jmw01
New member
Sejak deklarasi pada tanggal 14 Mei 1948, Israel secara sistematis menebar teror ke Palestina dan negara-negara tetangga, selalu mengklaim sebagai pertahanan diri. Sejarawan Ilan Pappe menggambarkan Israel sebagai "negara Prusia pemukim, kombinasi dari kebijakan kolonialis yang dimanifestasikan dalam dominasi militer atas kehidupan politik, kebudayaan, dan ekonomi."
"Kalian mungkin harus lahir di Israel, seperti saya, dan melalui seluruh proses sosialisasi dan pendidikan – termasuk mengabdi di kemiliteran – untuk memahami kekuatan dari mentalitas militer ini dan konsekuensi buruknya. Dan kau perlu latar belakang semacam itu untuk memahami mengapa seluruh premis yang mendasari pendekatan komunitas internasional terhadap Timur Tengah begitu salah sampai Israel perlahan-lahan menghancurkan dirinya sendiri, dan hanya dapat dicegah oleh sebuah pola pikir yang samasekali baru," tambahnya.
Wacana publik tidak akan mengakui hal itu atau bahwa rakyat Palestina telah kehilangan 80% tanahnya dalam waktu hanya beberapa bulan, sekitar 800,000 dari mereka dirampas tanahnya atau dibunuh. Kemudian di tahun 1967 mereka kehilangan sisanya yang 20%, tidak dikembalikan setelah 43 tahun, tidak juga menerima keadilan dalam bentuk apapun, operasi Cast Lead dan blokade Gaza adalah contoh terbaru yang paling ekstrim.
Tidak heran jika pada tanggal 31 Mei 2010 lalu pasukan Israel menyerang aktivis perdamaian yang berusaha mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Menteri Pertahanan Ehud Barak pernah memimpin unit serupa dan kakak tertua Benjamin Netanyahu, Yonatan, memimpin 100 tentara dalam Operasi Entebbe, 4 Juli 1976, sebuah misi penyelamatan sandera di bandara Entebbe, Uganda.
"Itu adalah perbuatan heroik, bukan membunuh para aktivis perdamaian yang tidak bersenjata di perairan internasional."
Enam ratus penumpang Freedom Flotilla diserang di perairan internasional setelah frekuensi satelit Turksat dan komunikasi telepon satelitnya diblokir untuk mencegah bocornya laporan pembunuhan massal dan kontak dengan kapal-kapal lain.
Sema Islek, seorang perawat dari Turki, menyebut "penindasan psikologis dan penyiksaan fisik mereka luar biasa." Warga Turki dan Muslim lainnya diperlakukan paling buruk, ujar mantan anggota parlemen Jerman Norman Paech, "Tentara Israel memperlihatkan perilaku rasis secara terang-terangan, memperlakukan kami lebih baik daripada penumpang Turki dan Arab."
Sembilan penumpang tewas dalam serangan itu, delapan dari mereka adalah warga negara Turki. Korban kesembilan adalah warga Turki Amerika. Kebanyakan mereka yang terluka juga orang Turki atau keturunan Arab atau Turki. Jelas mereka telah diidentifikasi sebelumnya. Pasukan Israel memiliki nama-nama dan foto dari sasaran pembunuhan, yang diperintahkan oleh petinggi Israel, termasuk komandan IDF (militer Israel) untuk melakukan pembunuhan berdarah dingin.
Pengacara profesional telah mendaftarkan diri untuk mewakil keluarga-keluarga dari korban yang terbunuh, terluka, dan menjadi subyek perlakukan kejam dan memalukan. Sebuah kejahatan terhadap kemanusiaan oleh sebuah rezim yang mencemooh kebebasan demokratis, mencemari aturan hukum, mendukung rasisme, ekstremisme, kekerasan dan penyiksaan sebagai kebijakan resmi, termasuk melawan aktivis perdamaian yang membawa bantuan kemanusiaan penting ke Gaza. (rin/pt)
Sumber: suaramedia
![f16israel.jpg](http://www.suaramedia.com/images/stories/3berita/1_7_middle/f16israel.jpg)
"Kalian mungkin harus lahir di Israel, seperti saya, dan melalui seluruh proses sosialisasi dan pendidikan – termasuk mengabdi di kemiliteran – untuk memahami kekuatan dari mentalitas militer ini dan konsekuensi buruknya. Dan kau perlu latar belakang semacam itu untuk memahami mengapa seluruh premis yang mendasari pendekatan komunitas internasional terhadap Timur Tengah begitu salah sampai Israel perlahan-lahan menghancurkan dirinya sendiri, dan hanya dapat dicegah oleh sebuah pola pikir yang samasekali baru," tambahnya.
Wacana publik tidak akan mengakui hal itu atau bahwa rakyat Palestina telah kehilangan 80% tanahnya dalam waktu hanya beberapa bulan, sekitar 800,000 dari mereka dirampas tanahnya atau dibunuh. Kemudian di tahun 1967 mereka kehilangan sisanya yang 20%, tidak dikembalikan setelah 43 tahun, tidak juga menerima keadilan dalam bentuk apapun, operasi Cast Lead dan blokade Gaza adalah contoh terbaru yang paling ekstrim.
Tidak heran jika pada tanggal 31 Mei 2010 lalu pasukan Israel menyerang aktivis perdamaian yang berusaha mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Menteri Pertahanan Ehud Barak pernah memimpin unit serupa dan kakak tertua Benjamin Netanyahu, Yonatan, memimpin 100 tentara dalam Operasi Entebbe, 4 Juli 1976, sebuah misi penyelamatan sandera di bandara Entebbe, Uganda.
"Itu adalah perbuatan heroik, bukan membunuh para aktivis perdamaian yang tidak bersenjata di perairan internasional."
Enam ratus penumpang Freedom Flotilla diserang di perairan internasional setelah frekuensi satelit Turksat dan komunikasi telepon satelitnya diblokir untuk mencegah bocornya laporan pembunuhan massal dan kontak dengan kapal-kapal lain.
Sema Islek, seorang perawat dari Turki, menyebut "penindasan psikologis dan penyiksaan fisik mereka luar biasa." Warga Turki dan Muslim lainnya diperlakukan paling buruk, ujar mantan anggota parlemen Jerman Norman Paech, "Tentara Israel memperlihatkan perilaku rasis secara terang-terangan, memperlakukan kami lebih baik daripada penumpang Turki dan Arab."
Sembilan penumpang tewas dalam serangan itu, delapan dari mereka adalah warga negara Turki. Korban kesembilan adalah warga Turki Amerika. Kebanyakan mereka yang terluka juga orang Turki atau keturunan Arab atau Turki. Jelas mereka telah diidentifikasi sebelumnya. Pasukan Israel memiliki nama-nama dan foto dari sasaran pembunuhan, yang diperintahkan oleh petinggi Israel, termasuk komandan IDF (militer Israel) untuk melakukan pembunuhan berdarah dingin.
Pengacara profesional telah mendaftarkan diri untuk mewakil keluarga-keluarga dari korban yang terbunuh, terluka, dan menjadi subyek perlakukan kejam dan memalukan. Sebuah kejahatan terhadap kemanusiaan oleh sebuah rezim yang mencemooh kebebasan demokratis, mencemari aturan hukum, mendukung rasisme, ekstremisme, kekerasan dan penyiksaan sebagai kebijakan resmi, termasuk melawan aktivis perdamaian yang membawa bantuan kemanusiaan penting ke Gaza. (rin/pt)
Sumber: suaramedia