Indonesia Tergolong Negara Tak Toleran

Dipi76

New member
Indonesia Tergolong Negara Tak Toleran
Egidius Patnistik | Rabu, 10 Agustus 2011 | 09:20 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com — Indonesia termasuk salah satu negara di dunia yang banyak melakukan pembatasan atau memusuhi agama-agama tertentu, demikian menurut penelitian sebuah kelompok swasta di Amerika Serikat yang dirilis, Selasa (9/8/2011). Sekelompok dengan Indonesia adalah India, Pakistan, Mesir, Iran, China, Myanmar, Rusia, Turki, Vietnam, Nigeria, dan Banglades.

Penelitian yang dilakukan The Pew Research Center’s Forum on Religion and Public Life itu menyebutkan, hampir sepertiga penduduk dunia tinggal di negara-negara yang semakin sulit untuk secara bebas mempraktikkan agama. Laporan itu menyebutkan, pembatasan oleh pemerintah dan permusuhan publik terkait agama meningkat di sejumlah negara yang padat penduduknya dari pertengahan 2006 sampai pertengahan 2009.

"Dalam periode tiga tahun yang menjadi cakupan penelitian itu, kekerasan dan pelecehan terkait agama meningkat di lebih banyak tempat ketimbang yang menurun," demikian menurut laporan bertajuk "Pembatasan Meningkat terhadap Agama" itu.

Hanya sekitar 1 persen penduduk dunia hidup di negara-negara yang menunjukkan toleransi agama yang lebih baik selama tahun-tahun itu, kata penelitian tersebut. Tinjauan Pew Center terhadap 198 negara menemukan bahwa pembatasan-pembatasan atau pemusuhan yang telah terjadi dalam laporan-laporan sebelumnya kian meningkat pada laporan terbaru itu.

Sebuah peningkatan besar dalam permusuhan publik terhadap kelompok-kelompok berbasis agama terlihat di China, Nigeria, Thailand, Vietnam, dan Inggris, sementara pembatasan pemerintah meningkat secara substansial di Mesir dan Perancis.

The Pew Center melihat adanya undang-undang atau sejumlah kebijakan pemerintah lain yang bertujuan untuk melarang agama tertentu, membatasi pengajaran, memberikan preferensi terhadap agama tertentu, atau melarang orang berpindah agama. Untuk mengukur permusuhan, lembaga penelitian itu merujuk pada kekerasan berbau sektarian, pelecehan terkait pakaian keagamaan, dan jenis-jenis intimidasi lain.

Negara yang paling banyak membatasi atau memusuhi agama tertentu antara lain India, Pakistan, Indonesia, Mesir, Iran, China, Myanmar, Rusia, Turki, Vietnam, Nigeria, dan Banglades. Menurut laporan itu, orang dibunuh, secara fisik disiksa, ditahan, dipenjarakan, diungsikan dari rumah mereka, atau dirusak harta bendanya karena alasan agama oleh pemerintah terjadi di 101 negara pada pertengahan 2009. Hal serupa terjadi di 91 negara pada tahun sebelumnya. Kekerasan seperti itu meningkat di banyak negara ketimbang yang menurun dalam waktu tiga tahun itu.

Kekerasan massa terkait agama terjadi di 52 negara pada pertengahan 2009, sedangkan setahun sebelumnya hanya tercatat di 38 negara. Kebencian berbasis agama memicu kekerasan oleh kelompok-kelompok warga di 142 negara, hampir tiga perempat dari 198 negara yang tercakup dalam studi itu. Jumlah itu lebih kurang sama dengan pada pertengahan 2008. Kelompok-kelompok teroris terkait agama aktif di 74 negara, dan kekerasan terjadi di setengah dari negara-negara itu sampai pada pertengahan 2009, kata Pew Center.

Orang-orang Kristen dan Muslim, dua kelompok agama terbesar dunia, dilecehkan di banyak negara. Agama lain juga dilecehkan. Namun, orang-orang Yahudi yang hanya kurang dari 1 persen populasi dunia mengalami pembatasan atau pelecehan di 75 negara.

