umangvirmaker
New member
Mungkin ini sudah jadi kehendakNya, bahwa aku harus bertemu dengannya dan kemudian membuka hatiku padanya, membiarkan dia masuk, dan membiarkan aku terluka dengan tercampakkan seperti ini.
Ada sesuatu di dada ini, membuat sesak, sedikit rasa nyeri, namun menusuk sangat dalam, dalam sekali... napas ini terasa berat, namun tenang jika ku hembuskan... sesaat kemudian, sesak itu kembali hadir mengisi rongga dada.
Sakit dan patah hati, terluka karena mencintai, dicampakkan, mencintai yang tidak mencintai, segala rasa yang tak mudah diungkapkan dengan kata ini sudah menjadi bagian dalam rutinitas kehidupanku yang entah tinggal beberapa saat lagi. Memang tidak mudah, tetapi aku terbiasa.
Aku bertemu dengannya di suatu siang yang membosankan. Bersama dua teman lama, gerah dan letih, aku melangkah berat dengan membawa sekantong besar kegelisahan. Senyum dan sapa yang meneduhkan hati itu telah memisahkan aku dengan dua teman lamaku, dan membuat aku kehilangan sekantong besar dan berat itu. Siang yang membosankan menjadi menarik hati dan suasana menjadi indah.
Siapa yang sangka jika di balik wajah ayu menggemaskan itu tersimpan duka yang mendalam, sebuah rasa karena ditinggalkan. Kami bertemu, menyapa, dan saling bertanya kabar. Tak mudah melepaskan kesempatan ini begitu saja, sesuatu yang bisa dikatakan sangat langka dalam kehidupanku.
Percakapan yang singkat itu memberi arti yang dalam bagiku, karena begitu mudah saja dia menerobos dalam hatiku yang sudah tidak percaya pada cinta ini. Hadir hasrat untuk bersamanya, betapa tidak? Aku selalu memimpikan dia, entah dia pada saat itu adalah siapa.
Ada arti baru bagiku untuk tetap berada di rantauan ini, melanjutkan petualangan mencari arti diri. Setidaknya aku ingin menemukan diri ini memiliki arti bagi seseorang.
Aku menjadi lebih tersiksa ingin segera bertemu saat kami bernyanyi di waktu yang sama di tempat yang berbeda. Suaranya bagiku merdu, meskipun bagimu mungkin suaranya seperti mesin ketik di kantor yang sudah usang.
Tak sabar aku menunggunya, tak terhitung khayalan bersamanya. Hingga suatu saat aku tahu bahwa seseorang tengah meninggalkannya, dan dia sangat mencintai seseorang itu.
Dengan isak tangis dan air mata yang dapat kurasakan itu, dia menceritakan apa yang terjadi. Hal itu membuat aku menjadi semakin sayang kepadanya. Aku semakin tak sabar mendekapnya dan mengobati luka yang ada dalam hatinya. Namun dia masih sangat mencintai kekasihnya yang telah meninggalkannya itu. Aku kemudian berjanji untuk tidak megungkapkan apa yang aku rasakan pada dirinya itu.
Tiba saat aku bertemu dengannya, di sebuah Mall yang tak akan kulupakan. Kami memesan makanan dan duduk berhadapan. Aku merasa berada di sebuah dunia yang baru, yang sangat lama kuimpikan. Setelah itu, kami berjalan bersama. Aku suka saat dia memegang lenganku saat menyeberangi jalan. Membuat aku merasa sedikit bangga dan bahagia. Kebersamaan itu kemudian berlanjut ke tempat dimana dia tinggal. Kami shalat bersama, dan karena itu malam Nisyfu Sya’ban, kami membaca qur’an bersama.
Tak berhenti sampai disitu, kami pun meluncur ke sebuah tempat yang menurutku sangat romantis. Kami makan nasi kalong di tempat itu, dan aku merasa sangat berarti untuk dirinya, setidaknya itu hanya perasaanku saja. Memandangnya, aku takjub...
