lala_lulu
New member
Tersingkir dini dari ajang Piala Dimia 2010 tak hanya membuat fans Italia kecewa. Perekonomian Italia pun terkena imbas, dan merugi hingga USD 177 juta atau sekitar Rp 1,6 triliun.
Italia gagal lolos dari penyisihan Grup F setelah ditumbangkan Slovakia 2-3 pada laga terakhir, Kamis (17/6). Tragisnya, Italia tidak pernah meraih kemenangan dan menjadi juru kunci klasemen. Namun, kegagalan Italia tidak hanya membuat fans kesal, tapi juga mengakibatkan merosotnya perekonomian Negeri Mode. Itu terjadi karena hilangnya demam Piala Dunia 2010 yang ditandai dengan menurun drastis jumlah orang yang menyaksikan pertandingan.
Tentu saja hal itu memengaruhi pemasukan pengelola restoran dan bar. Menurut Kamar Dagang Monza, restoran dan bar di Italia batal mendapatkan untung. Seharusnya sekitar USD 82 juta bisa mereka peroleh jika Gli Azzurri melangkah ke babak gugur. Kerugian juga dialami perusahaan, baik pribadi maupun swasta, yang menyewakan perlengkapan nonton bareng seperti layar raksasa. Dilaporkan mereka merugi hingga USD 86 juta.
“Kegagalan Italia tidak akan menghancurkan perekonomian nasional, Biasanya hanya terjadi sektor tertentu. Ini hanya kerusakan psikologis dan berlaku untuk jangka pendek,” ungkap Ketua Produsen Ban Pirelli & C SpA Marco Tronchetti pada La Stampa.
Sementara itu, tim Italia tiba diBandara Fiumicino, Roma, Sabtu (26/6). Pasukan Marcello Lippi meninggalkan Afrika Selatan (Afsel), Jumat (25/) pagi. Di bandara, sejumlah fans menunggu dengan hujatan-hujatan yang dialamatkan kepada Fabio Cannavaro dkk.
Peristiwa ini seperti mengulang kejadian pada 1996, saat Italia gagal di Piala Dunia 1966. Setibanya di Italia pasukan Edmondo Fabbri juga disambut dengan sumpah serapah, bahkan dilempari tomat busuk begitu keluar dari bandara. Kekecewaan memang sangat dirasakan pendukung Gli Azzurri saat itu. Sebab, Italia bertandang ke Inggris dengan ekspektasi mengakhiri keterpurukan di Piala Dunia. Setelah merebut dua gelar beruntun pada 1934 dan 1938, Italia tidak bisa berbuat banyak. Pada 1950 dan 1954 tersingkir di penyisihan.
Penderitaan pasukan 1966 dialami pula pasukan 2010. Mereka tidak henti-hentinya dihina. Di antara semua pemain, sasaran utama adalah Fabio Cannavano selaku kapten tim dan striker Alberto Gilardirno, walau tidak sampai dilempani tomat busuk. “Kalian sangat memalukan,” ujar fans Italia, mengumpat, dilansir Footbalitalia.
Sumber : Sindo
Italia gagal lolos dari penyisihan Grup F setelah ditumbangkan Slovakia 2-3 pada laga terakhir, Kamis (17/6). Tragisnya, Italia tidak pernah meraih kemenangan dan menjadi juru kunci klasemen. Namun, kegagalan Italia tidak hanya membuat fans kesal, tapi juga mengakibatkan merosotnya perekonomian Negeri Mode. Itu terjadi karena hilangnya demam Piala Dunia 2010 yang ditandai dengan menurun drastis jumlah orang yang menyaksikan pertandingan.
Tentu saja hal itu memengaruhi pemasukan pengelola restoran dan bar. Menurut Kamar Dagang Monza, restoran dan bar di Italia batal mendapatkan untung. Seharusnya sekitar USD 82 juta bisa mereka peroleh jika Gli Azzurri melangkah ke babak gugur. Kerugian juga dialami perusahaan, baik pribadi maupun swasta, yang menyewakan perlengkapan nonton bareng seperti layar raksasa. Dilaporkan mereka merugi hingga USD 86 juta.
“Kegagalan Italia tidak akan menghancurkan perekonomian nasional, Biasanya hanya terjadi sektor tertentu. Ini hanya kerusakan psikologis dan berlaku untuk jangka pendek,” ungkap Ketua Produsen Ban Pirelli & C SpA Marco Tronchetti pada La Stampa.
Sementara itu, tim Italia tiba diBandara Fiumicino, Roma, Sabtu (26/6). Pasukan Marcello Lippi meninggalkan Afrika Selatan (Afsel), Jumat (25/) pagi. Di bandara, sejumlah fans menunggu dengan hujatan-hujatan yang dialamatkan kepada Fabio Cannavaro dkk.
Peristiwa ini seperti mengulang kejadian pada 1996, saat Italia gagal di Piala Dunia 1966. Setibanya di Italia pasukan Edmondo Fabbri juga disambut dengan sumpah serapah, bahkan dilempari tomat busuk begitu keluar dari bandara. Kekecewaan memang sangat dirasakan pendukung Gli Azzurri saat itu. Sebab, Italia bertandang ke Inggris dengan ekspektasi mengakhiri keterpurukan di Piala Dunia. Setelah merebut dua gelar beruntun pada 1934 dan 1938, Italia tidak bisa berbuat banyak. Pada 1950 dan 1954 tersingkir di penyisihan.
Penderitaan pasukan 1966 dialami pula pasukan 2010. Mereka tidak henti-hentinya dihina. Di antara semua pemain, sasaran utama adalah Fabio Cannavano selaku kapten tim dan striker Alberto Gilardirno, walau tidak sampai dilempani tomat busuk. “Kalian sangat memalukan,” ujar fans Italia, mengumpat, dilansir Footbalitalia.
Sumber : Sindo