Di lima negara Eropa (Inggris, Denmark, Rusia, Swedia, dan Bulgaria), ketegangan agama terpusat pada perkembangan pesat populasi Muslim. Namun, ada sejumlah peningkatan antisemitisme dan kebencian terhadap minoritas, seperti terhadap saksi-saksi Yehuwa. Jika Anda ingin melihat laporan lengkap dari Pew Forum, silakan berkunjung ke situs web lembaga itu, http://pewforum.org/Government/Rising-Restrictions-on-Religion.aspx


Kompas



-dipi-
 
Benarkah demikian? ...
Setuju nggak dengan pernyataan di atas? ...
Lalu di mana Pancasila? :D




-dipi-
 
pancasila lg ikut upacara ma pak kpala skolah :D

ntu surpe nya d wilayah konflik kali ...perasaan d tmpat saia adem ayem aja ...kalu konflik2 kcil sie mgkin ada ...:)
 
gue ngak setuju ama nih pendapat

tempat gue adem ayem saja

walaupun banyak orang keturunan

bahkan tempat ku ngak ada konfliks sara bernuansa agama
 
kalo bener for example di negara kita apa ya 3 tahun terakhir ini?
Mungkin salah satu contohnya adalah dengan kita cari di google pakai keyword "Gereja Bekasi" ...
Keyword yang umum, tapi lihat hasilnya di google ... apakah hal yang umum juga yang kita dapatkan?



-dipi-
 
Daku rasanya pernah posting soal ini.
Soal bahwa toleransi itu menurutku memang bukan sifat asli bangsa Indonesia.
Dan itu nggak jelek kok. Banyak juga bangsa di dunia yang bukan "tolerance to the blood".
Memang ada beberapa daerah atau beberapa tempat seperti beberapa postingan di atas yang mengatakan bahwa di lingkungannya baik-baik aja, tapi itu juga nggak lantas menjadikan bangsa ini jadi bangsa yang penuh toleransi.
Ada yang tahu nggak susahnya bikin rumah ibadah yang namanya gereja? Ada yang tahu nggak kalau di daerah yang namanya Kotamadya Cilegon itu di pelajaran SD nya cuma ada satu mata pelajaran agama? Sedangkan untuk anak yang beragama berbeda dipersilahkan untuk ikut atau boleh juga memble di luar kelas.
Kalau sifat asli bangsa ini adalah toleransi, nggak bakal ada orang yang digebukin gara-gara meminta dengan segala kerendahan hati agar volume azan di mesjid dikecilkan karena ibunya yang sudah jompo sedang sakit keras.

Kalau sifat asli bangsa ini adalah toleransi, daku nggak bakal dicuekin orang saat tanya di mana lokasi mushola terdekat agar daku bisa shalat Ashar di daerah yang mayoritas Non Muslim.

Kalau sifat asli bangsa ini adalah toleran, bapakku yang insinyur nuklir lulusan Rusia itu nggak bakalan terlunta-lunta banting tulang di negeri orang hanya untuk jadi tukang ketik di kedutaan.

Mungkin saja bangsa ini memang bukan bangsa yang "tak toleran" tapi yang pasti bangsa ini bukan bangsa yang penuh dengan toleransi.

Sekali-kali jadilah minoritas untuk merasakannya.
 
@Nduk.
Kita juga nggak bisa dong berarti menggeneralisir bahwa bangsa ini tak toleran hanya dengan beberapa kejadian-kejadian aja.
Kalau seperti itu, nggak akan ada bangsa di dunia yang punya sikap toleransi.
 
@Nduk.
Kita juga nggak bisa dong berarti menggeneralisir bahwa bangsa ini tak toleran hanya dengan beberapa kejadian-kejadian aja.
Kalau seperti itu, nggak akan ada bangsa di dunia yang punya sikap toleransi.
Daku memang nggak menggeneralisir kok. Coba aja baca baik-baik postinganku. Nggak ada yang menggeneralisir di sana. Daku nggak bikin generalisasi bahwa kita memang nggak toleran, tapi juga daku nggak bikin generalisasi bahwa kita ini bangsa yang toleran.

