buddye8910i
New member
Museum
HOBI merupakan kegiatan di waktu luang yang dilakukan dengan senang hati dan tentunya juga bermanfaat bagi si pelaku hobi tersebut. Hobi tentu saja harus asyik bagi pelakunya. Untuk sebagian orang, jalan-jalan ke museum ternyata bisa menjadi hobi yang asyik juga.
Memang harus diakui, pergi ke museum saat ini bukanlah pilihan utama bagi banyak orang. Mereka yang tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta lebih senang jalan-jalan ke pusat perbelanjaan, menonton bioskop, atau melakukan hobi lainnya daripada jalan-jalan ke museum. Untunglah ada sebuah komunitas yang diberi nama Sahabat Museum (SM). Komunitas yang dipimpin Ade Purnama, seorang anak muda yang lahir di Bali tahun 1976 ini, berhasil mengajak sejumlah masyarakat Jakarta untuk jalan-jalan ke museum.
Komunitas itu sendiri dibentuknya setelah Adep, demikian dia biasa dipanggil, mengikuti acara Wisata Kampung Tua yang diselenggarakan Museum Sejarah Jakarta tahun 2002. Dia lalu mempunyai ide membantu museum membenahi acara yang dianggap sangat menarik dan berpotensi dipublikasikan menjadi suatu edutainment (pendidikan yang dilakukan dengan menghibur) untuk masyarakat umum.
Adep lalu menghubungi beberapa rekannya, dan dari situlah terbentuk komunitas SM. Komunitas tersebut saling berbagi informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan sejarah, seni, dan budaya, baik mengenai Indonesia pada umumnya, maupun Jakarta pada khususnya. SM juga memberikan informasi dan mengadakan kunjungan ke museum, lokasi, dan bangunan-bangunan yang mempunyai nilai sejarah yang menarik untuk dikunjungi.
Salah satu acara yang dilakukan komunitas itu adalah jalan-jalan ke Lapangan Monumen Nasional (Monas) yang pada zaman Hindia-Belanda (nama Indonesia saat dikuasai Belanda) dikenal dengan nama Koningsplein. Kegiatan Koningsplein ini adalah naik delman, lalu berkunjung ke Museum Nasional yang pernah popular disebut Gedong Gadjah. Acara yang diadakan akhir Februari 2005, berhasil menjaring tak kurang dari 350 peserta, mulai dari anak kecil sampai orang tua berusia lanjut.
Banyak peserta acara yang dinamakan Plesiran Tempo Doeloe (PTD) Koningsplein-Gedong Gadjah yang merasa terkesan. Walaupun sudah bertahun-tahun tinggal di Jakarta, cukup banyak yang baru pertama kali datang ke Monas dan Museum Nasional. Namun tak sedikit pula yang untuk pertama kalinya merasakan naik delman. Acara semakin mengasyikkan, karena peserta PTD diajak nonton film tua mengenai beberapa kota di Jakarta.
Hanya sayang, sejumlah peserta menganggap pemutaran film itu terlalu lama sehingga jalan-jalan di dalam Museum Nasional kurang maksimal, dan tidak bisa lebih lama memperhatikan benda-benda koleksi bersejarah yang dipajang di situ.
Kerbau
Namun, secara keseluruhan para peserta merasa mendapat banyak pengetahuan baru. Bayangkan, siapa sangka Monas pernah menjadi lapangan untuk menggembala kerbau. Tak heran bila dulu sempat dinamakan buffelveld alias lapangan kerbau. Pada tahun 1809, ketika Daendels menjadi gubernur jenderal di Hindia-Belanda, lapangan itu berganti nama menjadi champ de mars, tempat para anggota tentara setempat berlatih baris-berbaris.
Pada tahun 1816, lapangan itu berubah lagi namanya menjadi Koningsplein yang artinya lapangan raja. Tak heran karena di dekat itu (kini namanya Jalan Merdeka Utara), juga terdapat istana yang sekarang kita kenal dengan nama Istana Merdeka.
Selain nama Koningsplein, lapangan itu juga sempat dijuluki oleh penduduk bumiputera sebagai Lapangan Gambir. Ada dua versi nama itu. Versi pertama, nama itu berasal dari tanaman gambir, yang biasanya dipakai sebagai ramuan pelengkap makan sirih, dan versi kedua, nama itu berasal dari nama seorang letnan yang diperintah Daendels untuk membuka lahan baru di tempat itu.
Lapangan Gambir belakangan juga dikenal sebagai Lapangan Ikada. Di tempat itu, 19 September 1945 pernah terjadi peristiwa bersejarah saat Bung Karno, walaupun di tengah ancaman tentara Jepang yang sebenarnya sudah kalah di Perang Dunia II, tetap datang memberi semangat kepada rakyat Indonesia di lapangan Ikada.