Aku begitu terpesona dan aku menjadi semakin menderita. Aku menderita karena perasaan ini tak bisa kuungkapkan. Aku tetap bersabar, hingga di malam berikut saat aku menemani dia, adiknya, dan pacar adiknya untuk nonton di sebuah bioskop. Kami duduk berdampingan, itu sebuah kebetulan saja. Sebelumnya, kami karaokean bersama, dan waktu aku haus dia memberiku air minumnya. Saat nonton, aku tak bisa menahan hati, aku menggenggam tangannya dan dia membiarkannya.
Setelah keluar dari bioskop itu, aku tiba-tiba merasa bersalah. Aku tidak semestinya melakukan hal tadi. Aku berusaha untuk mengindarinya, dan aku kemudian mengantarkan mereka kembali ke tempat tinggalnya. Merasa sudah terlanjur, aku kemudian mengirimkan pesan-pesan bahwa aku menyukainya.
Sepertinya tidak mudah masuk ke dalam hatinya, ataukah memang aku bukanlah seseorang yang pantas mendapatkan tempat dalam hatinya. Yah... bisa ditebak apa yang kumaksudkan. Aku sedih, sakit, terluka, yah... untuk kesekian kalinya, begitulah jika kita menjadi orang yang tidak mudah dicintai. Tak ada siapapun yang ingin memiliki aku, percayalah...
Meskipun demikian, aku tak merelakan perasaan ini hilang. Aku akan memelihara perasaan ini, entah sampai kapan. Aku selalu bersedia menemaninya di saat dia butuhkan, dan tak mengapa aku ditinggalkan di saat aku tak dibutuhkan lagi. Aku begitu terluka saat semalam dia menangis dalam pelukanku, ku belai rambut dan kepalanya, ku genggam tangannya, ku usap air matanya. Aku berharap aku bisa memberikan dia kekuatan untuk bangkit dari keterpurukannya.
Aku tak memaksakan diri untuk bisa memilikinya, karena aku tahu benar bahwa itu tak akan mungkin. Cukup sekali aku ungkapkan perasaan ini padanya, dan aku bersumpah tidak akan kuulangi lagi, walaupun perasaan ini akan tetap ada untuk dia. Dia datang dan pergi sesuka hati, mendatangiku dan mencampakkanku jika dia suka, dan aku benar-benar mengerti siapalah diri ini.
Aku sama sekali tidak akan menyalahkannya, hingga kapanun aku tidak akan menyalahkannya. Kini aku hanya akan diam dan berusaha untuk menikmati perasaan ini. Mungkin sudah jalanku, dan aku tidak akan mengubahnya, Tuhan tahu bahwa aku harus menikmati perasaan ini.
Dia tidak akan mungkin menerimaku, karena aku bukanlah seseorang yang memiliki sesuatu yang bisa kubanggakan. Aku hanya seorag laki-laki yang kekurangan kalsium dan kuno di matanya. Dia mungkin akan segera melupakan kekasih brengsek yang telah melukainya itu, namun yang jelas dia tidak akan membuka hatinya untuk aku. Karena dia layak mendapatkan yang lebih baik, dan aku bahkan tidak masuk hitungan yang kurang baik baginya. Kini aku hanya diam dan menikmati rasa ini sendiri. Aku akan mengenang tempat-tempat dimana kami bersama, meskipun keindahan itu cuma aku yang rasa. Aku khayalkan dia datang saat ini, meskipun aku tahu bahwa itu tidak akan mungkin.
Aku berharap dia mendapatkan yang dia cari, yang dia inginkan, dan yang dia harapkan. Dan aku tidak berharap dia tahu bahwa mungkin hanya aku yang benar-benar mencintai dia dengan begitu mudahnya, dan betapa perhatianku padanya tak meminta imbalan apapun. Semoga dia tidak pernah tahu bahwa hanya aku yang mampu menyayangi dia tanpa dia ketahui, dan tanpa mengharapkan dia membalas kasih sayangku padanya...
Aku berikan dia sebuah arti, dan aku memberiku sebuah arti, dan aku tak menemukan aku berarti untuk dirinya.... pelukan terima kasih yang pertama dan mungkin yang terakhir, akan menjadi sebuah kenangan paling indah dalam hidupku, dan tak akan ku hapus dari ingatanku. Baginya mungkin semua itu biasa saja, bagiku luar biasa, karena aku tahu betapa rasa ini langka dan berarti. Aku tak bisa berikan kau dunia, tetapi aku akan berikan kau arti kehidupan yang sesungguhnya, meskipun kau tidak pernah menyadarinya dan bahkan tidak mau menerimanya.