Yang daku sampaikan di situ adalah kita ini bukan tipikal bangsa yang toleran. Kita bicara tipikal, dan bukan berarti semuanya seperti itu, tapi secara umum.
Sama ketika kita bicara tipikal pria perancis, yang ada digambaran kita adalah tipikal romantis, ketika kita bicara orang Inggris, tipikalnya adalah gentlement person, ketika bicara orang-orang tua Ceko, tipikalnya bodoh dan sok tahu.
Nah, karena itu daku menolak kalau disebutkan bangsa ini adalah bangsa dengan tipikal toleran karena secara umum nggak demikian, tapi juga nggak akan menyebut bahwa bangsa ini bertipikal nggak toleran, karena lagi-lagi nggak secara umum nggak begitu.

Karena itulah, ketika ada pernyataan bahwa kita termasuk negara yang nggak toleran, ya itu jadi wajar-wajar aja, karena sedari awal tanpa kita sadari kita memang bukan tipikal toleran.

Menjadi bangsa yang nggak toleran itu nggak jelek kok. Biasa aja. Yang jadi busuk dan jelek itu ya kalau kita mengaku bangsa yang toleran tapi sama sekali nggak mencerminkan seperti itu.

Mungkin pernyataan yang tepat yang bisa sesuai dengan Pancasila, itu seperti ini
"Bangsa Indonesia adalah bangsa yang bertoleransi tinggi, yang hanya berlaku pada kaum Minoritas yang harus punya toleransi tinggi kepada kaum Mayoritas, dan tidak untuk sebaliknya"

Gimana, benar nggak pernyataanku itu??
Kalau benar, mulai sekarang hal itu harus segera diajarkan dan dimasukkan ke dalam kurikulum mulai dari tingkat SD sampai SMU, sehingga semuanya bisa segera maklum dan nggak akan ada gesekan lagi jika kaum minoritas secara sadar melaksanakan kewajibannya dengan bertoleransi kepada yang Mayoritas, dan secara ikhlas serta sadar menerima bahwa kaum mayoritas punya zero tolerance terhadap kaum minoritas.

Itu nilai luhur bangsa ini yang harus kita lestarikan.
 
Mungkin salah satu contohnya adalah dengan kita cari di google pakai keyword "Gereja Bekasi" ...
Keyword yang umum, tapi lihat hasilnya di google ... apakah hal yang umum juga yang kita dapatkan?



-dipi-
emm, yang itu ya mba...
yang didapatkan mungkin tak toleran ya?

Daku memang nggak menggeneralisir kok. Coba aja baca baik-baik postinganku. Nggak ada yang menggeneralisir di sana. Daku nggak bikin generalisasi bahwa kita memang nggak toleran, tapi juga daku nggak bikin generalisasi bahwa kita ini bangsa yang toleran.

Yang daku sampaikan di situ adalah kita ini bukan tipikal bangsa yang toleran. Kita bicara tipikal, dan bukan berarti semuanya seperti itu, tapi secara umum.
Sama ketika kita bicara tipikal pria perancis, yang ada digambaran kita adalah tipikal romantis, ketika kita bicara orang Inggris, tipikalnya adalah gentlement person, ketika bicara orang-orang tua Ceko, tipikalnya bodoh dan sok tahu.
Nah, karena itu daku menolak kalau disebutkan bangsa ini adalah bangsa dengan tipikal toleran karena secara umum nggak demikian, tapi juga nggak akan menyebut bahwa bangsa ini bertipikal nggak toleran, karena lagi-lagi nggak secara umum nggak begitu.

Karena itulah, ketika ada pernyataan bahwa kita termasuk negara yang nggak toleran, ya itu jadi wajar-wajar aja, karena sedari awal tanpa kita sadari kita memang bukan tipikal toleran.

Menjadi bangsa yang nggak toleran itu nggak jelek kok. Biasa aja. Yang jadi busuk dan jelek itu ya kalau kita mengaku bangsa yang toleran tapi sama sekali nggak mencerminkan seperti itu.

