Benar gak sih??
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Apa penyebab putra bungsu Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, Rinra Sujiwa Syahrul Putra (19) meninggal, hingga saat ini belum diketahui. Namun mantan dosen Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Inu Kencana mengungkap bahwa penyebab kematian Rinra diduga karena overdosis.
Hal itu diungkapkan Inu di tengah simpang siurnya informasi terkait penyebab kematian Rinra, Senin (31/1/2011) dini hari. "Informasi ini A1. Saya mendapatkan informasinya langsung dari sumber tepercaya. Saya diberitahu sebelum pukul 06.00 pagi tadi. Sumber itu menyatakan, ada seorang praja meninggal karena overdosis," kata Inu kepada Tribunnews.com, Senin (31/1/2011) malam.
Sumber itu, ungkap Inu, meminta dirinya agar membongkar kematian praja tingkat madya tersebut. Saat ditanya siapa sumber tersebut? Inu menolak menyebutkan namanya karena sumber itu menginginkan agar identitasnya tidak muncul di media.
"Boleh dibilang dia seorang aparat, dia memiliki senjata api dan sumber yang patut dipercaya," kata Inu. Namun untuk lebih membuktikan apakah Praja Tingkat III angkatan 2008 tersebut terbukti mengomsumsi narkoba atau
tidak, kata Inu, jenazah korban harus diotopsi.
Sebagai dosen yang telah mengabdi selama 18 tahun di IPDN, Inu sudah tak asing lagi dengan aktivitas dan kehidupan praja, termasuk soal penyalahgunaan narkoba di kalangan praja, terutama mereka yang tinggal/kost di luar Kampus STPDN.
Soal penyalahgunaan narkoba di kalangan praja, kata dia, bukan hal baru baginya. Peredaran dan transaksi narkoba di luar dan dalam Kampus STPDN sudah cukup parah dan sulit untuk dikendalikan lagi.
Ia membeberkan, di Kampus STPDN, Jatinangor, ada istilah "Izin Bermalam" yang sudah lazim di kenal seluruh praja. Izin bermalam itu biasanya jatuh pada Sabtu malam atau malam Minggu.
"Oleh praja, izin bermalam ini dimanfaatkan untuk keluar kampus dan kumpul di tempat kost. Nah di sinilah biasanya terjadi pesta narkoba," bebernya.
Biasanya, lanjut Inu, pesta narkoba tersebut berlangsung hingga Minggu Pagi. "Sesuai peraturan di Kampus STPDN, seluruh praja harus kembali ke kampus Minggu sore pukul 17.00. Mungkin karena Rinra yang ada pada saat itu masih merasa pusing sehingga belum bisa kembali ke tempatnya. Karena sudah mendesak dan barang (narkoba) itu masih ada bisa jadi ia sikat semua barangnya akhirnya overdosis," pungkas Inu.
Seperti diberitakan sebelumnya, keluarga Syahrul Yasin Limpo menolak jasad Rinra divisum. Bahkan, meski kematian anaknya di dalam kampus masih belum ada konfirmasi resmi pihak STPDN, Syahrul tak akan menuntut pihak STPDN.
"Pak Syahrul pasrah pada Ilahi. Dia tak akan menuntut IPDN," kata gubernur, yang dikutip Asdar Muis RMS dari Faisal Malik, orang yang selama ini banyak mendampingi Gubernur Sulsel.
Sehari sebelum meninggal di Kampus STPDN Jatinangor, Jawa Barat, Senin (31/1/2011) dini hari, Rinra masih sempat meminta bapaknya, Syahrul Yasin Limpo, untuk tidur berdampingan.
"Kemarin, Pak Gubernur masih sempat mengantar Rinra ke bandara," kata Asdar Muis, orang dekat Syahrul, mengutip cerita dari Andi Ilhamsyah Gazaling, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Sulsel yang juga ikut menemani gubernur ke Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Minggu (30/1/2011) sore.
Rinra berada di Makassar untuk liburan akhir pekan, sekitar empat hari. Rinra yang merupakan praja-madya angkatan 2008 di STPDN Jatinangor, langsung masuk ke kampus pada malam harinya.
http://www.tribunnews.com/2011/01/31/inu-kencana-rinra-diduga-overdosis
http://www.tribunnews.com/topics/putra-gubernur-sulsel-meninggal
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Apa penyebab putra bungsu Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, Rinra Sujiwa Syahrul Putra (19) meninggal, hingga saat ini belum diketahui. Namun mantan dosen Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Inu Kencana mengungkap bahwa penyebab kematian Rinra diduga karena overdosis.
