nurcahyo
New member
Indonesia Berpeluang Kembangkan Energi Biodiesel dari CPO
Indonesia berpeluang besar untuk mengembangkan energi biodiesel dari minyak sawit mentah sebagai bahan bakar alternatif, terutama untuk mesin diesel. Uji coba bahan bakar biodiesel tersebut telah dilakukan dengan melakukan road test biodiesel menggunakan dua kendaraan bermotor, yaitu truk dan mobil penumpang dari Medan ke Jakarta.
"Dari uji coba tadi, saya rasakan getaran kendaraan berbahan bakar biodiesel lebih ringan, asapnya lebih sedikit, daya tariknya lebih kencang. Tetapi ini belum jadi indikator baku, masih harus dites secara ilmiah," kata Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Delima Azahari di Departemen Pertanian Jakarta, Jumat (10/12), seusai melakukan uji coba kendaraan berbahan bakar biodiesel.
Menurut Delima, pengembangan bahan bakar biodiesel dari minyak sawit mentah (CPO) sangat potensial karena setiap tahun Indonesia dapat memproduksi sekitar 10 juta ton CPO. Perkebunan kelapa sawit terus berkembang dengan pesat, tahun 2003 arealnya sudah mencapai 4,9 juta hektare. "Dan itu masih akan terus berkembang. Lima tahun mendatang, Indonesia akan jadi produsen CPO terbesar di dunia dengan total produksi 15 juta ton," ujar Delima.
Oleh karena itu, lanjut Delima, harus dipikirkan pengembangan pasar bagi kelapa sawit agar tidak hanya diolah menjadi CPO. "Biodiesel ini salah satu alternatifnya. Apalagi dengan harga minyak bumi yang terus naik sampai 50 dollar AS per barrel. Brasil telah mengembangkan produk hilir tebu menjadi etanol untuk mengatasi kelangkaan minyak bumi. Kita punya potensi untuk mengembangkan kelapa sawit," ungkapnya.
Menurut Kepala Pusat Penelitian Kelapa Sawit Darnoko, peluang untuk mengembangkan biodiesel dari minyak nabati terbuka luas. Sebab, produksinya dapat dilakukan dalam skala kecil maupun besar. Biodiesel juga tidak menambah efek rumah kaca.
Harga biodiesel bergantung pada harga CPO. Pada harga CPO 400 dollar AS per ton, harga biodiesel 560 dollar AS per ton. "Sehingga, harga B10 (campuran 10 persen biodiesel dan 90 persen solar) menjadi Rp 1.989 per liter. Harga yang tidak terlalu tinggi untuk bahan bakar yang ramah lingkungan," ujarnya.
Selain itu, dengan sifat kimia dan fisika yang serupa dengan petroleum diesel, biodiesel dapat langsung digunakan untuk mesin diesel atau dicampur dengan petroleum diesel dengan konsentrasi bervariasi antara 5-50 persen. "Biodiesel dapat langsung digunakan sebagai bahan bakar pada mesin diesel tanpa harus melakukan modifikasi mesin. Dan, biodiesel ini renewable (bisa diperbarui)," tuturnya.(ELY)
Sumber : Kompas
Indonesia berpeluang besar untuk mengembangkan energi biodiesel dari minyak sawit mentah sebagai bahan bakar alternatif, terutama untuk mesin diesel. Uji coba bahan bakar biodiesel tersebut telah dilakukan dengan melakukan road test biodiesel menggunakan dua kendaraan bermotor, yaitu truk dan mobil penumpang dari Medan ke Jakarta.
"Dari uji coba tadi, saya rasakan getaran kendaraan berbahan bakar biodiesel lebih ringan, asapnya lebih sedikit, daya tariknya lebih kencang. Tetapi ini belum jadi indikator baku, masih harus dites secara ilmiah," kata Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Delima Azahari di Departemen Pertanian Jakarta, Jumat (10/12), seusai melakukan uji coba kendaraan berbahan bakar biodiesel.
Menurut Delima, pengembangan bahan bakar biodiesel dari minyak sawit mentah (CPO) sangat potensial karena setiap tahun Indonesia dapat memproduksi sekitar 10 juta ton CPO. Perkebunan kelapa sawit terus berkembang dengan pesat, tahun 2003 arealnya sudah mencapai 4,9 juta hektare. "Dan itu masih akan terus berkembang. Lima tahun mendatang, Indonesia akan jadi produsen CPO terbesar di dunia dengan total produksi 15 juta ton," ujar Delima.
Oleh karena itu, lanjut Delima, harus dipikirkan pengembangan pasar bagi kelapa sawit agar tidak hanya diolah menjadi CPO. "Biodiesel ini salah satu alternatifnya. Apalagi dengan harga minyak bumi yang terus naik sampai 50 dollar AS per barrel. Brasil telah mengembangkan produk hilir tebu menjadi etanol untuk mengatasi kelangkaan minyak bumi. Kita punya potensi untuk mengembangkan kelapa sawit," ungkapnya.
Menurut Kepala Pusat Penelitian Kelapa Sawit Darnoko, peluang untuk mengembangkan biodiesel dari minyak nabati terbuka luas. Sebab, produksinya dapat dilakukan dalam skala kecil maupun besar. Biodiesel juga tidak menambah efek rumah kaca.
Harga biodiesel bergantung pada harga CPO. Pada harga CPO 400 dollar AS per ton, harga biodiesel 560 dollar AS per ton. "Sehingga, harga B10 (campuran 10 persen biodiesel dan 90 persen solar) menjadi Rp 1.989 per liter. Harga yang tidak terlalu tinggi untuk bahan bakar yang ramah lingkungan," ujarnya.
Selain itu, dengan sifat kimia dan fisika yang serupa dengan petroleum diesel, biodiesel dapat langsung digunakan untuk mesin diesel atau dicampur dengan petroleum diesel dengan konsentrasi bervariasi antara 5-50 persen. "Biodiesel dapat langsung digunakan sebagai bahan bakar pada mesin diesel tanpa harus melakukan modifikasi mesin. Dan, biodiesel ini renewable (bisa diperbarui)," tuturnya.(ELY)
Sumber : Kompas