Ini Risikonya Diet Makanan Mentah

Kalina

Moderator
Diet banyak ragamnya, misalnya vegetarianisme atau diet Mediteranian yang efektivitasnya telah terbukti secara ilmiah dan diet vegan yang benar-benar menghindari berbagai produk hewani seperti telur dan susu. Lalu ada lagi yang baru yaitu diet vegan mentah yang menganggap makanan olahan tak alami dan tak sehat. Tapi apakah itu benar-benar sehat? Diet vegan mentah ini menganjurkan agar bahan makanan tak dipanaskan di atas suhu 40 derajat Celcius. Makanan hanya boleh dimakan dalam kondisi segar, didehidrasi dengan panas rendah,
difermentasi, dijus dan dibuat menjadi 'green
smoothies'. Menurut diet ini bahan makanan yang dipanaskan di atas 40 derajat Celcius tak hanya akan
menghilangkan nutrisi yang ada di dalamnya tapi juga membuat makanan menjadi beracun dan susah
dicerna. Padahal belum tentu yang ditekankan diet ini
sudah benar. Untuk lebih jelasnya berikut 4 hal yang disalahpahami oleh pelaku diet vegan mentah seperti dilansir Livescience, Jumat (18/1/2013).
 
Kesalahpahaman #1: Memasak merusak
nutrisi
Memang benar bahan makanan mentah itu masih bergizi tinggi tapi bukan berarti jika dimasak lalu nutrisi ini hilang. Sebaliknya proses memasak dapat memecahkan dinding sel dan serat dari makanan
agar dapat melepaskan nutrisi yang sama dengan yang diperoleh dari makanan mentah. Misalnya memasak tomat dapat meningkatkan
bioavaibilitas dari antioksidan yang dikandung tomat yaitu likopen hingga lima kali lipat. Begitu juga dengan
wortel yang dimasak karena proses itu membuat beta-karoten yang dikandungnya jadi lebih mudah diserap oleh tubuh ataupun sup. Memasak juga dapat mengurangi kadar senyawa-senyawa kimia tertentu yang menghambat penyerapan mineral, termasuk mineral penting seperti zat besi, seng, kalsium dan magnesium. Seperti halnya memasak bayam akan melepaskan lebih banyak zat besi dan kalsium dari daunnya. "Memang ada beberapa nutrisi yang hilang saat
dimasak seperti vitamin C dan vitamin B tertentu. Tapi tumbuhan mengandung begitu banyak nutrisi sehingga proses memasak pun tak mampu menghilangkan seluruh nutrisi yang ada," ungkap John McDougall, penemu salah satu jenis diet ramah vegan dan pati, McDougall Program. "Lagipula memakan makanan mentah mau pun olahan akan memberikan manfaat terbaik dari keduanya,"
timpal Jennifer Nelson dari Mayo Clinic dan profesor gizi dari Mayo Medical School in Rochester, Minn. Lain halnya dengan masak terlalu lama (overcooking) dan charring karena keduanya memang dapat menghilangkan kandungan nutrisi sekaligus menciptakan senyawa kimia penyebab kanker. Kendati begitu solusinya bukan berhenti memasak sama sekali, tapi lebih beralih pada mengukus, menumis atau banyak membuat sup. Sedangkan membuat fermentasi atau jus dari bahan
makanan mentah memang dapat mengakibatkan semakin banyak sejumlah nutrisi yang muncul tapi hal
itu tidak dapat menggeser fakta bahwa memasak membuat makanan lebih mudah dicerna dan bergizi.
 
Kesalahpahaman #2: Memasak merusak enzim

Panas memang bisa merusak enzim-enzim yang ada dalam makanan tapi hal ini bukan jadi soal. Lagi pula
manusia memiliki enzim pencernaan tersendiri yang dapat memecah molekul makanan besar menjadi bentuk yang lebih kecil, apapun bentuk olahan makanannya. Hebatnya lagi, manusia bisa terus membuat enzim-enzim baru seumur hidupnya
sehingga takkan terganggu kondisi apapun. Justru jika bahan makanan dikonsumsi dalam keadaan mentah, sebagian besar enzim pada tumbuhan itu akan hancur seketika akibat asam dari usus manusia. Hanya sedikit yang bisa sampai ke usus kecil. Namun kontribusi ini tidaklah begitu besar.
"Yang saya tahu enzim tumbuhan tak ada gunanya di dalam pencernaan manusia," kata McDougall.
 
Kesalahpahaman #3: Makanan mentah bisa
menghilangkan racun (detoksifikasi)
Detoksifikasi dengan diet makanan tertentu
merupakan pengobatan alternatif yang hanya
memiliki sedikit kredibilitas. Apalagi organ yang dikatakan membutuhkan detoks adalah hati dan usus
besar, padahal nyatanya racun atau toksik dapat
berakumulasi di mana pun di dalam tubuh, terutama pada jaringan lemak hingga ke protein dan tulang. Kendati begitu nyatanya usus besar hanya mengandung sedikit racun. Hati sendiri adalah organ yang berfungsi menyaring racun sehingga dipenuhi
oleh berbagai jenis racun namun racun ini dapat
langsung dihancurkan ketika melewatinya. Selain itu, hingga kini belum pernah terbukti ada makanan atau herbal yang dapat mengikat dan menarik toksin keluar dari dalam darah atau tubuh. "Metode detoks terbaik adalah tidak menempatkan lebih banyak toksin ke dalam tubuh selama 1-2 hari,
termasuk pola makan yang kaya nabati dan banyak minum air karena itu dapat membantu hati dan ginjal Anda untuk memproses serta menghilangkan toksin
secara lebih efektif," saran McDougall.
 
Kesalahpahaman #4: Diet vegan mentah itu
menyehatkan
Banyak orang yang menjalankan diet bisa berhasil dengan mengonsumsi lebih sedikit kalori tapi
penurunan berat badan tak melulu berarti sehat.
Masalah yang perlu dikhawatirkan adalah
kekurangan nutrisi yang bisa saja terjadi akibat diet vegan mentah ini, khususnya kehilangan vitamin B12 dan D, selenium, zat besi, seng serta asam lemak
omega-3, DHA dan EPA. Padahal tanpa mengonsumsi suplemen dalam bentuk pil, akan terasa sangat sulit (apalagi untuk vitamin
B12) untuk memperoleh kadar yang cukup dari
makanan nabati yang mentah. Belum lagi jika si pelaku diet tak dapat
memvariasikan makanannya dalam setahun sehingga cenderung mengonsumsi satu jenis
makanan seperti buah-buahan padahal makanan seperti ini tidak mengandung energi. Parahnya, buah-buahan ini dapat mengakibatkan kerusakan gigi akibat 'kontak' antara asam dari buah dengan enamel gigi hingga kekekurangan mineral.

DetikHealth
 
Back
Top