Hal itu diungkapkan Inu di tengah simpang siurnya informasi terkait penyebab kematian Rinra, Senin (31/1/2011) dini hari. "Informasi ini A1. Saya mendapatkan informasinya langsung dari sumber tepercaya. Saya diberitahu sebelum pukul 06.00 pagi tadi. Sumber itu menyatakan, ada seorang praja meninggal karena overdosis," kata Inu kepada Tribunnews.com, Senin (31/1/2011) malam.
Sumber itu, ungkap Inu, meminta dirinya agar membongkar kematian praja tingkat madya tersebut. Saat ditanya siapa sumber tersebut? Inu menolak menyebutkan namanya karena sumber itu menginginkan agar identitasnya tidak muncul di media.
"Boleh dibilang dia seorang aparat, dia memiliki senjata api dan sumber yang patut dipercaya," kata Inu. Namun untuk lebih membuktikan apakah Praja Tingkat III angkatan 2008 tersebut terbukti mengomsumsi narkoba atau
tidak, kata Inu, jenazah korban harus diotopsi.
Sebagai dosen yang telah mengabdi selama 18 tahun di IPDN, Inu sudah tak asing lagi dengan aktivitas dan kehidupan praja, termasuk soal penyalahgunaan narkoba di kalangan praja, terutama mereka yang tinggal/kost di luar Kampus STPDN.
Soal penyalahgunaan narkoba di kalangan praja, kata dia, bukan hal baru baginya. Peredaran dan transaksi narkoba di luar dan dalam Kampus STPDN sudah cukup parah dan sulit untuk dikendalikan lagi.
Ia membeberkan, di Kampus STPDN, Jatinangor, ada istilah "Izin Bermalam" yang sudah lazim di kenal seluruh praja. Izin bermalam itu biasanya jatuh pada Sabtu malam atau malam Minggu.
"Oleh praja, izin bermalam ini dimanfaatkan untuk keluar kampus dan kumpul di tempat kost. Nah di sinilah biasanya terjadi pesta narkoba," bebernya.
Biasanya, lanjut Inu, pesta narkoba tersebut berlangsung hingga Minggu Pagi. "Sesuai peraturan di Kampus STPDN, seluruh praja harus kembali ke kampus Minggu sore pukul 17.00. Mungkin karena Rinra yang ada pada saat itu masih merasa pusing sehingga belum bisa kembali ke tempatnya. Karena sudah mendesak dan barang (narkoba) itu masih ada bisa jadi ia sikat semua barangnya akhirnya overdosis," pungkas Inu.
Seperti diberitakan sebelumnya, keluarga Syahrul Yasin Limpo menolak jasad Rinra divisum. Bahkan, meski kematian anaknya di dalam kampus masih belum ada konfirmasi resmi pihak STPDN, Syahrul tak akan menuntut pihak STPDN.
"Pak Syahrul pasrah pada Ilahi. Dia tak akan menuntut IPDN," kata gubernur, yang dikutip Asdar Muis RMS dari Faisal Malik, orang yang selama ini banyak mendampingi Gubernur Sulsel.
Sehari sebelum meninggal di Kampus STPDN Jatinangor, Jawa Barat, Senin (31/1/2011) dini hari, Rinra masih sempat meminta bapaknya, Syahrul Yasin Limpo, untuk tidur berdampingan.
"Kemarin, Pak Gubernur masih sempat mengantar Rinra ke bandara," kata Asdar Muis, orang dekat Syahrul, mengutip cerita dari Andi Ilhamsyah Gazaling, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Sulsel yang juga ikut menemani gubernur ke Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Minggu (30/1/2011) sore.
Rinra berada di Makassar untuk liburan akhir pekan, sekitar empat hari. Rinra yang merupakan praja-madya angkatan 2008 di STPDN Jatinangor, langsung masuk ke kampus pada malam harinya.
http://www.tribunnews.com/2011/01/31/inu-kencana-rinra-diduga-overdosis
http://www.tribunnews.com/topics/putra-gubernur-sulsel-meninggal