Ingin Bicara, Ingat Adabnya!

T-Rex

New member
Mungkin judul diatas terkesan keras dan "jengah" rasanya untuk membaca. Tapi bila kita renungkan lebih dalam maka hati kita akan membenarkan.Hadits yang membahas masalah inipun mungkin sering kita baca atau kita dengarkan lewat kajian-kajian ilmu syar'i. Akan tetapi sejauh manakah kita mampu mengamalkannya??. Hanya Allah yang lebih tahu dan tentunya lewat rahmat-Nyalah diantara kaum muslimin dan muslimah ada yang benar-benar menjaga adab dalam berbicara ini, tidak ingin melukai lawan bicaranya atupun menyusahkan saudaranya dengan berbagai pertanyaan atau basa-basi yang menyulitkan untuk dicari jawabannya.

Contohnya yang sering terjadi dikalangan muslimah ketika mereka berkumpul untuk sekedar melepas rindu atau bersilahturrahim disela-sela obrolan mereka terselip pertanyaan atau ungkapan yang mungkin menurut mereka wajar dan tidak akan membawa dampak yang berarti bagi kawannya atau sahabatnya.Bagi akhwat yang belum menikah biasanya mereka senang menyentil dengan perkataan: "Kapan mau nikahnya ukh?? atau sudah adakah ikhwan yang ta'aruf ke anti" kemudian " jangan suka pilah-pilih nanti jadi perawan tua lho" sedangkan bagi akhwat yang sudah menikah pertanyaan yang sering terlontar adalah "Kapan mau isi?? (hamil) ayu cepetan nanti keburu tua! atau bagi yang sudah punya anak dan beranjak besar mereka akan berkomentar "Lho, kok belum nambah-nambah sih?? KB ya?? takut miskin kalau punya anak lagi??takut repot??! dan lain-lainnya.

Ups,..tunggu dulu ukh,...jangan kesal dan berkomentar : Lha apa yang salah dengan kalimat diatas?? kan memang sudah semestinya kita berkata demikian nasehat bagi mereka agar mereka cepat menikah atau memperbanyak keturunan??

Saya hanya ingin menarik garis merah dari kalimat-kalimat diatas yang sering terlontar dikalangan kita (muslimah) dimana saja berada. Pertama, secara tidak langsung kita membuat mereka susah dengan kata-kata itu memang niat kita baik menyarankan mereka untuk bersegera melakukan kebajikan tapi pernahkah hati kita memikirkan apa yang terjadi dikala mereka sendiri?? Tidakkah kita mengingat hadits dibawah ini??

" Takutlah kalian semua pada api neraka walau dengan sedekah sebelah butir kurma kalau tidak ada maka dengan kalimat yang baik" (HR.Bukhari hadits no.5715)

Ya, kalimat yang baik adalah sebuah sedekah apabila kita tidak mampu bersedekah walau dengan sebelah butir kurma!! Sangat sulit untuk memberikan kalimat yang baik bagi saudara-saudara kita apabila kita tidak berusaha untuk berubah dan mencari tahu apakah kata-kata yang kita ucapkan menyakitkan perasaan lawan bicara kita ataukah tidak??

Pernah saya secara tidak sengaja berpapasan dengan akhwat yang belum menikah dan memang usianya sudah cukup layak bahkan sangat layak untuk menikah. Saya heran ketika melihat kesedihan diwajahnya dan berusaha untuk mencari tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Dan, saya sangat terkejut ternyata basa-basi itu sangat menyakitkan hatinya, ia sampai bertanya kepada saya, apa yang kurang dengan dirinya?? dia sudah berusaha keras agar bisa menikah secepatnya tentu saja dengan usaha yang syar'i (tidak memajang dirinya di biro jodoh dikoran-koran atau majalah) tapi ternyata hingga saat ini Allah belum mempertemukan dirinya dengan idaman hatinya. Dan ia berusaha bersabar akan tetapi ternyata justru kawan-kawannya telah memvonisnya dengan ucapan sinis "suka pilah-pilih ikhwan sih makanya gagal terus" Subhanallah, dimanakah posisi kita pada saat itu?? sebagai saudaranya seiman yang membantunya dengan doa agar Allah mempercepat jodohnya ataukah malah membantu usaha setan agar ia berputus asa dari doanya?? wal iyyadzubillah.

Begitu pula masalah yang tidak jauh berbeda dikalangan akhwat yang telah menikah dan belum dikaruniai anak merekapun terkena sentilan yang sama dengan redaksi kalimat yang berbeda. Tidakkah kita mengetahui usaha mereka untuk mendapatkan anak ketika kita tidak bersama dengannya?? tidakkah kita membantunya dengan doa agar Allah mengabulkan doa mereka agar lekas dikaruniai seorang anak. Sungguh kondisi mereka secara psikologis tidak mengutungkan semestinya sebagai saudara kita tidak membuatnya susah dan gelisah. Pernahkah kita membesarkan hati mereka dengan mengatakan bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam mendapatkan anak hanya dari khadijah radhiyallahu anha, adakah beliau medapatkan anak dari Aisyah atau Hafsah atau istri-istri beliau lainnya?? Tidakkah ukhti menyampaikan kisah Sarah istri Nabi Ibrahim yang hamil dikala usianya telah mendekati senja??Atau kisah Nabi Zakaria yang berdoa kepada Allah dengan suara yang lembut:

"Ia berkata, Ya Rabbku sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya Rabbi. Dan sesungguhnya aku khawatir istriku adalah seorang yang mandul maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera" (Maryam,4-5).

Tidakkah ayat diatas menjadi teguran dan renungan buat kita semua bahwa Nabi manusia yang paling dekat hubungannya dengan Allah ternyata tidak mudah untuk mendapatkan keturunan.
 
Back
Top