29 Juli 2010
Ada sesuatu di dada ini, membuat sesak, sedikit rasa nyeri, namun menusuk sangat dalam, dalam sekali... napas ini terasa berat, namun tenang jika ku hembuskan... sesaat kemudian, sesak itu kembali hadir mengisi rongga dada.
Sakit dan patah hati, terluka karena mencintai, dicampakkan, mencintai yang tidak mencintai, segala rasa yang tak mudah diungkapkan dengan kata ini sudah menjadi bagian dalam rutinitas kehidupanku yang entah tinggal beberapa saat lagi. Memang tidak mudah, tetapi aku terbiasa.
Aku bertemu dengannya di suatu siang yang membosankan. Bersama dua teman lama, gerah dan letih, aku melangkah berat dengan membawa sekantong besar kegelisahan. Senyum dan sapa yang meneduhkan hati itu telah memisahkan aku dengan dua teman lamaku, dan membuat aku kehilangan sekantong besar dan berat itu. Siang yang membosankan menjadi menarik hati dan suasana menjadi indah.
Siapa yang sangka jika di balik wajah ayu menggemaskan itu tersimpan duka yang mendalam, sebuah rasa karena ditinggalkan. Kami bertemu, menyapa, dan saling bertanya kabar. Tak mudah melepaskan kesempatan ini begitu saja, sesuatu yang bisa dikatakan sangat langka dalam kehidupanku.
Percakapan yang singkat itu memberi arti yang dalam bagiku, karena begitu mudah saja dia menerobos dalam hatiku yang sudah tidak percaya pada cinta ini. Hadir hasrat untuk bersamanya, betapa tidak? Aku selalu memimpikan dia, entah dia pada saat itu adalah siapa.
Ada arti baru bagiku untuk tetap berada di rantauan ini, melanjutkan petualangan mencari arti diri. Setidaknya aku ingin menemukan diri ini memiliki arti bagi seseorang.
Aku menjadi lebih tersiksa ingin segera bertemu saat kami bernyanyi di waktu yang sama di tempat yang berbeda. Suaranya bagiku merdu, meskipun bagimu mungkin suaranya seperti mesin ketik di kantor yang sudah usang.
Tak sabar aku menunggunya, tak terhitung khayalan bersamanya. Hingga suatu saat aku tahu bahwa seseorang tengah meninggalkannya, dan dia sangat mencintai seseorang itu.
Dengan isak tangis dan air mata yang dapat kurasakan itu, dia menceritakan apa yang terjadi. Hal itu membuat aku menjadi semakin sayang kepadanya. Aku semakin tak sabar mendekapnya dan mengobati luka yang ada dalam hatinya. Namun dia masih sangat mencintai kekasihnya yang telah meninggalkannya itu. Aku kemudian berjanji untuk tidak megungkapkan apa yang aku rasakan pada dirinya itu.
Tiba saat aku bertemu dengannya, di sebuah Mall yang tak akan kulupakan. Kami memesan makanan dan duduk berhadapan. Aku merasa berada di sebuah dunia yang baru, yang sangat lama kuimpikan. Setelah itu, kami berjalan bersama. Aku suka saat dia memegang lenganku saat menyeberangi jalan. Membuat aku merasa sedikit bangga dan bahagia. Kebersamaan itu kemudian berlanjut ke tempat dimana dia tinggal. Kami shalat bersama, dan karena itu malam Nisyfu Sya’ban, kami membaca qur’an bersama.
Tak berhenti sampai disitu, kami pun meluncur ke sebuah tempat yang menurutku sangat romantis. Kami makan nasi kalong di tempat itu, dan aku merasa sangat berarti untuk dirinya, setidaknya itu hanya perasaanku saja. Memandangnya, aku takjub...
Aku begitu terpesona dan aku menjadi semakin menderita. Aku menderita karena perasaan ini tak bisa kuungkapkan. Aku tetap bersabar, hingga di malam berikut saat aku menemani dia, adiknya, dan pacar adiknya untuk nonton di sebuah bioskop. Kami duduk berdampingan, itu sebuah kebetulan saja. Sebelumnya, kami karaokean bersama, dan waktu aku haus dia memberiku air minumnya. Saat nonton, aku tak bisa menahan hati, aku menggenggam tangannya dan dia membiarkannya.
