Kelompok Darul Islam

Megha

New member
Darul Islam, gerombolan. Kemudian lebih dikenal dengan sebutan DI-TII/Kartosuwiryo. Suatu gerakan yang mengadakan perlawanan terhadap Pemerintah RI yang sah, untuk memaksakan bendirinya Negara Islam Indonesia (NII) dan mengadakan kekacauan terutama di daerah Jawa Barat selama 13 tahun. Benih-benih tersebut, sebenarnya telah dimulai sejak kongres PSII ke-24 di Surabaya (Ags 1938), pada waktu Sukarmaji Marijan kartosuwiryo menyodorkan masalah hijrah, yang berarti memisahkan diri dari politik kulonialisme, membangun umat hijrah yang bebas dan kuman-kuman penjajahan dan membentuk kekuatan menuju Darul Islam. Masalah tersebut, mendapat pertentangan politik dalam pimpinan pantai, karena pada masa itu untuk mencapai tujuan perjuangan lebih baik ditempuh jalan yang taktik diplomatik. Kongres ke 25 yang dilangsungkan di Palembang (Jan 1940), diliputi suasana Aksi Indonesia Berparlemen dan memutuskan memecat Ketua Muda S.M. Kantosuwinyo yang terus-menerus melaksanakan aksi hrjrah-nya dalam pantai.

Sebagai reaksi Kartosuwinyo membentuk Komite Pembela Kebenaran PSII, yang diketuai sendiri; dengan rencana utama menjalankan politik hijrah yang tangguh dan mengadakan pendidikan pemimpin yang ahli (suffah), pembela Islam yang kokoh; mendirikan Negara Islam Indonesia.

Rapat terbuka pertama diadakan di Malangbong, Garut, 24 Maret 1940. Dalam komite ini konsepsi yang akan menjadi dasar pergerakan DI-TII berkembang. 10 Mei 1940, pemerintah Hindia Belanda mengumumkan bahaya perang (Be!.: Staat van Beleg). Dalam jaman Jepang, PSII pecah dalam 3 aliran: PSII Abikusno, P511 Kantosuwiryo dan P511 Sukiman Wiwoho. Kartosuwiryo memulai pendidikan suffah dengan jalan mendirikan madrasah modern, yang juga dijadikan pusat latihan kemiliteran bagi pemuda-pemuda Hizbullah-Sabilillah yang berasal dari Priangan Timur.

Pada masa-masa sekitar 17 Ags 1945, mereka mendekati berbagai pihak untuk memproklamasikan negara Islam. Pada waktu PSII didirikan kembali dengan ketuanya Wondoamiseno (22 Apr 1947), PSII Kartosuwiryo tumbuh menjadi gerakan pemberontak terhadap pemerintah RI.Sebagai akibat persetujuan Renville, Feb 1948, Divisi Siliwangi hijrah ke Jawa Tengah. 10—11 Feb 1948; dalam keadaan kosong, S.M. Kartosuwiryo dan kawan-kawan memprakarsai konferensi di desa Pangwekusan, Tasikmalaya, antara tokoh-tokoh dan organisasi Islam di Jawa Barat antara lain Masyumi, GPII, Hizbullah dan Sabilillah.

Diputuskan antara lain:
Masyumi wilayah Jawa Barat dibekukan dan selanjutnya dibentuk: 1) Majelis Islam (MI), 2) Tentara Islam Indonesia (TII), 3) Badan Keamanan Negara (BKN) (dengan maklumat DI/TII, no. 1, 30 Okt 1949, diresmikan menjadi Polisi Islam Indonesia), 4) Barisan Rakyat Indonesia (BARIS), dan 5) Pahlawan Darul Islam (PADI) (kemudian .dilebur menjadi TII). Keputusan tersebut kemudian disahkan dalam Konferensi Cipeundeuy (Mar 1948). 1 Mei 1948, Konferensi Cijoho antara lain memutuskan: I) membentuk Dewan Imamah (Dewan Menteri) yang diketuai S.M. Kartosuwiryo, 2) Dewan Fatuz (Dewan Pertimbangan Agung), 3) mempersiapkan Qanun Azasi (UUD) dan diresmikan 27 Ags 1948, yang intinya menyatakan bahwa Negara Islam Indonesia (NII) berbentuk Jumhuziyah (Republik). Diketuai seorang Imam dengan Al-Qur’an dan Hadits Sahih sebagai hukum tertinggi.

7 Ags 1949 gerombolan DI-TII/Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia di desa Cisampak, Tasikmalaya. Selama 13 tahun masyarakat Jawa Barat tercekam ketakutan karena keamanannya terancam, sampai tertangkapnya S.M. Kartosuwiryo, 4 Jun 1962 oleh kompi “C” Batalyon 328/Kujang II, di daerah 0. Geber, Priangan Tengah. [FOOTNOTE]Ensiklopedi Indonesia, 1992, Penerbit PT Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, PT Intermasa, Jakarta[/FOOTNOTE]



[h=1]Reference & Resources[/h]
[REFLIST]1[/REFLIST]
 
Back
Top