Kalina
Moderator
BATUSANGKAR - Istana kebanggaan masyarakat Minangkabau, Istana Basa Pagaruyung, ludes terbakar tadi malam. Istana yang merupakan bukti sejarah Kerajaan Pagarayung itu rata dengan tanah setelah api yang berasal dari sambaran petir meluluhlantakkan bangunan yang sebagian besar terbuat dari kayu tersebut.
Atap dari ijuk ikut mempercepat api melalap semua bangunan dan isi istana yang terletak di Kenagarian Pagaruyung, 100 kilometer dari kota Padang, ibu kota Sumatera Barat, itu.
Informasi yang dihimpun koran ini dari lokasi kejadian, kebakaran yang menghanguskan Istana Basa Pagaruyung tersebut mulai terjadi sekitar pukul 20.00.
Sebelumnya, daerah setempat dilanda hujan yang diikuti angin kencang. Lalu, tiba-tiba petir yang menggelegar menyambar bagian puncak istana dengan cepat.
Menurut saksi mata bernama Andri, api awalnya membakar dua gonjong (atap) istana yang menjadi tempat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima gelar Yang Dipertuan Maharajo Pamuncak Sari Alam pada 22 September 2006.
Wakil Kepala Kepolisian Resort (Wakapolres) Tanahdatar Kompol Diarsyah Darwis mengungkapkan, upaya pemadaman api terkendala minimnya peralatan. Armada pemadam kebakaran yang dikerahkan dari Batusangkar tidak ada yang dilengkapi dengan tangga. Akibatnya, upaya pemadaman tidak bisa dilakukan dari jarak dekat. "Mobil pemadam kebakaran dari Padang baru datang sekitar pukul 21.00 WIB, ketika istana sudah ludes dan rata dengan tanah," kata Diarsyah.
Istana Basa yang terbakar tadi malam sebenarnya adalah replika dari yang asli. Istana Basa asli yang terletak di atas Bukit Batu Patah terbakar habis pada sebuah kerusuhan berdarah pada 1804.
Pembangunan kembali Istana Basa dilakukan dengan peletakan tunggak tuo (tiang utama) pada 27 Desember 1976 oleh Gubernur Sumatera Barat saat itu Harun Zain. Pada akhir 1970-an, istana tersebut dibuka untuk umum. Istana itu juga tercatat sebagai salah satu objek wisata yang paling banyak dikunjungi di Sumbar.
Di sekitar Istana Basa, ada banyak objek wisata unik, seperti kompleks pemakaman raja dan bangsawan Minang. Ada beberapa kompleks makam dan yang paling terkenal adalah Kubur Rajo, sedikit di luar kota ke arah Padang Panjang. Kompleks makam bangsawan yang berada dekat Istana Basa menampilkan batu nisan yang unik.
Selain terbuat dari batu besar utuh yang berpahat, batu nisan itu mempunyai bentuk berdasar jabatan orang yang dimakamkan. Masih di dekat Istana Basa, ada sekelompok batu prasasti yang tidak hanya menceritakan sejarah Minang, tapi juga sepenggal sejarah Nusantara secara utuh.
Sejumlah pejabat dan tokoh penting pernah di-lewa-kan (dilantik) menerima gelar kehormatan adat Minangkabau di istana itu. Menurut Ketua Lembaga Adat Alam Minangkabau (LAAM) Kamardi Rais Dt. Panjang Simulie menyebutkan, pejabat dan tokoh penting yang pernah dilantik di Istana Basa Pagaruyung, antara lain, Raja Negeri Sembilan Malaysia Tuanku Ja?afar Bin Tuanku Abdul Rahman, Sultan Hamengkubowono X, Taufiq Kiemas (suami mantan Presiden Megawati), Megawati (ketika menjadi presiden), Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Anwar Nasution, dan terakhir Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
"Kita berharap Gubernur Gamawan segera merembukkan lagi pembangunan Istana Basa Pagaruyung, seperti Harun Zain membangun dulu," kata Kamardi.
Istana Pagaruyung, lanjut Kamardi, harus secepatnya dibangun. Sebab, istana itu merupakan simbol-simbol penting dari sejarah Minangkabau dan Sumatera Barat. "Jangan sampai simbol-simbol kita hilang," tukasnya.
Gubernur Gamawan Fauzi yang masih berada di Jakarta tadi malam mengaku terkejut dengan peristiwa kebakaran yang menghanguskan Istana Basa Pagaruyung itu. "Tapi yang jelas, kita segera bicarakan dengan pihak terkait, seperti LAAM dan pemuka-pemuka adat serta kepala daerah di Sumbar. Yang pasti, istana itu harus segera kita bangun," tegasnya.
Sementara itu, Bundo Kanduang Sumbar Raudha Taib mengatakan, kebakaran itu telah menimbulkan kerugian yang sangat besar. Sebab, yang ludes tidak hanya istana. Seluruh candi dan kain-kain hiasan di dalam istana juga ikut hangus. "Isinya candi dan kain-kain hiasan. Kerugiannya sangat besar," jelas Raudha ketika dihubungi koran ini tadi malam.