Mungkin pernyataan yang tepat yang bisa sesuai dengan Pancasila, itu seperti ini
"Bangsa Indonesia adalah bangsa yang bertoleransi tinggi, yang hanya berlaku pada kaum Minoritas yang harus punya toleransi tinggi kepada kaum Mayoritas, dan tidak untuk sebaliknya"

Gimana, benar nggak pernyataanku itu??
Kalau benar, mulai sekarang hal itu harus segera diajarkan dan dimasukkan ke dalam kurikulum mulai dari tingkat SD sampai SMU, sehingga semuanya bisa segera maklum dan nggak akan ada gesekan lagi jika kaum minoritas secara sadar melaksanakan kewajibannya dengan bertoleransi kepada yang Mayoritas, dan secara ikhlas serta sadar menerima bahwa kaum mayoritas punya zero tolerance terhadap kaum minoritas.

Itu nilai luhur bangsa ini yang harus kita lestarikan.

apa gak sebaiknya sama sama bertoleransi tinggi antara mayoritas dan minoritas? :)

memang menjadi kaum minoritas lebih banyak bertoleransi kepada mayoritas, dan aku juga pernah menjadi kaum minoritas, dan ternyata memang susah mendapatkan toleransi, dan di daerah mana saja mungkin setiap kaum minoritas harus bertoleransi terhadap kaum mayoritas, walaupun kaum mayoritas dan minoritas di setiap daerah berbeda.
 
m136.gif
 
Daku rasanya pernah posting soal ini.
Soal bahwa toleransi itu menurutku memang bukan sifat asli bangsa Indonesia.
Dan itu nggak jelek kok. Banyak juga bangsa di dunia yang bukan "tolerance to the blood".
Memang ada beberapa daerah atau beberapa tempat seperti beberapa postingan di atas yang mengatakan bahwa di lingkungannya baik-baik aja, tapi itu juga nggak lantas menjadikan bangsa ini jadi bangsa yang penuh toleransi.
Ada yang tahu nggak susahnya bikin rumah ibadah yang namanya gereja? Ada yang tahu nggak kalau di daerah yang namanya Kotamadya Cilegon itu di pelajaran SD nya cuma ada satu mata pelajaran agama? Sedangkan untuk anak yang beragama berbeda dipersilahkan untuk ikut atau boleh juga memble di luar kelas.
Kalau sifat asli bangsa ini adalah toleransi, nggak bakal ada orang yang digebukin gara-gara meminta dengan segala kerendahan hati agar volume azan di mesjid dikecilkan karena ibunya yang sudah jompo sedang sakit keras.

Kalau sifat asli bangsa ini adalah toleransi, daku nggak bakal dicuekin orang saat tanya di mana lokasi mushola terdekat agar daku bisa shalat Ashar di daerah yang mayoritas Non Muslim.

Kalau sifat asli bangsa ini adalah toleran, bapakku yang insinyur nuklir lulusan Rusia itu nggak bakalan terlunta-lunta banting tulang di negeri orang hanya untuk jadi tukang ketik di kedutaan.

Mungkin saja bangsa ini memang bukan bangsa yang "tak toleran" tapi yang pasti bangsa ini bukan bangsa yang penuh dengan toleransi.

Sekali-kali jadilah minoritas untuk merasakannya.

iya, kayaknya saia juga pernah baca postingan non dipe, entah di thread yang mana :D

kalu menurut saia sie, kebanyakan orang indonesia itu bukannya tidak toleran, tapi mudah terprovokasi alias terpancing. Dan mirisnya lagi, biasanya mereka langsung merespon secara masif tanpa ada kroscek terlebih dahulu alias tabayyun. Jadinya ya itu tadi, sering terjadi konflik antar suku, agama, daerah, desa dll. Jadi, menurut saia, tindakan intoleransinya itu lebih ke akibat, bukan sebab. Maka tak heran jika Belanda bisa 350 tahun menjajah di indo dengan taktik devide et impera nya karena rakyat indo memang mudah terprovokasi :)(
 
Nah itu dia den Ishi.
Bisa jadi sifat dan tipikal aslinya itu ya gampang terprovokasi itu, bukan tolerannya.