HOBI merupakan kegiatan di waktu luang yang dilakukan dengan senang hati dan tentunya juga bermanfaat bagi si pelaku hobi tersebut. Hobi tentu saja harus asyik bagi pelakunya. Untuk sebagian orang, jalan-jalan ke museum ternyata bisa menjadi hobi yang asyik juga.
Memang harus diakui, pergi ke museum saat ini bukanlah pilihan utama bagi banyak orang. Mereka yang tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta lebih senang jalan-jalan ke pusat perbelanjaan, menonton bioskop, atau melakukan hobi lainnya daripada jalan-jalan ke museum. Untunglah ada sebuah komunitas yang diberi nama Sahabat Museum (SM). Komunitas yang dipimpin Ade Purnama, seorang anak muda yang lahir di Bali tahun 1976 ini, berhasil mengajak sejumlah masyarakat Jakarta untuk jalan-jalan ke museum.
Komunitas itu sendiri dibentuknya setelah Adep, demikian dia biasa dipanggil, mengikuti acara Wisata Kampung Tua yang diselenggarakan Museum Sejarah Jakarta tahun 2002. Dia lalu mempunyai ide membantu museum membenahi acara yang dianggap sangat menarik dan berpotensi dipublikasikan menjadi suatu edutainment (pendidikan yang dilakukan dengan menghibur) untuk masyarakat umum.
Adep lalu menghubungi beberapa rekannya, dan dari situlah terbentuk komunitas SM. Komunitas tersebut saling berbagi informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan sejarah, seni, dan budaya, baik mengenai Indonesia pada umumnya, maupun Jakarta pada khususnya. SM juga memberikan informasi dan mengadakan kunjungan ke museum, lokasi, dan bangunan-bangunan yang mempunyai nilai sejarah yang menarik untuk dikunjungi.
Salah satu acara yang dilakukan komunitas itu adalah jalan-jalan ke Lapangan Monumen Nasional (Monas) yang pada zaman Hindia-Belanda (nama Indonesia saat dikuasai Belanda) dikenal dengan nama Koningsplein. Kegiatan Koningsplein ini adalah naik delman, lalu berkunjung ke Museum Nasional yang pernah popular disebut Gedong Gadjah. Acara yang diadakan akhir Februari 2005, berhasil menjaring tak kurang dari 350 peserta, mulai dari anak kecil sampai orang tua berusia lanjut.
Banyak peserta acara yang dinamakan Plesiran Tempo Doeloe (PTD) Koningsplein-Gedong Gadjah yang merasa terkesan. Walaupun sudah bertahun-tahun tinggal di Jakarta, cukup banyak yang baru pertama kali datang ke Monas dan Museum Nasional. Namun tak sedikit pula yang untuk pertama kalinya merasakan naik delman. Acara semakin mengasyikkan, karena peserta PTD diajak nonton film tua mengenai beberapa kota di Jakarta.
Hanya sayang, sejumlah peserta menganggap pemutaran film itu terlalu lama sehingga jalan-jalan di dalam Museum Nasional kurang maksimal, dan tidak bisa lebih lama memperhatikan benda-benda koleksi bersejarah yang dipajang di situ.
Kerbau
Namun, secara keseluruhan para peserta merasa mendapat banyak pengetahuan baru. Bayangkan, siapa sangka Monas pernah menjadi lapangan untuk menggembala kerbau. Tak heran bila dulu sempat dinamakan buffelveld alias lapangan kerbau. Pada tahun 1809, ketika Daendels menjadi gubernur jenderal di Hindia-Belanda, lapangan itu berganti nama menjadi champ de mars, tempat para anggota tentara setempat berlatih baris-berbaris.
Pada tahun 1816, lapangan itu berubah lagi namanya menjadi Koningsplein yang artinya lapangan raja. Tak heran karena di dekat itu (kini namanya Jalan Merdeka Utara), juga terdapat istana yang sekarang kita kenal dengan nama Istana Merdeka.
Selain nama Koningsplein, lapangan itu juga sempat dijuluki oleh penduduk bumiputera sebagai Lapangan Gambir. Ada dua versi nama itu. Versi pertama, nama itu berasal dari tanaman gambir, yang biasanya dipakai sebagai ramuan pelengkap makan sirih, dan versi kedua, nama itu berasal dari nama seorang letnan yang diperintah Daendels untuk membuka lahan baru di tempat itu.
Lapangan Gambir belakangan juga dikenal sebagai Lapangan Ikada. Di tempat itu, 19 September 1945 pernah terjadi peristiwa bersejarah saat Bung Karno, walaupun di tengah ancaman tentara Jepang yang sebenarnya sudah kalah di Perang Dunia II, tetap datang memberi semangat kepada rakyat Indonesia di lapangan Ikada.