Setelah keluar dari bioskop itu, aku tiba-tiba merasa bersalah. Aku tidak semestinya melakukan hal tadi. Aku berusaha untuk mengindarinya, dan aku kemudian mengantarkan mereka kembali ke tempat tinggalnya. Merasa sudah terlanjur, aku kemudian mengirimkan pesan-pesan bahwa aku menyukainya.
Sepertinya tidak mudah masuk ke dalam hatinya, ataukah memang aku bukanlah seseorang yang pantas mendapatkan tempat dalam hatinya. Yah... bisa ditebak apa yang kumaksudkan. Aku sedih, sakit, terluka, yah... untuk kesekian kalinya, begitulah jika kita menjadi orang yang tidak mudah dicintai. Tak ada siapapun yang ingin memiliki aku, percayalah...
Meskipun demikian, aku tak merelakan perasaan ini hilang. Aku akan memelihara perasaan ini, entah sampai kapan. Aku selalu bersedia menemaninya di saat dia butuhkan, dan tak mengapa aku ditinggalkan di saat aku tak dibutuhkan lagi. Aku begitu terluka saat semalam dia menangis dalam pelukanku, ku belai rambut dan kepalanya, ku genggam tangannya, ku usap air matanya. Aku berharap aku bisa memberikan dia kekuatan untuk bangkit dari keterpurukannya.
Aku tak memaksakan diri untuk bisa memilikinya, karena aku tahu benar bahwa itu tak akan mungkin. Cukup sekali aku ungkapkan perasaan ini padanya, dan aku bersumpah tidak akan kuulangi lagi, walaupun perasaan ini akan tetap ada untuk dia. Dia datang dan pergi sesuka hati, mendatangiku dan mencampakkanku jika dia suka, dan aku benar-benar mengerti siapalah diri ini.
Aku sama sekali tidak akan menyalahkannya, hingga kapanun aku tidak akan menyalahkannya. Kini aku hanya akan diam dan berusaha untuk menikmati perasaan ini. Mungkin sudah jalanku, dan aku tidak akan mengubahnya, Tuhan tahu bahwa aku harus menikmati perasaan ini.
Dia tidak akan mungkin menerimaku, karena aku bukanlah seseorang yang memiliki sesuatu yang bisa kubanggakan. Aku hanya seorag laki-laki yang kekurangan kalsium dan kuno di matanya. Dia mungkin akan segera melupakan kekasih brengsek yang telah melukainya itu, namun yang jelas dia tidak akan membuka hatinya untuk aku. Karena dia layak mendapatkan yang lebih baik, dan aku bahkan tidak masuk hitungan yang kurang baik baginya. Kini aku hanya diam dan menikmati rasa ini sendiri. Aku akan mengenang tempat-tempat dimana kami bersama, meskipun keindahan itu cuma aku yang rasa. Aku khayalkan dia datang saat ini, meskipun aku tahu bahwa itu tidak akan mungkin.
Aku berharap dia mendapatkan yang dia cari, yang dia inginkan, dan yang dia harapkan. Dan aku tidak berharap dia tahu bahwa mungkin hanya aku yang benar-benar mencintai dia dengan begitu mudahnya, dan betapa perhatianku padanya tak meminta imbalan apapun. Semoga dia tidak pernah tahu bahwa hanya aku yang mampu menyayangi dia tanpa dia ketahui, dan tanpa mengharapkan dia membalas kasih sayangku padanya...
Aku berikan dia sebuah arti, dan aku memberiku sebuah arti, dan aku tak menemukan aku berarti untuk dirinya.... pelukan terima kasih yang pertama dan mungkin yang terakhir, akan menjadi sebuah kenangan paling indah dalam hidupku, dan tak akan ku hapus dari ingatanku. Baginya mungkin semua itu biasa saja, bagiku luar biasa, karena aku tahu betapa rasa ini langka dan berarti. Aku tak bisa berikan kau dunia, tetapi aku akan berikan kau arti kehidupan yang sesungguhnya, meskipun kau tidak pernah menyadarinya dan bahkan tidak mau menerimanya.
29 Juli 2010