Administrator
Administrator
Belakangan ini berakhirnya pekerja murah di China semakin nyata. Kekurangan pekerja di pusat-pusat industri serta kekhawatiran pemerintah atas tuntutan kesejahteraan, membuat kenaikan upah tidak bisa dihindari.
Kasus bunuh diri di perusahaan Foxconn dan unjuk rasa pekerja pabrik Honda di China bagian selatan menggambarkan pengusaha tidak bisa lagi semena-mena, ingin pekerja tetap dengan bergaji rendah. Apalagi, pengusaha telah menikmati laba dan pertumbuhan yang sangat tinggi di China.
Beijing menyatakan keprihatinannya atas rencana demonstrasi menuntut penerapan upah minimum di seluruh China. Para pemimpin China sadar ketidak puasan buruh bisa memicu meluasnya kerusuhan sosial.
“(Presiden China HuJintao) telah mengarahkan agar kebijakan ke depan lebih memperhatikan distribusi pendapatan, meninggalkan prinsip propertumbuhan tanpa syarat,” ungkap ekonom Tsinghua University economist Patrick Chovanec.
Media yang milik Pemerintah telah menyosialisasikan masalah kesejahteraan pekerja. Langkah pemerintah ini membuat serikat dagang menyatakan prihatin. Hampir seperempat pengusaha di China tidak menaikkan gaji pegawainya selama lima tahun. Federasi Serikat Dagang China berpendapat, inflasi rendah memungkinkan hal itu. Padahal, ekonomi melonjak selama periode itu.
Namun, langkah Foxconn dan Honda membuat beberapa pihak terkejut. Foxconn, perusahaan yang memproduksi pesanan Apple, Dell, Sony, dan Panasonic, menaikkan gaji pegawai sebesar 70%. Foxconn menaikkan gaji setelah 11 pegawainya bunuh diri.
Pekan lalu, Honda, produsen automotif terbesar kedua di China, menawarkan kenaikan gaji 24% dan meminta pegawainya menghentikan unjuk rasa. Honda terpaksa menghentikan produksi lebih dari sepekan akibat unjuk rasa tersebut.
Kasus lainnya, perusahaanTaiwan Merry Electronics Co menaikkan gaji 7.000 pekerja pabrik di Shenzhen dengan besaran 17%. Seperti Honda, Merry Electronics meminta pekerjanya menghentikan unjuk rasa.
“Jika Anda pemilik pabrik di Guangdong (China Selatan), Anda harus menawarkan gaji yang lebih atraktif agar pekerja mau bekerja kepada Anda,” ungkap Brian Jackson, analis senior Royal Bank of Canada di Hong Kong.
“Semua indikator menunjukkan ini akan berlanjut di bulan-bulan mendatang, Jadi, disimpulkan sektor manufaktur tidak menerima dampak besar dan masalah di Eropa,” papar Jakson.
Namun, beberapa pemilik pabrik di China khawatir tekanan gaji dapat menghambat pemulihan di sektor manufaktur dan krisis keuangan global. “Kami semua khawatir atas lonjakan biaya produksi dan bagaimana hal itu memberikan guncangan pada manufaktur yang saat ini merupakan eksportir utama China,” ucap Managing Director Rambo Chemicals Jimmy Kwok.
Sumber : Sindo
Kasus bunuh diri di perusahaan Foxconn dan unjuk rasa pekerja pabrik Honda di China bagian selatan menggambarkan pengusaha tidak bisa lagi semena-mena, ingin pekerja tetap dengan bergaji rendah. Apalagi, pengusaha telah menikmati laba dan pertumbuhan yang sangat tinggi di China.
Beijing menyatakan keprihatinannya atas rencana demonstrasi menuntut penerapan upah minimum di seluruh China. Para pemimpin China sadar ketidak puasan buruh bisa memicu meluasnya kerusuhan sosial.
“(Presiden China HuJintao) telah mengarahkan agar kebijakan ke depan lebih memperhatikan distribusi pendapatan, meninggalkan prinsip propertumbuhan tanpa syarat,” ungkap ekonom Tsinghua University economist Patrick Chovanec.
Media yang milik Pemerintah telah menyosialisasikan masalah kesejahteraan pekerja. Langkah pemerintah ini membuat serikat dagang menyatakan prihatin. Hampir seperempat pengusaha di China tidak menaikkan gaji pegawainya selama lima tahun. Federasi Serikat Dagang China berpendapat, inflasi rendah memungkinkan hal itu. Padahal, ekonomi melonjak selama periode itu.
Namun, langkah Foxconn dan Honda membuat beberapa pihak terkejut. Foxconn, perusahaan yang memproduksi pesanan Apple, Dell, Sony, dan Panasonic, menaikkan gaji pegawai sebesar 70%. Foxconn menaikkan gaji setelah 11 pegawainya bunuh diri.
Pekan lalu, Honda, produsen automotif terbesar kedua di China, menawarkan kenaikan gaji 24% dan meminta pegawainya menghentikan unjuk rasa. Honda terpaksa menghentikan produksi lebih dari sepekan akibat unjuk rasa tersebut.
Kasus lainnya, perusahaanTaiwan Merry Electronics Co menaikkan gaji 7.000 pekerja pabrik di Shenzhen dengan besaran 17%. Seperti Honda, Merry Electronics meminta pekerjanya menghentikan unjuk rasa.
“Jika Anda pemilik pabrik di Guangdong (China Selatan), Anda harus menawarkan gaji yang lebih atraktif agar pekerja mau bekerja kepada Anda,” ungkap Brian Jackson, analis senior Royal Bank of Canada di Hong Kong.
“Semua indikator menunjukkan ini akan berlanjut di bulan-bulan mendatang, Jadi, disimpulkan sektor manufaktur tidak menerima dampak besar dan masalah di Eropa,” papar Jakson.
Namun, beberapa pemilik pabrik di China khawatir tekanan gaji dapat menghambat pemulihan di sektor manufaktur dan krisis keuangan global. “Kami semua khawatir atas lonjakan biaya produksi dan bagaimana hal itu memberikan guncangan pada manufaktur yang saat ini merupakan eksportir utama China,” ucap Managing Director Rambo Chemicals Jimmy Kwok.
Sumber : Sindo