Kalau Pakaian Pelatih Dipermasalahkan

Adamsuhada

New member
Tidak ada hukum tertulis bahwa seorang pelatih harus memakai setelan jas, atau minimal baju training saat mendampingi timnya bertanding. Kalau lain dari yang lain, paling-paling sorotan yang didapat.

Cerita soal kostum ini sedang bikin Carlos Dunga senewen. Ia heran kenapa pers lebih sibuk mengkritik penampilannya ketimbang penampilan Brasil saat dikalahkan Portugal 0-2 di laga persahabatan pertengahan minggu lalu di London.

Ketika itu Dunga memakai kemeja putih bermotifkan "bercak-bercak" hitam -- seperti corak batik di Indonesia -- berjaket biru, bercelana jeans dan bersepatu putih. Ia dinilai lebih seperti berada di rumah atau bahkan setelan disko di era 1970-an, ketimbang di areal teknis di Emirates Stadium.

Disindir tidak sepatutnya berpakaian seperti itu, Dunga mengatakan dirinya hanya berniat membantu anak perempuannya yang menimba ilmu di sekolah fesyen. Baju yang dikenakannya itu hasil rancangan sang anak.

"Kalau orang tua tidak membantu anaknya atau memberi mereka insentif dalam pekerjaannya, maka mungkin saja mereka terlibat nge-drug atau semacam itu," tutur Dunga dalam wawancaranya dengan televisi Brasil yang dilansir Reuters, Selasa (13/2/2007).

Ia juga menjelaskan baju model apa yang dipakainya itu. "Kemeja putih dengan motif bunga-bunga hitam. Saya pikir hitam-putih tidaklah sewarna-warni yang orang bicarakan."

Dunga bukanlah satu-satunya pelatih asal Amerika Selatan yang cara berpakaiannya mengundang perhatian khusus. Pelatih Argentina Ricardo La Volpe, yang membawa timnas Meksiko di Piala Dunia 2006, baru-baru ini dijadikan artikel feature di sebuah koran lokal karena sering memakai dasi-dasi "nyentrik".

"Ini hanya menunjukkan betapa sulitnya membuat banyak perubahan dalam sepakbola. Mereka berharap Anda memakai baju training tim atau jas tradisional dengan dasi," keluh mantan kapten Tim Samba itu.
 
Back
Top