lala_lulu
New member
Stanley McChrystal memang sudah dipecat sebagai komandan tertinggi militer Amerika Serikat (AS) di Afghanistan. Namun, kontroversi tentang dirinya masih ramai berembus.
Dalam satu artikel majalah Rolling Stone yang akhirnya membuat McChrystal dipecat, tertulis beberapa kutipan yang kontroversial. Dalam wawancara dengan RollingStone, McChrystal dan para asisten yang namanya disamarkan melontarkan kalimat yang telah melukai Presiden AS Barack Obama. Dia menyebut Obama terlihat “tidak nyaman dan terintimidasi” dalam rapat pertama dengan petinggi militer AS.
Bukan hal yang mengejutkan kala McChrystal tidak melakukan pembelaan atas sesuatu yangtelah mencemarkan nama baiknya. McChrystal bungkam, begitu pula asistennya. Sungguh situasi yang berbeda dengan apa yang telah tertulis dalam halaman Rolling Stone.
McChrystal, yang dikutip Rolling Stone, sempat berujar bahwa dia bersedia mati untuk para asistennya.” Merekapun bersedia mati untuk saya,” papar McChrystal seperti dituliskan Rolling Stone. Kalimat ini terdengar seperti sebuah pengorbanan yang besar.Ada bentuk kesetiaan yang siap melanggar batas apa pun demi menyelamatkan sang pemimpin.
Kenyataannya, kalimat McChrystal hadir sekadar kalimat,Tidak ada satu pun asisten yang berusaha menyelamatkan wajahnya dari hujatan publik. Kini McChrystal berdiri sendiri. Dia membatasi pertanyaan dan sibuk melontarkan kata maaf. McChrystal mengaku bertanggung jawab terhadap hasil wawancara.
Sesaat sebelum pemecatan secara resmi, McChrystal kembali mengucap maaf, untuk semua yang telah merasa dirugikan dan terlukai hatinya. Namun, beberapa hari pascapemecatan pada Rabu (23/6), barulah seorang personel miller bicara. Lelaki yang tidak disebutkan namanya ini mengaku pernah bekerja untuk McChrystal. Menurutnya, ada beberapa petikan wawancara yang seharusnya off the record.
“Beberapa sesi mestinya off the record. Sisanya, kami memberikan paparan tentang kerja tim kepada dia (penulis artikel Rolling Stone Michael Hastings),” kata personel Satuan Asisten Keamanan International yang berterusterang kepada CNN. Ia menambahkan, saat itu Hastings sempat mènggunakan pola one-on-one interview.
Artinya, satu orang menjadi narasumber utama, dan yang lain memberikan komentar seperlunya. Menurut mantan asisten McChrystal itu, tidak ada satu pun bukti yang menunjukkan narasumber telah melontarkan kalimat berbau politik. ”Mereka (narasumber) bicara untuk sesuatu yang sifatnya off the record,” katanya lagi.
Rolling Stone yang mendengar pembelaan asisten McChrystal balas menggertak. “Semua yang kami publikasikan telah direkam.” kata Editor Eksekutif RollingStone Eric Bates kepada CNN, Selasa (22/6) lalu.
Sumber : Sindo
Dalam satu artikel majalah Rolling Stone yang akhirnya membuat McChrystal dipecat, tertulis beberapa kutipan yang kontroversial. Dalam wawancara dengan RollingStone, McChrystal dan para asisten yang namanya disamarkan melontarkan kalimat yang telah melukai Presiden AS Barack Obama. Dia menyebut Obama terlihat “tidak nyaman dan terintimidasi” dalam rapat pertama dengan petinggi militer AS.
Bukan hal yang mengejutkan kala McChrystal tidak melakukan pembelaan atas sesuatu yangtelah mencemarkan nama baiknya. McChrystal bungkam, begitu pula asistennya. Sungguh situasi yang berbeda dengan apa yang telah tertulis dalam halaman Rolling Stone.
McChrystal, yang dikutip Rolling Stone, sempat berujar bahwa dia bersedia mati untuk para asistennya.” Merekapun bersedia mati untuk saya,” papar McChrystal seperti dituliskan Rolling Stone. Kalimat ini terdengar seperti sebuah pengorbanan yang besar.Ada bentuk kesetiaan yang siap melanggar batas apa pun demi menyelamatkan sang pemimpin.
Kenyataannya, kalimat McChrystal hadir sekadar kalimat,Tidak ada satu pun asisten yang berusaha menyelamatkan wajahnya dari hujatan publik. Kini McChrystal berdiri sendiri. Dia membatasi pertanyaan dan sibuk melontarkan kata maaf. McChrystal mengaku bertanggung jawab terhadap hasil wawancara.
Sesaat sebelum pemecatan secara resmi, McChrystal kembali mengucap maaf, untuk semua yang telah merasa dirugikan dan terlukai hatinya. Namun, beberapa hari pascapemecatan pada Rabu (23/6), barulah seorang personel miller bicara. Lelaki yang tidak disebutkan namanya ini mengaku pernah bekerja untuk McChrystal. Menurutnya, ada beberapa petikan wawancara yang seharusnya off the record.
“Beberapa sesi mestinya off the record. Sisanya, kami memberikan paparan tentang kerja tim kepada dia (penulis artikel Rolling Stone Michael Hastings),” kata personel Satuan Asisten Keamanan International yang berterusterang kepada CNN. Ia menambahkan, saat itu Hastings sempat mènggunakan pola one-on-one interview.
Artinya, satu orang menjadi narasumber utama, dan yang lain memberikan komentar seperlunya. Menurut mantan asisten McChrystal itu, tidak ada satu pun bukti yang menunjukkan narasumber telah melontarkan kalimat berbau politik. ”Mereka (narasumber) bicara untuk sesuatu yang sifatnya off the record,” katanya lagi.
Rolling Stone yang mendengar pembelaan asisten McChrystal balas menggertak. “Semua yang kami publikasikan telah direkam.” kata Editor Eksekutif RollingStone Eric Bates kepada CNN, Selasa (22/6) lalu.
Sumber : Sindo