Memang harus kita akui bahwa banyak juga masyarakat yang toleran, tapi kita nggak bisa menutup mata bahwa banyak juga yang bersifat sebaliknya. Bahkan pada beberapa kasus, intoleransinya itu dimulai dari lembaga pemerintah. Seperti pada contoh yang sudah daku tulis soal pelaksanaan pendidikan di daerah yang namanya Kodya Cilegon, Banten. Daku punya teman yang bekerja dan berdomisili di daerah itu, dan dari anaknya yang bersekolah di SD daku tahu kalau tidak ada pelajaran agama selain satu agama tertentu, khususnya untuk SD dan SMP negeri. Daku nggak habis pikir bagaimana hal seperti ini bisa diterapkan. Di satu sisi mereka dapet pelajaran PPKN (or PKN?? ), yang mengajarkan tentang toleransi tapi di sisi lain ada hal nyata di depan mereka kalau toleransi itu nggak diterapkan. Lucu bukan??

Ketika daku tanya, bagaimana dengan temannya yang beragama lain?? Anak temanku itu menjawab, bisa ikutan di dalam kelas atau bisa main-main sendiri di luar kelas. Ini tanggung jawab pendidikan yang seperti apa coba?

Dari situ ada point yang sangat penting, yaitu bahwa toleransi itu harus dipunyai oleh kaum minoritas, karena kalau tidak, kaum minoritas itu bakal terlindas. Dan untunglah kaum minoritas di Cilegon lebih banyak diam dan memaklumi, sehingga mereka aman-aman aja dan nggak perlu sampai ngacir ke singapura atau fujian.
 
Nah itu dia den Ishi.
Bisa jadi sifat dan tipikal aslinya itu ya gampang terprovokasi itu, bukan tolerannya.

Memang harus kita akui bahwa banyak juga masyarakat yang toleran, tapi kita nggak bisa menutup mata bahwa banyak juga yang bersifat sebaliknya. Bahkan pada beberapa kasus, intoleransinya itu dimulai dari lembaga pemerintah. Seperti pada contoh yang sudah daku tulis soal pelaksanaan pendidikan di daerah yang namanya Kodya Cilegon, Banten. Daku punya teman yang bekerja dan berdomisili di daerah itu, dan dari anaknya yang bersekolah di SD daku tahu kalau tidak ada pelajaran agama selain satu agama tertentu, khususnya untuk SD dan SMP negeri. Daku nggak habis pikir bagaimana hal seperti ini bisa diterapkan. Di satu sisi mereka dapet pelajaran PPKN (or PKN?? ), yang mengajarkan tentang toleransi tapi di sisi lain ada hal nyata di depan mereka kalau toleransi itu nggak diterapkan. Lucu bukan??

Ketika daku tanya, bagaimana dengan temannya yang beragama lain?? Anak temanku itu menjawab, bisa ikutan di dalam kelas atau bisa main-main sendiri di luar kelas. Ini tanggung jawab pendidikan yang seperti apa coba?

Dari situ ada point yang sangat penting, yaitu bahwa toleransi itu harus dipunyai oleh kaum minoritas, karena kalau tidak, kaum minoritas itu bakal terlindas. Dan untunglah kaum minoritas di Cilegon lebih banyak diam dan memaklumi, sehingga mereka aman-aman aja dan nggak perlu sampai ngacir ke singapura atau fujian.

:D kalo tentang pelajaran agama disekolah mah.. jangan kaget kak, nggak cuma di Cilegon hal itu terjadi..

disekolah darkgrey juga terjadi kok, yang nota bene terletak di Ibukota Negara

and, begitu juga yang terjadi di sekolah sepupu darkgrey yang kebetulan disekolahkan di sekolah yang berafiliasi dengan agama minoritas, pada saat pelajaran agama disekolah tersebut, ya hal yang sama berlaku, sepupu darkgrey ngikut belajar or silahkan maen demprak sendirian.
 
sebaliknya, ku yakin klo Indonesia negara paling toleran sedunia, libur hari raya 5 agama bahkan imlek saja dilakukan secara nasional, amerika demikian kah???
 
