Inilah Modus Mengemis ala "Reality Show"

Dipi76

New member
Semarang
Inilah Modus Mengemis ala "Reality Show"
Penulis: K7-11 | Editor: Hertanto Soebijoto
Kamis, 10 Maret 2011 | 14:58 WIB

1119192620X310.JPG


SEMARANG, KOMPAS.com — Kreativitas memang tak mengenal kelas sosial. Salah satu turunan kreativitas adalah plagiasi. Itu pula yang terjadi pada pengemis anak-anak di jalan-jalan raya Kota Semarang.

Berbekal keterampilan meniru adegan reality show ”Minta Tolong” yang ditayangkan di salah satu televisi swasta, pengemis anak-anak di Semarang sanggup mendapat penghasilan lebih dibanding mengemis secara konvensional.

Ricky (10), salah satu anak yang ditemui di kawasan Tugu Muda, Semarang, menuturkan, ide itu justru muncul dari orang yang sedang nongkrong di kawasan tersebut. Mereka sering bertanya, apakah Ricky dari tim ”Minta Tolong”. Ketika dia menganggukkan kepala agak ragu, ternyata orang tersebut memberi lebih, yakni sebesar Rp 50.000.

”Waktu itu malam Minggu. Kalau malam Minggu kan banyak orang yang sedang pacaran. Nah, saya ditanya seperti itu malah bingung karena tidak pernah menonton televisi. Tapi ketika saya mengangguk, dikasih Rp 50.000. Habis itu saya langsung pergi,” kata Ricky, Kamis (10/03/2011).

Pengalaman itu kemudian diceritakan kepada teman-temannya. Akhirnya modus itu tersebar di kalangan pengemis anak-anak, termasuk di kampung-kampung. Untuk yang di kampung-kampung, biasanya mereka berbekal barang dagangan, misalnya sekantong kerupuk seharga tak lebih dari Rp 2.000.

Kerupuk itu lalu ditawarkan kepada siapa pun yang dijumpainya seharga minimal Rp 50.000, dengan alasan untuk biaya pengobatan ibunya, biaya sekolah adiknya, dan lain-lain.

”Kebanyakan mereka bertanya sambil berbisik, apakah dari tim ’Minta Tolong’? Jika mendapat pertanyaan itu, kami buru-buru mengangguk sambil pura-pura takut. Setelah dapat duit, kami langsung pergi dari lokasi,” kata Narti (12, saat ditemui di wilayah perumahan Tlogosari, Semarang.

Reality show ”Minta Tolong” memang menjanjikan sejumlah besar rupiah kepada orang yang baik hati. Hal itulah yang dimanfaatkan pengemis anak-anak di Semarang.


Sumber: kompas



-dipi-
 
Bener kata non hanumr, itu tuh akibatnya kalo ngasih amal tapi nggak ikhlas.. terloloi deh sama bocah pengemis, Rasakan!!
 
yang harus dibenahi PEMDA setempat adalah menertiban bagi para suplier pengemis itu.
 
Pantesan udah saya kasih... ditunggu-tunggu kok tim minta tolongnya gak muncul-muncul.

Kn deh gw.
 
wah miris ne ...kalu uang sdah menjadi 'Dewa' ya kayak gini ne jadinya ...


btw, buat org2 Islam yg punya harta lebih, jangan lupa zakat ...:)
 
menolong itu karena tuhan bukan karena ada balas jasa atau imbalan yang lebih gede camkan itu buat warga semarang
 
hmm..
masyarakat yang terbntuk pola pikirnya dari media.duhh kasian,..
bukannya ngaji di kencengin dalam membentuk pola pikir, hmm..
 
Back
Top