andree_erlangga
New member
Tak hanya dengan berolahraga, usaha menjadi muslim yang kuat juga harus diupayakan dengan mengkonsumsi makanan halalan thoyyiban atau makanan yang halal dan baik.
Demikian penjelasan yang disampaikan salah satu staf penelitian dan pengembangan (Litbang) Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Jawa Tengah, Ustad Irfan Supandi MAg, saat ditemui Espos di kediamannya belum lama ini. ?Hal ini sesuai dengan ketentuan Allah SWT yang ada dalam Alquran,? tandasnya.
Allah SWT berfirman, ?Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu,? (QS Al Baqarah: 168).
Hal senada juga diungkapkan pimpinan Pondok Pesantren Ta?mirul Islam Solo Ustad Naharussurur. ?Kriteria makanan halalan thoyyiban mencakup banyak segi. Pertama, makanan yang baik. Yakni makanan yang halal materinya dan cara mendapatkannya,? katanya.
Selain itu, lanjutnya, makanan yang baik adalah makanan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi badan. ?Jangan makan secara berlebihan tapi juga jangan sampai kekurangan. Hal ini seperti dicontohkan Rasulullah yang selalu berhenti makan sebelum kenyang dan makan sebelum kelaparan. Ketika makan, seorang muslim juga harus tahu kondisi badannya. Mereka yang menderita penyakit diabetes misalnya, maka orang tersebut jangan makan gula terlalu banyak,? ungkapnya.
Menambahkan, Ustad Irfan mengungkapkan, makanan yang baik adalah makanan yang bergizi. ?Hal ini telah dicontohkan Rasulullah dan para sahabat. Semasa hidupnya, mereka sering makan makanan yang bergizi. Susu menjadi minuman setiap hari. Daging kambing yang selama ini digunakan sebagai lauk, pada masa Rasulullah justru dimakan layaknya kita makan nasi. Hal itu merupakan bukti bahwa makanan yang dimakan Rasulullah adalah makanan yang bergizi,? urainya.
Demikian penjelasan yang disampaikan salah satu staf penelitian dan pengembangan (Litbang) Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Jawa Tengah, Ustad Irfan Supandi MAg, saat ditemui Espos di kediamannya belum lama ini. ?Hal ini sesuai dengan ketentuan Allah SWT yang ada dalam Alquran,? tandasnya.
Allah SWT berfirman, ?Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu,? (QS Al Baqarah: 168).
Hal senada juga diungkapkan pimpinan Pondok Pesantren Ta?mirul Islam Solo Ustad Naharussurur. ?Kriteria makanan halalan thoyyiban mencakup banyak segi. Pertama, makanan yang baik. Yakni makanan yang halal materinya dan cara mendapatkannya,? katanya.
Selain itu, lanjutnya, makanan yang baik adalah makanan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi badan. ?Jangan makan secara berlebihan tapi juga jangan sampai kekurangan. Hal ini seperti dicontohkan Rasulullah yang selalu berhenti makan sebelum kenyang dan makan sebelum kelaparan. Ketika makan, seorang muslim juga harus tahu kondisi badannya. Mereka yang menderita penyakit diabetes misalnya, maka orang tersebut jangan makan gula terlalu banyak,? ungkapnya.
Menambahkan, Ustad Irfan mengungkapkan, makanan yang baik adalah makanan yang bergizi. ?Hal ini telah dicontohkan Rasulullah dan para sahabat. Semasa hidupnya, mereka sering makan makanan yang bergizi. Susu menjadi minuman setiap hari. Daging kambing yang selama ini digunakan sebagai lauk, pada masa Rasulullah justru dimakan layaknya kita makan nasi. Hal itu merupakan bukti bahwa makanan yang dimakan Rasulullah adalah makanan yang bergizi,? urainya.