jainudin
New member
Sebanyak seratus dai ‘muda dan seluruh Indonesia mengikuti Program Pembibitan Dai Muda (PCDM) di Asrama Haji Pondok gede, Jakarta. Mereka digembleng dengan berbagai materi keagamaan dan yang klasik hingga kontemporer serta diajari ilmu-ilmu sosial.
Penanggungjawab PCDM Djawahir Thontowi mengatakan, selama hampir tiga minggu;yaitu sejak 6 hingga 25 JUli lalu, Kemententrian Agama (Kemenag) yang menjalankan program mi membina mereka. Selama ini, medan dakwah dijadikan sebagai proses pendidikan tak terpisahkan dalam berbangsa dan bernegara.
‘Berbagai langkah serius harus ditingkatkan dalam penyelenggaraan dakwah,” kata Djawahir. Apalagi, belakangan ini kian marak radikalisme dan aksi terorisme yang menggunakan simbol-simbol keagamaan di masyarakat yang terus mengintai dan berganti pola.
Ia menyatakan agar mencapai hasil maksimal, seluruh peserta diwajibkan untuk magang di tiga pesantren, yaitu Pesantren al-Masthuniyyah, Tipar, Cisaat, Sukabumi, Jawa Barat; Pesantren Darul Fallah, Bogor; dan Pesantren Darul Rahman, Leuwiliang, Bogor, Jawa Barat.
Mereka berada di pondok pesantren tersebut selama seminggu untuk menerapkan mateni-materi dan memoles kemampuan yang dimiliki.
‘Program ini sangat dibutuhkan mengingat tantangan dan kompleksitas persoalan di masyarakat kian meningkat,” ujar Djawahir.
Setelah pulang ke daerah masing masing, mereka juga akan terus dimonitor sejauh mana perkembangan dakwah yang dijalankan. Menurut dia, radikalisme yang sering berganti baju dan metode harus terus diwaspadai dan diredam para dai, termasuk dai muda,
“Inti dan program ini adalah menciptakan kader-kader dakwah yang diharapkan mampu menjawab berbagai bentuk tantangan dakwah yang terus berganti kemasan,” ungkap Ahmad Jauhari, direktur Penerangan Agama Islam (Penais) Kemenag.
B ed: ferry kisihandi
Penanggungjawab PCDM Djawahir Thontowi mengatakan, selama hampir tiga minggu;yaitu sejak 6 hingga 25 JUli lalu, Kemententrian Agama (Kemenag) yang menjalankan program mi membina mereka. Selama ini, medan dakwah dijadikan sebagai proses pendidikan tak terpisahkan dalam berbangsa dan bernegara.
‘Berbagai langkah serius harus ditingkatkan dalam penyelenggaraan dakwah,” kata Djawahir. Apalagi, belakangan ini kian marak radikalisme dan aksi terorisme yang menggunakan simbol-simbol keagamaan di masyarakat yang terus mengintai dan berganti pola.
Ia menyatakan agar mencapai hasil maksimal, seluruh peserta diwajibkan untuk magang di tiga pesantren, yaitu Pesantren al-Masthuniyyah, Tipar, Cisaat, Sukabumi, Jawa Barat; Pesantren Darul Fallah, Bogor; dan Pesantren Darul Rahman, Leuwiliang, Bogor, Jawa Barat.
Mereka berada di pondok pesantren tersebut selama seminggu untuk menerapkan mateni-materi dan memoles kemampuan yang dimiliki.
‘Program ini sangat dibutuhkan mengingat tantangan dan kompleksitas persoalan di masyarakat kian meningkat,” ujar Djawahir.
Setelah pulang ke daerah masing masing, mereka juga akan terus dimonitor sejauh mana perkembangan dakwah yang dijalankan. Menurut dia, radikalisme yang sering berganti baju dan metode harus terus diwaspadai dan diredam para dai, termasuk dai muda,
“Inti dan program ini adalah menciptakan kader-kader dakwah yang diharapkan mampu menjawab berbagai bentuk tantangan dakwah yang terus berganti kemasan,” ungkap Ahmad Jauhari, direktur Penerangan Agama Islam (Penais) Kemenag.
B ed: ferry kisihandi