:D kalo tentang pelajaran agama disekolah mah.. jangan kaget kak, nggak cuma di Cilegon hal itu terjadi..

disekolah darkgrey juga terjadi kok, yang nota bene terletak di Ibukota Negara

and, begitu juga yang terjadi di sekolah sepupu darkgrey yang kebetulan disekolahkan di sekolah yang berafiliasi dengan agama minoritas, pada saat pelajaran agama disekolah tersebut, ya hal yang sama berlaku, sepupu darkgrey ngikut belajar or silahkan maen demprak sendirian.
Kalau bicara soal sekolah dengan label agama tertentu, jelas hal itu bisa dimaklumi.
Tapi kalau bicara sekolah negeri yang notabene adalah milik pemerintah, itu merupakan hal yang sangat aneh.
sebaliknya, ku yakin klo Indonesia negara paling toleran sedunia, libur hari raya 5 agama bahkan imlek saja dilakukan secara nasional, amerika demikian kah???
Amerika malah kalau daku sebut jauh dari toleran, den, karena di sana jauh lebih kompleks dimana untuk tidak beragama pun diijinkan, dan itu membuat tingkat toleransi di sana nggak lebih baik dari kita di sini.
Nah soal libur agama, itu juga nggak membuat bangsa ini jadi bangsa yang toleran, karena hari libur itu cuma sekedar kebijakan, sama halnya dengan perintah UUD 1945 tentang kebebasan memeluk agama, semua adalah kebijakan yang dibuat oleh penyelenggara negara.

Tipikal kita itu, toleran dari minoritas atau terkadang toleran jika ada maunya.
Nggak semua begitu, tapi itu tipikal.

And itu tanpa adanya survey seperti di awal thread, bangsa kita ini sudah terkenal demikian kok di luar sana.
 
Kalau bicara soal sekolah dengan label agama tertentu, jelas hal itu bisa dimaklumi.
Tapi kalau bicara sekolah negeri yang notabene adalah milik pemerintah, itu merupakan hal yang sangat aneh.


lho.. lho.. darkgrey sekolah di sekolahan negeri milik pemerintah kok kak..
ra kuat nek harus mbayar sekolah luar negeri...sumpe dah..

yang contoh di sekolah berlabel or berafiliasi agama minoritas tadi itu sepupu darkgrey..

kalo darkgreynya ya disekolah biasa ae kak.. :)(
darkgrey cuma mau memberi tambahan informasi kepada kak Dipe aja, bahwa.. gak cuma di cilegon hal yang kak dipe sebutkan itu terjadi, setahu darkgrey berdasarkan pengalaman darkgrey bersekolah di sekolahan standar di ibukota ya memang demikian adanya :)(
 
Last edited:
tapi biasanya anak yang yang minoritas dan dipersilahkan ikut pelajaran atau maen, itu juga mendapat pelajaran agama mereka di lain waktu, pas di hari tertentu untuk pelajaran mereka, dan itu juga muridnya jadi satu dengan kelas yang lain yang beragama sama, kalau gak salah dulu sekolah ku seperti itu..
 
lho.. lho.. darkgrey sekolah di sekolahan negeri milik pemerintah kok kak..
ra kuat nek harus mbayar sekolah luar negeri...sumpe dah..

yang contoh di sekolah berlabel or berafiliasi agama minoritas tadi itu sepupu darkgrey..

kalo darkgreynya ya disekolah biasa ae kak.. :)(
darkgrey cuma mau memberi tambahan informasi kepada kak Dipe aja, bahwa.. gak cuma di cilegon hal yang kak dipe sebutkan itu terjadi, setahu darkgrey berdasarkan pengalaman darkgrey bersekolah di sekolahan standar di ibukota ya memang demikian adanya :)(
I got it.
Satu bukti lagi bahwa kita nggak pantas disebut tipikal toleran.
 
Back
Top