International: Rangkul Muslim, Popularitas Obama Naik

Kalina

Moderator
73481large.jpg


[ Sabtu, 06 Juni 2009 ]
Rangkul Muslim, Popularitas Obama Naik
WASHINGTON - Indonesia menjadi kunci penting bagi Presiden Amerika Serikat Barack Obama dalam mengenal Islam. Sisi hidup ini disinggung Obama dalam pidatonya di Kairo, Mesir, pada Kamis (4/6). ''Semua ini berdasarkan pengalaman pribadi saya sendiri. Saya Nasrani, tapi ayah saya berasal dari keluarga Kenya yang sebagian generasinya muslim,'' ujar politikus yang terbiasa mendengar azan mulai pagi hingga malam semasa kecil di Indonesia itu.

Dalam orasi untuk mengambil hati masyarakat muslim internasional, Obama mengawali pidato dengan ucapan assalamualaikum, juga menukil beberapa ayat dalam Alquran yang, antara lain, mengajarkan perdamaian. ''Kitab Suci Alquran mengatakan, 'Hai manusia, sesungguhnya Aku ciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan serta menjadikan kamu dalam berbagai bangsa dan suku agar kamu saling mengenal'.''

Obama mengatakan pula, sebagai mahasiswa sejarah, dirinya mempelajari peradaban dunia yang banyak bersentuhan dengan Islam. ''Adalah Islam, di tempat-tempat seperti Al Azhar University, yang membawa pencerahan selama berabad-abad. Merintis jalan menuju Renaissance Eropa dan Enlightenment,'' imbuh presiden ke-44 AS tersebut dalam pidatonya yang sudah sangat dinantikan masyarakat internasional. Dia juga menyatakan, Islam pun menjadi bagian penting dari Amerika.

Mengutip kata-katanya dalam pidato di Ankara, Turki, awal tahun ini, Obama kembali menegaskan bahwa AS dan Islam selalu damai. ''Amerika tidak, dan tidak akan pernah berperang dengan Islam,'' tegasnya, disambut aplaus sekitar 1.000 undangan yang mendengarkan langsung pidato Obama di Cairo University Kamis (4/6). Tapi, dia juga mengatakan bahwa Washington tidak akan pernah menoleransi aksi teror dan ekstremis yang mengatasnamakan Islam.

Dalam lawatan pertamanya ke Timur Tengah itu, Obama juga berusaha mengambil hati masyarakat muslim dengan mendesak Israel mengakhiri pembangunan permukiman dan dukungan terhadap solusi dua negara. Pidatonya itu sukses menorehkan kesan positif. Sebab, sepanjang riwayat hubungan AS dan negara-negara muslim, tidak pernah ada masalah yang lebih serius daripada Israel.

Selama ini AS dianggap berat sebelah. Washington terlalu mendukung keberadaan Negeri Yahudi itu daripada negara-negara lain di kawasan Timur Tengah. Dalam hal itu, Obama menegaskan bahwa hubungan AS dan Israel tidak akan tergoyahkan. Namun, dia tetap mendesak pemerintahan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu berhenti menyerobot tanah Palestina.

Di antara total 6.000 kata yang dia ungkapkan dalam pidato, 1.000 kata tentang konflik Timur Tengah. Itu bukti bahwa konflik Israel-Palestina turut berperan dalam rekonsiliasi hubungan AS dan dunia Islam. ''Sudah terlalu banyak air mata dan darah yang tertumpah. Menuduh memang mudah. Tapi, jika hanya melihat konflik ini dari satu sisi, kita akan buta pada kebenaran. Satu-satunya resolusi adalah memenuhi aspirasi dua pihak lewat solusi dua negara,'' tandasnya dikutip Associated Press.

Di Washington, pidato Obama yang ditanggapi datar pemerintahan Netanyahu itu menuai reaksi beragam. Politico melaporkan bahwa dukungan masyarakat AS terhadap Obama meningkat. Data itu diambil dari hasil jajak pendapat Democracy Corps yang dipublikasikan kemarin (5/6). ''Dukungan terhadap kebijakan Obama dalam menangani keamanan dalam negeri dan terorisme meningkat cukup signifikan,'' terang Politico tanpa menyebutkan angka.

Tapi, politikus Partai Republik Mitt Romney menyebut lawatan Obama dan pidatonya pada Kamis (4/6) sebagai bagian dari tur permintaan maaf. Sebelumnya, mantan Wakil Presiden Dick Cheney menyatakan bahwa kunjungan Obama ke Arab Saudi dan Mesir itu hanya akan membuat AS semakin tidak aman. Kutipan ayat Alquran dan kisah Obama di lingkungan muslim juga menuai kritik di dalam negeri. Mengingat, Obama sempat menjelaskan bahwa dirinya bukan pemeluk Islam saat kampanye presiden tahun lalu.

Kemarin (5/6) Obama melanjutkan lawatannya ke Jerman. Setiba di Bandara Dresden, dia disambut Kanselir Angela Merkel. Keduanya lantas terlibat perbincangan serius tentang konflik Israel-Palestina dan sepakat melakukan lebih banyak aksi untuk mewujudkan perdamaian di Timur Tengah. (hep/ami)
 
Back
Top