jainudin
New member
Iwan Tirta pernah berpesan, “Batik
harus dipakai, kalau tidak, jadi hilang artinya.” Setelah hampir tiga tahun Iwän berpulang, karya sang maestro batik
tak ikut terkubur. Sebuah butik di level
Senayan City menjadi bukti lestarinya karya
Maka, pada pembukaan butik Iwan Tirta Private Collection beberapa pekan lalu, selebrasi kecil direlat. Penggelaran busana yang memamerkan beberapa dan puluhan ribu motif batik yang pernah diciptakan Iwan menjadi bagian dan perayaan.
Era Soekamto, perancang busana yang kini duduk sebagai direktur kreatif Iwan Tirta Private Collection, merancang koleksi yang mengangkat
kerajaan lampau. “Motif batik kali ini lebih kepada motif batik di balik istana, Dulu esensi
bukan dipakai, tapi memiliki cerita. Batik digunakan kultur teologi’ jelas Era. Batik-batik ini disulap oleh Era menjadi pakaian
pakai dengan sentuhan modern. Walaupun begitu, desainnya tidak keluar dan pakem yang
ditetapkan sang maestro. Batik-batik tersebut dirancang khusus untuk laki-laki dan perempuan.
Rancangan Era sejalur dengan ciri khas koleksi busana Iwan Tirta yang simpel dan elegan. Kesan modern menudian ditampilan lewat teknik draping, membuat pola busana langsung di boneka
dan membuat bagian rok pada busana tanpa jahitan karena dibuat dengan bentuk lingkaran.
Untuk pria, model yang diusung sama dengan model batik pada umumnya. Seperti, kemeja yang dilengkapi dengan lengan panjang. Warna-warna motif batik yang dihadirkan lebih kaya dan cenderung cerah.
Jaket, blazer, busana koktil, gaun malam, lalu muncul dalam desain yang feminin. Motifnya menyerupai batik bagi pria, yaitu berwarna cerah dan dikreasikan dengan warna dasar gelap.
Motif-motif yang diangkar kali ini adalah motif batik kiasik keraton Jawa, misalnya, motif parang barong. Motif yang berwarna putih ini dulu hanya dipakai para raja. Ada pula motif modang, terang bulan, parang kemitir, kawung, sawunggaling, dan temurun. Motif-motif ini kemudian ditambahkan lapisan berwarna keemasan yang membingkai motie, atau prada di bagian pinggir.
Semua motif batik ini memiliki makna dan bertlosofi. Trutama melambangkan kesetiaan Seorang ratu terhadap suami yang berniat menduakannya.
Pada sela-sela pergelaran busana, Era mengatakan, betapa meneruskan sebuah warisan budaya, seperti batik dan tangan seorang Iwan Tirta, merupakan tanggung jawab besar. Apalagi, bagi Iwan, batik merupakan sebuah identitas. Bukan sekadar tren.
Dalam mengembangkan batik Era bukan hanya mempelajari alternatif dan rancangan, tapi juga harus mengetahui sejarah dengan latar yang luas. “Banyak sekali yang harus saya pelajari’ ujarnya.
Sebagian besar koleksi terbuat dari sutra satin, sutra alat tenun bukan mesin (ATBM), katun, dan rayon.
Sumber : republika, indira rezkisari
harus dipakai, kalau tidak, jadi hilang artinya.” Setelah hampir tiga tahun Iwän berpulang, karya sang maestro batik
tak ikut terkubur. Sebuah butik di level
Senayan City menjadi bukti lestarinya karya
Maka, pada pembukaan butik Iwan Tirta Private Collection beberapa pekan lalu, selebrasi kecil direlat. Penggelaran busana yang memamerkan beberapa dan puluhan ribu motif batik yang pernah diciptakan Iwan menjadi bagian dan perayaan.
Era Soekamto, perancang busana yang kini duduk sebagai direktur kreatif Iwan Tirta Private Collection, merancang koleksi yang mengangkat
kerajaan lampau. “Motif batik kali ini lebih kepada motif batik di balik istana, Dulu esensi
bukan dipakai, tapi memiliki cerita. Batik digunakan kultur teologi’ jelas Era. Batik-batik ini disulap oleh Era menjadi pakaian
pakai dengan sentuhan modern. Walaupun begitu, desainnya tidak keluar dan pakem yang
ditetapkan sang maestro. Batik-batik tersebut dirancang khusus untuk laki-laki dan perempuan.
Rancangan Era sejalur dengan ciri khas koleksi busana Iwan Tirta yang simpel dan elegan. Kesan modern menudian ditampilan lewat teknik draping, membuat pola busana langsung di boneka
dan membuat bagian rok pada busana tanpa jahitan karena dibuat dengan bentuk lingkaran.
Untuk pria, model yang diusung sama dengan model batik pada umumnya. Seperti, kemeja yang dilengkapi dengan lengan panjang. Warna-warna motif batik yang dihadirkan lebih kaya dan cenderung cerah.
Jaket, blazer, busana koktil, gaun malam, lalu muncul dalam desain yang feminin. Motifnya menyerupai batik bagi pria, yaitu berwarna cerah dan dikreasikan dengan warna dasar gelap.
Motif-motif yang diangkar kali ini adalah motif batik kiasik keraton Jawa, misalnya, motif parang barong. Motif yang berwarna putih ini dulu hanya dipakai para raja. Ada pula motif modang, terang bulan, parang kemitir, kawung, sawunggaling, dan temurun. Motif-motif ini kemudian ditambahkan lapisan berwarna keemasan yang membingkai motie, atau prada di bagian pinggir.
Semua motif batik ini memiliki makna dan bertlosofi. Trutama melambangkan kesetiaan Seorang ratu terhadap suami yang berniat menduakannya.
Pada sela-sela pergelaran busana, Era mengatakan, betapa meneruskan sebuah warisan budaya, seperti batik dan tangan seorang Iwan Tirta, merupakan tanggung jawab besar. Apalagi, bagi Iwan, batik merupakan sebuah identitas. Bukan sekadar tren.
Dalam mengembangkan batik Era bukan hanya mempelajari alternatif dan rancangan, tapi juga harus mengetahui sejarah dengan latar yang luas. “Banyak sekali yang harus saya pelajari’ ujarnya.
Sebagian besar koleksi terbuat dari sutra satin, sutra alat tenun bukan mesin (ATBM), katun, dan rayon.
Sumber : republika, indira rezkisari