Indonesia Negara Gagal??

Dipi76

New member
Antisipasi Jangan Sampai Indonesia Jadi Negara Gagal
Khaerudin | Robert Adhi Ksp | Rabu, 26 Oktober 2011 | 23:38 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah dan segenap komponen bangsa lainnya seharusnya mulai mengantisipasi kemungkinan Indonesia menjadi salah satu negara gagal. Apalagi, indikator Indonesia menuju negara gagal sudah mulai muncul.

Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault mengungkapkan, sejumlah ahli seperti Direktur Pencegahan dan Resolusi Konflik di Universitas Harvard dan Guru Besar University of California Los Angeles Jared Diamond menyebut Indonesia merupakan salah satu negara yang tengah menuju kondisi negara gagal bersama sejumlah negara lainnya, seperti Rwanda, Burundi, dan Afganistan.

"Itu indikator dari para ahli seperti itu jelas harus kita antisipasi. Mereka bilang Indonesia bakal menjadi negara gagal. Indikatornya antara lain kalau terjadi kleptokrasi (semua cabang kekuasaan terjadi korupsi), ada pertarungan horizontal, kepercayaan daerah kepada pusat kurang, dan kepercayaan rakyat kepada pemimpin mulai hilang," kata Adhyaksa di Jakarta, Rabu (26/10/2011).

Seharusnya dengan munculnya semua indikator yang bakal mengarahkan Indonesia menjadi negara gagal, semua komponen bangsa mau mengantisipasinya.

"Kalau seperti itu kan kita bisa mengantisipasinya dong. Saya katakan ketika terjadi yang namanya reformasi sama seperti perestroika dan glasnos di Soviet. Tetapi, ketika Soviet terpecah menjadi negara kecil, dia punya pemimpin nasional namanya Putin, agen KGB hebat yang pernah terlibat dalam reunifikasi Jerman Barat dan Jerman Timur. Itu diimplementasikan dalam Rusia sekarang ini. Indonesia sekarang sedang menuju ke arah disintegrasi bangsa atau arah demokratisasi jati diri," katanya.

Menurut dia, disintegrasi ataupun berhasil menjadi negara demokrasi yang berjati diri sangat tergantung bangsa Indonesia sendiri. "Itu bergantung pada tiga hal pokok. Yang pertama, cara berpikir dan berkehendak dari politik kita hari ini. Kedua, netralitas TNI dan Polri harus kita jaga, dan ketiga, kekuatan kepemudaan," ujarnya.



Kompas


Benarkah demikian?
Hampir disamakan dengan Rwanda, euy....:))
Ngeri amat....




-dipi-
 
Semua orang yang menjabat sebagai wakil rakyat kelihatan tidak terlalu memikirkan rakyat. Mereka suka bicara 'demi rakyat' 'untuk rakyat'. Tapi semua itu dikatakan demi kepentingan politiknya saja. Mereka terlihat tidak sedang bekerja sama untk membangun negara ini tapi terlihat berusaha saling menjatuhkan antara satu dan yang lainnya.
Hampir semua petinggi negara, daerah bahkan pelosok tidak memikirkan keadaan rakyat dan masa depan para pemuda dan anak-anak. Begitu pula dengan masyarakat di negri ini, bukannya mendorong, membantu dan memberi solusi dalam memecahkan masalah. Eh malah menyalahkan dan memvonis seenaknya.
Siapa yang salah sebenarnya ?
 
Sebelum daku ikutan komentar, daku mau kasih tahu bahwa Indeks Negara Gagal ini dibuat oleh banyak ahli dari berbagai bidang ilmu yang bekerja untuk sebuah majalah 2 bulanan yang bernama Foreign Policy. Kok daku tahu? Ya tahulah karena nggak perlu jadi mantan menteri untuk boleh dan bisa langganan majalah yang terbit di Amerika ini, daku juga langganan majalah politik dan ekonomi ini.

Terus mengomentari yang dibilang Pak Adhyaksa, daku bilang Pak Adhyaksa terlalu berlebihan (atau harus daku bilang sebagai kebohongan publik??).

