pratama_adi2001
New member
Kasus AI kembali merebak
Transaksi di Pasar Burung Depok anjlok
Solo (Espos)
Maraknya kembali kasus flu burung atau avian influenza (AI) belakangan ini berimbas kepada anjloknya penjualan di Pasar Burung Depok, Solo, hingga 60% lebih.
Keterangan yang dihimpun Espos, Kamis (25/1), menyebutkan penjualan terus menurun sejak dua pekan lalu, ketika kasus flu burung kembali ramai dibicarakan dan diberitakan oleh media massa
Akibat isu itu, jumlah pembeli partai besar yang kebanyakan berasal dari luar kota Solo, seperti Ambarawa, Yogyakarta, Klaten, dan Semarang menurun tajam. Pembeli yang berasal dari Solo sendiri juga turun drastis. Bahkan, pada hari Minggu yang biasanya sangat ramai pembeli, transaksi juga cenderung sangat sepi.
Meski kasus AI kembali merebak, para pedagang burung di Pasar Depok berkeras menolak adanya penyemprotan. Sebab, para pedagang khawatir penyemprotan dapat menyebabkan burung-burung dagangan mereka terancam mati.
Salah seorang pedagang, Pardi, mengungkapkan biasanya dia bisa mendapatkan penghasilan di atas Rp 25.000, namun saat ini rata-rata ia hanya mampu meraup keuntungan bersih sekitar Rp 10.000.
?Sejak di televisi dan koran ramai diberitakan tentang flu burung pembeli yang datang ke sini menjadi sedikit. Pasar ini jadi sepi, tidak seperti hari-hari biasanya. Keadaan seperti ini kira-kira sudah terjadi selama dua pekan,? tutur Pardi.
Tak khawatir
Pardi menambahkan, meskipun kasus flu burung tengah marak, pedagang tidak khawatir tertular penyakit tersebut. Oleh karena itu, para pedagang juga menolak tindakan penyemprotan, lantaran hal itu tidak diperlukan dan dapat membahayakan burung-burung dagangan mereka.
?Kami para pedagang tidak khawatir dengan flu burung, soalnya sejak dulu setiap hari bergaul dengan burung-burung ini juga tidak apa-apa. Kami harap masyarakat tidak terlalu membesar-besarkan kasus itu,? tukas Pardi.
Pedagang lainnya yang enggan disebutkan namanya menambahkan, awal Januari 2007 lalu sebenarnya transaksi di pasar itu sedang bagus-bagusnya. Sayang, lanjutnya, ramainya kembali pemberitaan flu burung menyebabkan penjualan kembali anjlok.
?Tahun lalu kasus flu burung juga menyebabkan pasar ini menjadi sepi. Kondisi mulai pulih pada pertengahan tahun lalu, tapi lagi-lagi ada berita soal flu burung,? ujarnya.
Pedagang itu kemudian bercerita, dua pekan ini, dirinya dan beberapa pedagang lainnya sangat sulit menjual burung. Kadang-kadang, dalam satu hari mereka tidak bisa menjual satu burung pun.
Transaksi di Pasar Burung Depok anjlok
Solo (Espos)
Maraknya kembali kasus flu burung atau avian influenza (AI) belakangan ini berimbas kepada anjloknya penjualan di Pasar Burung Depok, Solo, hingga 60% lebih.
Keterangan yang dihimpun Espos, Kamis (25/1), menyebutkan penjualan terus menurun sejak dua pekan lalu, ketika kasus flu burung kembali ramai dibicarakan dan diberitakan oleh media massa
Akibat isu itu, jumlah pembeli partai besar yang kebanyakan berasal dari luar kota Solo, seperti Ambarawa, Yogyakarta, Klaten, dan Semarang menurun tajam. Pembeli yang berasal dari Solo sendiri juga turun drastis. Bahkan, pada hari Minggu yang biasanya sangat ramai pembeli, transaksi juga cenderung sangat sepi.
Meski kasus AI kembali merebak, para pedagang burung di Pasar Depok berkeras menolak adanya penyemprotan. Sebab, para pedagang khawatir penyemprotan dapat menyebabkan burung-burung dagangan mereka terancam mati.
Salah seorang pedagang, Pardi, mengungkapkan biasanya dia bisa mendapatkan penghasilan di atas Rp 25.000, namun saat ini rata-rata ia hanya mampu meraup keuntungan bersih sekitar Rp 10.000.
?Sejak di televisi dan koran ramai diberitakan tentang flu burung pembeli yang datang ke sini menjadi sedikit. Pasar ini jadi sepi, tidak seperti hari-hari biasanya. Keadaan seperti ini kira-kira sudah terjadi selama dua pekan,? tutur Pardi.
Tak khawatir
Pardi menambahkan, meskipun kasus flu burung tengah marak, pedagang tidak khawatir tertular penyakit tersebut. Oleh karena itu, para pedagang juga menolak tindakan penyemprotan, lantaran hal itu tidak diperlukan dan dapat membahayakan burung-burung dagangan mereka.
?Kami para pedagang tidak khawatir dengan flu burung, soalnya sejak dulu setiap hari bergaul dengan burung-burung ini juga tidak apa-apa. Kami harap masyarakat tidak terlalu membesar-besarkan kasus itu,? tukas Pardi.
Pedagang lainnya yang enggan disebutkan namanya menambahkan, awal Januari 2007 lalu sebenarnya transaksi di pasar itu sedang bagus-bagusnya. Sayang, lanjutnya, ramainya kembali pemberitaan flu burung menyebabkan penjualan kembali anjlok.
?Tahun lalu kasus flu burung juga menyebabkan pasar ini menjadi sepi. Kondisi mulai pulih pada pertengahan tahun lalu, tapi lagi-lagi ada berita soal flu burung,? ujarnya.
Pedagang itu kemudian bercerita, dua pekan ini, dirinya dan beberapa pedagang lainnya sangat sulit menjual burung. Kadang-kadang, dalam satu hari mereka tidak bisa menjual satu burung pun.