Menyinggung apakah kebakaran itu merupakan pertanda tentang sesuatu, dia tidak mau berkomentar. Raudha Taib hanya mengatakan, terbakarnya istana tersebut merupakan rahasia Tuhan yang tak bisa ditebak. "Ada orang mengatakan itu peringatan, tapi kita tidak bisa menebaknya," ujarnya.
Atap dari ijuk ikut mempercepat api melalap semua bangunan dan isi istana yang terletak di Kenagarian Pagaruyung, 100 kilometer dari kota Padang, ibu kota Sumatera Barat, itu.
Informasi yang dihimpun koran ini dari lokasi kejadian, kebakaran yang menghanguskan Istana Basa Pagaruyung tersebut mulai terjadi sekitar pukul 20.00.
Sebelumnya, daerah setempat dilanda hujan yang diikuti angin kencang. Lalu, tiba-tiba petir yang menggelegar menyambar bagian puncak istana dengan cepat.
Menurut saksi mata bernama Andri, api awalnya membakar dua gonjong (atap) istana yang menjadi tempat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima gelar Yang Dipertuan Maharajo Pamuncak Sari Alam pada 22 September 2006.
Wakil Kepala Kepolisian Resort (Wakapolres) Tanahdatar Kompol Diarsyah Darwis mengungkapkan, upaya pemadaman api terkendala minimnya peralatan. Armada pemadam kebakaran yang dikerahkan dari Batusangkar tidak ada yang dilengkapi dengan tangga. Akibatnya, upaya pemadaman tidak bisa dilakukan dari jarak dekat. "Mobil pemadam kebakaran dari Padang baru datang sekitar pukul 21.00 WIB, ketika istana sudah ludes dan rata dengan tanah," kata Diarsyah.
Istana Basa yang terbakar tadi malam sebenarnya adalah replika dari yang asli. Istana Basa asli yang terletak di atas Bukit Batu Patah terbakar habis pada sebuah kerusuhan berdarah pada 1804.
Pembangunan kembali Istana Basa dilakukan dengan peletakan tunggak tuo (tiang utama) pada 27 Desember 1976 oleh Gubernur Sumatera Barat saat itu Harun Zain. Pada akhir 1970-an, istana tersebut dibuka untuk umum. Istana itu juga tercatat sebagai salah satu objek wisata yang paling banyak dikunjungi di Sumbar.
Di sekitar Istana Basa, ada banyak objek wisata unik, seperti kompleks pemakaman raja dan bangsawan Minang. Ada beberapa kompleks makam dan yang paling terkenal adalah Kubur Rajo, sedikit di luar kota ke arah Padang Panjang. Kompleks makam bangsawan yang berada dekat Istana Basa menampilkan batu nisan yang unik.
Selain terbuat dari batu besar utuh yang berpahat, batu nisan itu mempunyai bentuk berdasar jabatan orang yang dimakamkan. Masih di dekat Istana Basa, ada sekelompok batu prasasti yang tidak hanya menceritakan sejarah Minang, tapi juga sepenggal sejarah Nusantara secara utuh.
Sejumlah pejabat dan tokoh penting pernah di-lewa-kan (dilantik) menerima gelar kehormatan adat Minangkabau di istana itu. Menurut Ketua Lembaga Adat Alam Minangkabau (LAAM) Kamardi Rais Dt. Panjang Simulie menyebutkan, pejabat dan tokoh penting yang pernah dilantik di Istana Basa Pagaruyung, antara lain, Raja Negeri Sembilan Malaysia Tuanku Ja?afar Bin Tuanku Abdul Rahman, Sultan Hamengkubowono X, Taufiq Kiemas (suami mantan Presiden Megawati), Megawati (ketika menjadi presiden), Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Anwar Nasution, dan terakhir Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
"Kita berharap Gubernur Gamawan segera merembukkan lagi pembangunan Istana Basa Pagaruyung, seperti Harun Zain membangun dulu," kata Kamardi.
Istana Pagaruyung, lanjut Kamardi, harus secepatnya dibangun. Sebab, istana itu merupakan simbol-simbol penting dari sejarah Minangkabau dan Sumatera Barat. "Jangan sampai simbol-simbol kita hilang," tukasnya.
Gubernur Gamawan Fauzi yang masih berada di Jakarta tadi malam mengaku terkejut dengan peristiwa kebakaran yang menghanguskan Istana Basa Pagaruyung itu. "Tapi yang jelas, kita segera bicarakan dengan pihak terkait, seperti LAAM dan pemuka-pemuka adat serta kepala daerah di Sumbar. Yang pasti, istana itu harus segera kita bangun," tegasnya.
Sementara itu, Bundo Kanduang Sumbar Raudha Taib mengatakan, kebakaran itu telah menimbulkan kerugian yang sangat besar. Sebab, yang ludes tidak hanya istana. Seluruh candi dan kain-kain hiasan di dalam istana juga ikut hangus. "Isinya candi dan kain-kain hiasan. Kerugiannya sangat besar," jelas Raudha ketika dihubungi koran ini tadi malam.
Menyinggung apakah kebakaran itu merupakan pertanda tentang sesuatu, dia tidak mau berkomentar. Raudha Taib hanya mengatakan, terbakarnya istana tersebut merupakan rahasia Tuhan yang tak bisa ditebak. "Ada orang mengatakan itu peringatan, tapi kita tidak bisa menebaknya," ujarnya.