fajarsany
New member
Pagi itu suasana kelas terasa tegang. Semua siswa duduk dengan tegak. Mata mereka tidak lepas dari memandangi pintu.
“Apakah semalam kamu sudah menghafal?” Tanya Ujang.
“Sedikit.” Jawab Atang.
“Mampus….” Kata Ujang lagi.
Tlak… tlak… tlak… terdengar suara langkah kaki, kemudian, kreeek… pintu terbuka. Muncul seorang bapak-bapak berbadan tinggi besar, tetapi tidak berkumis tebal, alisnya yang tebal. Pandangannya tajam menyapu semua siswa.
“Baik, kita mulai ujiannya.”
Pak Guru kemudian mengambil sebatang kapur pendek dari atas meja.
Atang dan Ujang melotot melihat semua yang ditulis di papan tulis, soal-soal matematika yang memusingkan.
Tak ada seorangpun yang bergerak, hanya memelototi papan tulis seperti Atang dan Ujang.
Kapur yang dipegang pun habis, Pak Guru mengambil satu lagi yang sama-sama pendek seperti sebelumnya.
Greeek… greeek….
Ketika ditulis, tidak memunculkan tulisan.
Siswa tetap diam.
Pak Guru melihat benda putih di tangannya tersebut, kemudian dia berkata, “Apa? Ini bukan kapur, tapi sukro!”
“Haaah?” Kata para siswa keheranan.
Berbeda dengan yang lainnya, Atang malah tertawa cekikikan, dan itu membuat Pak Guru marah.
Plak! Sukro itu pun membentur kepala Atang.
“Atang, mengerjakannya diluar.” Kata Pak Guru dengan dinginnya.
“Tapi pak?” Kata Atang.
“Keluar.”
“Tapi pak?”
“Keluar atau nilainya nol.”
Atang lalu keluar dari kelas.
“Pak, bagaimana saya mau mengerjakan kalau soalnya ditulis di papan tulis di dalam kelas?” Atang komplain.
Pak Guru memberikan selembar kertas yang berisi soal-soal tersebut.
“Sial…” Kata Atang di dalam hati.
Akhirnya Atang mengerjakan ujian matematika di luar kelas akibat cekikikannya tersebut.
“Apakah semalam kamu sudah menghafal?” Tanya Ujang.
“Sedikit.” Jawab Atang.
“Mampus….” Kata Ujang lagi.
Tlak… tlak… tlak… terdengar suara langkah kaki, kemudian, kreeek… pintu terbuka. Muncul seorang bapak-bapak berbadan tinggi besar, tetapi tidak berkumis tebal, alisnya yang tebal. Pandangannya tajam menyapu semua siswa.
“Baik, kita mulai ujiannya.”
Pak Guru kemudian mengambil sebatang kapur pendek dari atas meja.
Atang dan Ujang melotot melihat semua yang ditulis di papan tulis, soal-soal matematika yang memusingkan.
Tak ada seorangpun yang bergerak, hanya memelototi papan tulis seperti Atang dan Ujang.
Kapur yang dipegang pun habis, Pak Guru mengambil satu lagi yang sama-sama pendek seperti sebelumnya.
Greeek… greeek….
Ketika ditulis, tidak memunculkan tulisan.
Siswa tetap diam.
Pak Guru melihat benda putih di tangannya tersebut, kemudian dia berkata, “Apa? Ini bukan kapur, tapi sukro!”
“Haaah?” Kata para siswa keheranan.
Berbeda dengan yang lainnya, Atang malah tertawa cekikikan, dan itu membuat Pak Guru marah.
Plak! Sukro itu pun membentur kepala Atang.
“Atang, mengerjakannya diluar.” Kata Pak Guru dengan dinginnya.
“Tapi pak?” Kata Atang.
“Keluar.”
“Tapi pak?”
“Keluar atau nilainya nol.”
Atang lalu keluar dari kelas.
“Pak, bagaimana saya mau mengerjakan kalau soalnya ditulis di papan tulis di dalam kelas?” Atang komplain.
Pak Guru memberikan selembar kertas yang berisi soal-soal tersebut.
“Sial…” Kata Atang di dalam hati.
Akhirnya Atang mengerjakan ujian matematika di luar kelas akibat cekikikannya tersebut.