Joki Cilik di Pacuan Kuda

spirit

Mod
1144477pacuan-kudaa780x390.jpg

Joki Cilik di Pacuan Kuda, Antara Tradisi dan Eksploitasi Anak

Dompu - Tradisi pacuan kuda di masyarakat Bima dan Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), masih eksis. Muncul pro dan kontra sebagai bagian dari tradisi dan aksi eksploitasi anak.
Musim ini adalah musim pacuan kuda di arena pacuan kuda lemba kara Desa Lepadi, Kecamatan Pajo, Kabupaten Dompu. Ratusan pecinta pacuan kuda memadati arena ini untuk mengadu cepat kuda-kuda mereka.

Bak atlet profesional, kuda dan joki berlatih rutin di arena pacuan lemba kara. Mereka datang dari berbagai tempat di Bima dan Sumbawa, bukan cuma dari Dompu.

Sesi latihan ini tidak jauh beda dengan lomba atau event sungguhan (perebutan juara). Bukan hanya kuda-kuda yang bakal bertarung yang membetot perhatian penonton, tetapi para joki.

Joki kuda-kuda aduan itu masih bocah. Mereka berusia antara 4-8 tahun yang disebut dengan joki cilik.

Peralatan yang mereka gunakan pun sama seperti saat penyelenggaraan event kejuaraan yakni joki dilengkapi dengan peralatan cambuk, helm pengaman, serta ada dukun (sando jara dalam bahasa Bima Dompu).

Para joki cilik itu belakangan disoal. Muncul penilaian adanya eksploitasi kepada anak-anak. Dan, rekomendasinya adalah joki cilik dilarang untuk tampil.

"Saya tidak setuju dengan wacana penghapusan joki cilik karena dianggap eksploitasi anak," kata salah seorang pecinta pacuan Kuda, Kevin (40) di arena pacuan Kuda Lemba Kara, Lepadi.

"Eksploitasi anak itu harus diketahui dulu dari sini mananya. Lembaga perlindungan Anak (LPA) harus turun langsung untuk melihat lapangan jangan bicara dari balik kantor. Verifikasi dulu ke lapangan baru bicara dan anggap sesuatu itu salah," dia menambahkan.

Dia berpendapat jika joki cilik yang masuk kategori di bawah umur disebut dipekerjakan secara paksa itu merupakan kekeliruan. Sebab, rata-rata joki cilik berasal dari kalangan pecinta kuda, pemilik kuda bahwa dari keturunan joki dan berdasarkan kesadaran sendiri.

"Jangan sangkutpautkan dengan semua yang hobi kuda. Itu yang keliru," dia menegaskan.

"Bicara pacuan kuda, berarti bicara budaya dan ekonomi. Karena kita lestarikan budaya dan bangkitkan ekonomi masyarakat pedagang terutama jokinya," kata Kevin.


~detik.com
.
 
Back
Top