Yang pertama soal indeks itu memang benar disusun berdasarkan beberapa indikator (ada 12 tepatnya) dan itu beberapa diantaranya memang seperti yang disebut oleh Pak Adhyaksa. Dalam hal ini Pak Adhyaksa memang benar.

Kedua soal pernyataan berikut
Indonesia merupakan salah satu negara yang tengah menuju kondisi negara gagal bersama sejumlah negara lainnya, seperti Rwanda, Burundi, dan Afganistan.
Bolehlah kita itu waspada, bolehlah kita itu menyampaikan kritik terhadap pemerintah tapi jangan terlalu membabi buta dan terkesan sekenanya, asal cuap dan jadi terkesan berbohong.

Dalam Indeks Negara Gagal, posisi Indonesia itu nggak bisa disamakan dengan Rwanda, Burundi ataupun Afghanistan. Itu terlalu lebay dan bohong banget. Ketiga negara itu masuk dalam kategori "alert" yang artinya sudah jadi negara yang gagal kalau menurut susunan indeks tersebut di mana Afghan berada pada posisi 7 dengan indeks 107,5. Burundi ada di posisi 17 dengan indeks 98,6 serta Rwanda berada pada posisi 34 dengan indeks 91.

Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia itu masuk ke dalam kategori "Warning" bersama dengan negara-negara seperti semua negara ASEAN kecuali Myanmar dan Timor Leste (yang keduanya masuk ke kategori "alert"), bahkan RRC pun masuk dalam kategori ini. Indonesia berada pada posisi 64 dengan indeks 81,6. Posisi ini turun tiga peringkat dari tahun yang lalu. Turun berarti semakin baik indeksnya. Posisi ini bahkan lebih baik dari posisi Israel dan hanya sedikit dibawah RRC yang ada di peringkat 72.

Jadi kalau mau membandingkan, kenapa harus dibandingkan dengan Burundi, Rwanda dan Afghan?? Yang peringkat maupun kategorinya sudah jelas beda. Kenapa nggak dibandingkan dengan RRC, Israel, India, Rusia, Saudi Arabia, Turki, Meksiko ataupun Mesir yang jelas-jelas negara-negara itu berada pada kategori yang sama dan punya peringkat yang berdekatan.

Maaf Pak Adhyaksa, dalam berbagai kesempatan daku cukup mengagumi aksi dari anda, tapi kali ini terpaksa daku bilang kalau bapak cuma asal cuap dan melakukan pembodohan serta kebohongan terhadap orang yang awam.

Satu lagi, apa urusannya Putin dengan Glasnost dan perestroika? Katanya paham politik kok urusan sepele begini aja nggak ngerti.

Inilah hasil dari sok tahu ditambah dengan rasa PD dibumbui dengan mulut yang nggak tahan untuk bicara. Hasilnya bisa diketawain orang.

Dari partai mana sih?? PKS ya? oooh pantes.
 
Mungkin maksud dari Pak AD supaya kita lebih awas aja kali....

Eniwei, where's singapore?



-dipi-
 
Tapi bukan gitu caranya dong.
Itu namanya penyesatan kalau data yang dia pakai seperti itu.
Atau dia pikir cuma dia yang tahu soal ini kali ya?

Singapura? My bad.
Dia bukan berada pada posisi "warning" seperti negara ASEAN lainnya seperti yang sudah daku sebutin. Singapura berada pada posisi "moderate" pada rangking 157, satu dan dua tingkat lebih baik dibandingkan AS dan UK.
 
Terus mengomentari yang dibilang Pak Adhyaksa, daku bilang Pak Adhyaksa terlalu berlebihan (atau harus daku bilang sebagai kebohongan publik??).

Adhyaksa sedang membangun opini jika dia layak jadi pemimpin periode pasca SBY, minimal sebagai menteri lagi :)
 
Antisipasinya sih boleh, tapi kok terkesan asal jeplak ye? :D jadi ngedown negeri tercintaku dibilang (hampir) masuk kategori gagal. gak rela.. gak rela..
 
gue lihat indonesia aman aman saja

ngak kayak seperti di Rwanda, Burundi, dan Afganistan.

di mana yang gue tahu di afganistan menatap mata wanita aja uda bisa kena hukum
 
Back
Top