bangsa Indonesia melangsungkan pemilu
yang kelima dalam sejarah politik Orde Baru, atau keenam jika dihitung sejak pemilu 1955, untuk memilih anggota-anggota DPR dan DPRD. Seperti tiga pemilu terdahulu, Pemilu 1992 diikuti oleh tigo kontestan, yakni Partal Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya Golkar, dan Partai Demokrasi indonesia (PDI), memperebutkan 400 kursi di DPR RI.
Suksesi
Pada akhir 1993 ramai dibicarakan masalah suksesi (pergantian pimpinan tertinggi negara). Hal ini terjadi sesudah Amien Rais, tokoh Muhammadiyah dari ICMI, melemparkan sejumlah kriteria calon presiden. Pada bulan Februari 1994 ia membahas lagi masalah suksesi ini dalam sebuah seminar di Universitas Brawijava Malang, Jawa Timur Menurut Amien Rais, kepemimpinan nasional harus diganti, karena pemimpin yang sekarang sudah tua. Menurutnya, selama ini ada anggapan yang salah, yakni suksesi adalah hak penuh MPR dan orang tak boleh bicara tentang suksesi sampai terbentuknya MPR pada tahun 1998.
Organisasi Sosial-Politik.
Bagi PDI, periode 1990—1995 ,masih ditandai kemelut intern yang berlarut-larut. Pada bulan Juli 1993
PDI melangsungkan Kongres di Medan, Sumatra Utara. Soerjadi, pimpinan PDI sejak 1986, sempat terpilih secara aklamasi sebagai ketua umum PDI periode 1993—1998. Namun kongres ini dan segala keputusannva kemudian dibatalkaa pemerintah karena pelaksanaannya diwarnai berbagai kericuhan di dalam maupun di luar sidang.
Lahirnya beberapa ormas baru.
Bulan Desember 1990 dunia kecendekiawanan Indonesia disemarakkan oleh kelahinan Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) di Malang, Jawa Timur. Dalam pembentukan ICMI itu, Menristek B.J. Habibie terpilih secara akiamasi sebagai ketua umum.
Sejak berdiri, ICMI terus melakukan pelbagai kegiatan ilmiah maupun kemasarakatan, misalnya dengan ikut menangani masalah Waduk *Kedungombo" dan membentuk lembaga pengkajian. Para tokoh ICMI mempelopori pembentukan Bank Muamalat Indonesia (Bank Islam), bank pertama di Indonesia yang beroperasi tanpa menggunakan sistem bunga. Melalui PT Abdi Bangsa yang didirikannya pada 1992, ICMI menerbitkan surat kabar Republika sejak 4 Januani 1993.
Sumber : Wikipedia Indonesia